Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

OPTIMASI LAHAN TERLANTAR MENJADI RUANG PUBLIK DI KAMPUNG KOTA; Studi Kasus: Lahan Terlantar Kampung Badran RW. 09, Yogyakarta Wirasmoyo, Wiliarto
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1736.92 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1295

Abstract

Abstract: The urban kampong is a phenomenon created by the uncontrolled growth of the city and the inappropriate use of land. The city of Yogyakarta is known as a city of culture and tourism, inhabited by communities living around the city center. The area around downtown Yogyakarta has a high population density, so that almost all roads and rivers are filled with settlements (kampong), leaving a small portion for urban open spaces. Kampung Badran is a kampong-kota located in the center of economic activity of Yogyakarta city. Uncontrolled land use in the kampong Badran produces displaced space among the houses. The effort to transform displaced space into public spaces is an alternative to creating public spaces for citizens. The purpose of the research is the direction of optimization of multifunctional public space design that is suitable with the needs of Badran villagers. The results of the design optimization of displaced space were positive, that is, the public space became active, increased in quality and beneficial to the citizens because it suited their needs.Keywords: urban kampong, displaced space, public space, optimization.Abstrak: Kampung kota merupakan fenomena yang tercipta akibat dari pertumbuhan kota yang tidak terkendali dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai peruntukan. Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan pariwisata, dihuni komunitas masyarakat yang tinggal di sekitar pusat kota. Kawasan sekitar pusat kota Yogyakarta memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga hampir semua tepian jalan dan sungai terisi permukiman (kampung), dan menyisakan sebagian kecil untuk ruang terbuka kota. Kampung Badran merupakan kampung-kota terletak di pusat kegiatan ekonomi kota Yogyakarta. Penggunaan lahan yang tidak terkendali di kampung Badran menghasilkan lahan-lahan terlantar di antara rumah-rumah warga. Upaya mengubah lahan terlantar menjadi ruang publik merupakan alternatif menciptakan ruang publik bagi warga. Tujuan penelitian adalah arahan optimasi desain ruang publik multifungsi yang sesuai dengan kebutuhan warga kampung Badran. Hasil optimasi desain lahan terlantar ternyata positif, yaitu ruang publik menjadi aktif, meningkat kualitasnya dan bermanfaat bagi warga karena cocok dengan kebutuhan mereka.Kata kunci: kampung kota, lahan terlantar, ruang publik, optimasi
MENDEKONSTRUKSI BANGUNAN BERSEJARAH "STASIUN HALL BANDUNG" Rahaditya, Bagas Rizky; Wirasmoyo, Wiliarto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17824

Abstract

Abstract: Bandung Hall Station is one of the main gates to get to Bandung in the railway sector. On the other hand, Bandung Hall Station is one of the cultural heritage buildings and it belongs to the category A cultural heritage building. This station serves departures and train stops from various types of trips. For stations with large capacity, this station has many problems especially in access and circulation. For this reason, it is necessary to improve the quality of services carried out to accommodate the satisfaction of train service users. The approach used is Bernard Tschumi's deconstruction architecture. The method used is the rational approach method and is solved by synthesis with the architectural deconstruction approach of Bernard Tschumi's method. The method used as a site approach is a consolidation method. For the method of approach to building design used typology methods. Bernard Tschumi's Deconstruction concept supports the design goal of being fit to space to activities in order to linking facilities with the surrounding station buildings so that it becomes a unity. The aim is to help in improving services from PT. KAI and also to improve the safety and comfort factors for service users.  Keywords: Deconstruction, Fit to space to activities, Rational approach, Hall Station. Abstrak: Stasiun Hall Bandung merupakan salah satu gerbang untuk menuju ke kota Bandung di sektor perkeretaapian. Di sisi lain, Stasiun Hall Bandung merupakan bangunan cagar budaya. Untuk mendesain di sebuah bangunan cagar budaya perlu diperhatikan regulasi yang berlaku terkait bangunan cagar budaya. Tujuannya untuk melestarikan peninggalan sejarah bagi kota Bandung. Stasiun Hall Bandung tergolong kategori bangunan cagar budaya golongan A. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta dari berbagai jenis perjalanan. Untuk stasiun dengan kapasitas besar, stasiun ini memiliki banyak permasalahan terutama pada akses dan sirkulasi. Untuk itu perlu adanya peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan untuk mewadahi kepuasan pengguna jasa kereta api. Pendekatan yang digunakan adalah arsitektur dekonstruksi Bernard Tschumi. Metode yang digunakan adalah metode rational approach dan diselesaikan dengan sintesis dengan pendekatan arsitektur dekonstruksi metode Bernard Tschumi. Metode yang digunakan sebagai pendekatan pada site adalah metode konsolidasi yang akan membuat pengunjung nyaman dan mudah untuk melakukan kegiatan disini. Untuk metode pendekatan perancangan bangunannya menggunakan metode typologi. Konsep Dekonstruksi Bernard Tschumi menunjang untuk tujuan desain menjadi fit to space to activities yang mengaitkan fasilitas dengan bangunan stasiun sekitarnya sehingga menjadi kesatuan. Tujuannya untuk membantu peningkatan pelayanan dari PT.KAI dan juga untuk meningkatkan faktor keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jasa.Kata Kunci: Dekonstruksi, Fit to space to activities, Rational approach, Stasiun Hall
EVALUASI PURNA HUNI PADA PASAR BUJEL DI DESA BANJARSARI, KULONPROGO Wirasmoyo, Wiliarto; Ratriningsih, Desrina; Haryanti, Indah Pradnya
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 14, No 1 (2020): Jurnal Arsitektur Komposisi
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jars.v14i1.3772

Abstract

The Bujel Market in Banjarsari Village, Kulonprogo, which is classified as a type D market, is only active from 1:00 to 6:00 am, after that there is no more buying and selling activities taking place. This Full Occupancy Evaluation (EPH) aims to find problems and potentials in the market by adjusting the functions and needs of users that emphasize the architectural aspects of the building and the behavior of its residents according to SNI for Pasar Rakyat. This study aims to revive the market area outside its operational hours and increase the market's function as an area for socializing, gathering, and making the market a supporting area for the activities of the village hall. The method used in this research is descriptive qualitative method with observations and interviews using the analysis of Post-Huni Evaluation (EPH) and the comparison of SNI to Pasar Rakyat. The results of this study provide recommendations for the market to be more active and develop properly according to SNI for the People's Market.
Path, Portal, Place sebagai Strategi Penguat Karakter Aksesibilitas Wisata Candi Plaosan Desrina Ratriningsih; Wiliarto Wirasmoyo; Akbar Preambudi
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 17, No 2 (2021): Desember
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/inersia.v17i2.43788

Abstract

ABSTRACTCultural tourism is a type of tourist attraction object based on the work of human creativity in the form of cultural heritage and cultural values that are still lively today. In the Klaten Regency Spatial Plan 2011-2031. Plaosan Lor Temple and Plaosan Kidul has been designated as a Cultural Conservation site as a tourist area, especially temple tourism with Prambanan Temples, Sojiwan Temples, Bubrah Temples, Lumbung Temples, Sewu Temples, Asu/Gana Temples, and Lor/Candirejo Temples. The development of a tourist attraction based on attraction must be supported by the component of accessibility and facilities, accessibility makes it easy for visitors to reach a tourist attraction while the facilities can meet the needs of visitors as long as they enjoy the attractions in a tourist attraction of their choice. The problem with reaching the Plaosan Temple tourist complex is the lack of wayfinding to reach the area. The research method used is using a qualitative rationalistic research framework, which focuses on individual perceptions in seeing, understanding and analyzing the concept of Path, Portal, Place in the Plaosan temple tourist area. This research begins with direct observation, including physical observations and activities based on the parameters and indicators that are formulated. Field observations include physical and activity observations. The results of the study are in the form of directions that can strengthen the achievement of accessibility to the Plaosan Temple tourist complex in order to improve the quality as one of the temple tourism destinations ABSTRAKPariwisata budaya adalah jenis obyek daya tarik wisata yang berbasis pada hasil karya cipta manusia baik yang berupa peninggalan budaya maupun nilai budaya yang masih hidup sampai sekarang. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031. Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul sudah ditetapkan menjadi situs Cagar Budaya menjadi satu kawasan wisata khususnya wisata candi dengan Candi Prambanan, Candi Sojiwan, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Sewu, Candi Asu/Gana, dan Candi Lor/Candirejo. Pengembangan suatu objek wisata dengan basis atraksi harus didukung oleh komponen aksibilitas dan fasilitas, aksebilitas memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk menjangkau suatu objek wisata sementara fasilitas dapat memenuhi kebutuhan pengunjung selama mereka menikmati atraksi di suatu objek wisata yang dipilihnya. Permasalahan terhadap pencapaian menuju Kompleks wisata Candi Plaosan adalah minimnya penanda untuk mencapai kawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan kerangka penelitian rasionalistik kualitatif, yang berfokus pada persepsi individu dalam melihat, memahami dan menganalisis konsep Path, Portal, Placepada kawasan wisata candi Plaosan. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan secara langsung, meliputi amatan fisik dan aktivitas berdasarkan parameter dan indikator yang di rumuskan. Pengamatan lapangan meliputi amatan fisik dan aktivitas. Hasil penelitian berupa arahan yang dapat memperkuat pencapaian aksesibilitas menuju Kompleks wisata Candi Plaosan agar dapat meningkatkan kualitas sebagai salah satud estinasi wisata Candi 
STRATEGI PENGEMBANGAN EKO-WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG WISATA REJOWINANGUN Endah Tisnawati; Dita Ayu Rani Natalia; Desrina Ratriningsih; Angling Randhiko Putro; Wiliarto Wirasmoyo; Henry P. Brotoatmodjo; Adwiyah Asyifa’
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 15, No 1 (2019): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.68 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v15i1.24859

Abstract

ABSTRACTCommunity-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of tourist objects and attractions,social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth. Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village  ABSTRAKEkowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,  yang  tidak  hanya menyuguhkan sumber  daya  wisata  yang  masih  alami,  namun  juga  berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat  sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata Rejowinangun  merupakan  kampung dengan banyak potensi  dan mulai  dikembangkan  sebagai  kawasan  ekowisata,  namun  masih  memiliki  banyak  permasalahan,  baik  dari aspek  lingkungan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  sumberdaya  manusia,  sehingga  aktivitas  wisata  di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat  di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk  mencapai tujuan tersebut,  dilakukan  analisis  pada  semua  aspek,  yaitu  analisis  pada  aspek  objek  dan  daya  tarik  wisata,  aspek kemasyarakatan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  penyelenggaraan  pemberdayaan  masyarakat.  Dalam pengumpulan data, metode  yang  digunakan  adalah  partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun
APLIKASI FABRIKASI DIGITAL ARSITEKTUR STUDI DESAIN PARAMETRIK DIAGRAM VORONOI Hendro Trieddiantoro Putro; Wiliarto Wirasmoyo
NALARs Vol 19, No 1 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.1.49-58

Abstract

The development of technology and design methods in architecture continues, for example, parametric design methods and the application of digital fabrication technology to create models of representation and construction. Digital fabrication defined the process of manipulating objects using a CNC router, 3d printer, and laser cutter using a reduction or addition method. Studying digital fabrication technology is now a demand for academics and professionals in the field of architecture. Both architecture instructors and students are now required to increase their understanding and ability to process digital designs into scale-scale representation through a digital fabrication process.Through this research, researchers will describe the learning process of digital laser cut fabrication applications using parametric design methods, which are in the form of developing a Voronoi diagram-based design. Parametric design development will be carried out using Rhino software with Grasshopper. This research activity was carried out in the Department of Architecture FST Campus 2, University Technology of Yogyakarta. This research divided into several activities, namely the digital design process, the fabrication preparation process, and the installation or assembly of the model. Also, researchers will explain the obstacles or problems faced in each activity, as well as the opportunities and challenges of digital fabrication applications in architecture.The results of the study showed a clear process in each phase of the activity, and the explanation complemented by obstacles or problems encountered and problem-solving. Failures that occur in the fabrication process provide learning that digital design and digital fabrication are a unified, interconnected process. The opportunities and challenges of digital fabrication applications in the architectural world are further interesting considerations to discuss.
Penerapan Ruang Fleksibel Terhadap Aktivitas Pengguna Pasar Tradisional Kemakmuran di Kabupaten Kotabaru Indah Pradnya Haryanti; Wiliarto Wirasmoyo
RUAS Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : RUAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2021.019.02.1

Abstract

Market is not supported by good facilities and further strengthens the stigma of traditional markets which are slum, crowded, and the smell becomes strong. This study aims to get rid of the bad image of traditional markets so that it attracts more visitors from various circles and optimizes the function of space in the market. The method used in this research is a rational approach and it is resolved with a flexible space approach applied to the choice of building structure, layout, design of the building, and furniture. The results of the implementation of this flexible space can accommodate all activities in the market according to the needs at certain times without disturbing other ongoing activities with a good zoning division in accordance with SNI Pasar Rakyat, so as to create a clean, neat, organized, and clean market. convenient according to user needs.
Evaluasi Luas Bukaan dan Orientasi Ruang Kelas Terhadap Pencahayaan Alami dan Radiasi Matahari dengan Simulasi Software IES VE 2019 Murwantoro Panghargiyo; Wiliarto Wirasmoyo
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (940.587 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1284

Abstract

Ketergantungan kita pada energi listrik sangat tinggi, sementara produksi listrik pada umumnya berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Usaha-usaha untuk menemukan energi alternatif sangat diperlukan. Penelitian ini berusaha untuk menginvestigasi luas bukaan ruang kelas gedung B kampus 3 Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) serta orientasinya pada ruang kelas yang optimal terhadap tingkat iluminasi pencahayaan alami dan radiasi matahari yang masih diizinkan. Dengan luas bukaan ruang yang tepat, maka diharapkan penggunaan listrik untuk artificial lighting dan pendinginan udara dapat diminimalisir. Acuan kerja untuk penelitian ini adalah dari SNI 3 - 6197 untuk standar pencahayaan ruang kelas sebesar 250 luks pada workplane. Sedangkan acuan untuk radiasi pada ruang kelas adalah SNI 03 – 6389 yaitu untuk ottv sebesar 45 watt/m2. Penelitian ini dilakukan dengan membangun model tiga dimensi berdasarkan studi kasus pada ruang-ruang kelas di Gedung B Kampus 3 UTY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ruang-ruang yang bermasalah dalam menerima pencahayaan alami maupun radiasi matahari serta meneliti orientasi bukaan terhadap jumlah pencahayaan alami dan radiasi matahari yang diterima oleh ruang kelas. Hasil penelitian yang didapatkan adalah berupa rekomendasi untuk saran perbaikan terhadap adanya kekurangan iluminasi pencahayaan alami di dalam ruang maupun keadaan termal gedung B kampus 3 Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) yang akan berpengaruh terhadap beban pendinginan ruang.
PENERAPAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK PADA HOTEL BUTIK FASILITAS BINTANG 4 DI KABUPATEN SLEMAN Asma Akum Sopian; Wiliarto Wirasmoyo
Jurnal Arsitektur GRID Vol 3, No 2 (2021): Desember
Publisher : Jurnal Arsitektur GRID

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v3i2.656

Abstract

D I Yogyakarta sebagai salah satu provinsi yang diperhatikan oleh pemerintah dalam segi pariwisata, saat ini sedang menunjukkan eksistensinya. Setelah adanya moratorium mengenai pembangunan hotel di kota Yogyakarta, investor mulai menyentuh daerah sekitar kota Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman. Pesatnya pertumbuhan akomodasi wisatawan di Kabupaten Sleman, mempengaruhi penggunaan energi oleh bangunan komersial. Apartemen dan hotel merupakan penyumbang konsumsi energi besar-besaran yang menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim. Konsep Arsitektur Bioklimatik diharapkan dapat menjadikan hotel sebagai bangunan yang bisa beradaptasi dengan perubahan iklim dan atau setidaknya, tidak menambah beban terhadap lingkungan. Sehingga menciptakan hotel yang menerapkan prinsip ramah terhadap iklim dan mengurangi ketidaknyamanan di luar bangunan tanpa melupakan kenyamanan internal bangunan. Bioklimatik di hotel butik ini sudah menerapkan prinsip-prinsip desain Arsitektur Bioklimatik yaitu penggunaan balkon sebagai pembayang pasif, shading device, ruang transisional, penghawaan alami, orientasi bangunan, penempatan core sebagai konservasi energi dan pengolahan limbah agar tidak mencemari lingkungan air tanah sekitar.