Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENERAPAN SUSTAINABLE DESIGN DALAM PERANCANGAN TAMAN BUDAYA DI KABUPATEN KLATEN Setiawan, Dwi; Natalia, Dita Ayu Rani
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 1: Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1446.799 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i1.10479

Abstract

Klaten merupakan pusat kota dari Pemerintahan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Klaten merupakan salah satu bagian dari Karisidenan Surakarta atau merupakan bagian dari lingkup daerah kekuasaan Kasunanan Surakarta. Posisi Klaten berada di tengah ? tengah antara pusat kota Solo dan Yogyakarta, menjadikan Klaten sebagai sebuah kabupaten yang sangat kaya akan potensi kebudayaan daerah. Selain itu Klaten memiliki kalender event setiap tahunnya yang diadakan di beberapa daerah Kabupaten Klaten. Taman Budaya adalah suatu ruang yang memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan menggelar berbagai pertunjukan sekaligus tempat berkumpul dan bertemu para seniman dan juga sebagai ajang pengenalan dan pelestarian budaya ke generasi mendatang. Perancangan Taman Budaya diawali pengumpulan data dengan menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara, pengamatan, pemetaan lokasi serta dokumentasi, dan metode pengumpulan data sekunder yaitu berupa data dari instansi yang terkait serta studi literatur terhadap jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan.  Pendekatan konsep sustainable design digunakan sebagai usaha penyatuan bangunan dengan prinsip keberlanjutan budaya, yang meliputi keseimbangan social, ekonomi dan lingkungan. Tiga hal ini menjadi dasar agar terwujudnya kenyamanan, integrasi social di dalam maupun luar bangunan serta pengurangan dampak limbah bangunan terhadap lingkungan. Hasil konsep sustainable design diterapkan secara fungsi ruang, tampak bangunan dengan mempertimbangkan struktur dan utilitas bangunan.
PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR PADA PERANCANGAN TAMAN BUDAYA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT Prasetyo, Iqbal; Natalia, Dita Ayu Rani
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 2: Juli 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2885.979 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i2.10591

Abstract

Taman Budaya merupakan tempat untuk mengembangkan kegiatan seni dan budaya bagi masyarakat di suatu kota atau daerah. Keberadaan Taman Budaya harus terasa bagi masyarakat lokal, namun tidak demikian yang terjadi di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Di Kabupaten Landak belum tersedia tempat yang dapat menaungi kegiatan seni dan budaya, yang sebetulnya potensi untuk dikembangkan. Hal ini terjadi karena bidang seni dan budaya belum dianggap prioritas. Padahal apabila generasi muda tidak antusias terhadap pengembangan seni budaya, maka akan menjadi masalah cukup besar di masa yang akan datang. Untuk itulah Pemerintah setempat harus menyediakan tempat yang dapat membangkitkan gairah seni dan budaya bagi generasi muda, sekaligus dapat meningkatkan minat wisatawan yang ingin datang ke Kabupaten Landak. Perencanaan Taman Budaya ini menggunakan pendekatan perancangan Neo Vernakular, khusus nya pada rumah Betang yaitu rumah asli masyarakat Adat Suku Dayak Kanayant, yang menjadi bangunan utama di Taman Budaya ini. Konsep neo vernakuler dipilih agar nilai kelokalan arsitektur Taman Budaya dapat menjadi ikon atau identitas Kabupaten Landak. Hasil perancangannya adalah Taman Budaya yang mampu memfasilitasi kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Landak, sekaligus menjadi ikon pewadahan kegiatan seni dan budaya khususnya adat Dayak.
KAWASAN WISATA WATERFRONT TANJUNG ADIKARTO KULON PROGO muflihah, azizah nurul; Natalia, Dita Ayu Rani
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17892

Abstract

Abstract: Tourism is one of the biggest sectors in Yogyakarta. The increasing number of new tourist destinations has increased the number of tourists. Increasing visitors every year makes the Yogyakarta government make a policy about tourism, one of which is the development of tourism in the coastal area of Kulon Progo. Kulon Progo Regency is one of the tourist destinations that has many natural and culinary attractions. Downstream of the Serang river which is next to Tanjung Adikarto port in Karangwuni village, Wates has the potential as a tourist area with high natural resources and potential fish. The development of this area aims to empower the surrounding community with the main livelihood of the population are fishermen and traders. However, the surrounding community is less able to utilize its natural resources. Then the need for encouragement from the development of this region with the concept of community development. This approach aims to accommodate the economic needs of fishermen by designing fishing areas specifically for small fishermen on the Serang river and the food court used to process fish caught by fishermen to have a higher selling value. Support local traders and industries in Kulon Progo by designing souvenir centers so that local products can be marketed. This concept aims to increase the social status and economic status of the community. And can reduce the unemployment rate which is still quite high in Kulon Progo.Keywords: community development; TanjungAdikarto; waterfront tourism.Abstrak: Pariwisata merupakan salah satu sektor terbesar di Yogyakarta. Semakin banyaknya destinasi wisata baru membuat peningkatan jumlah wisatawan. Bertambahnya pengunjung setiap tahunnya membuat pemerintah Yogyakarta membuat kebijakan tentang pariwisata, salah satunya adalah pengembangan pariwisata di kawasan pesisir pantai Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki banyak tempat wisata alam dan kuliner. Hilir sungai Serang yang berada disamping pelabuhan Tanjung Adikarto di desa Karangwuni, Wates memiliki potensi sebagai kawasan wisata dengan sumber daya alam dan potensi ikan yang cukup tinggi. Pembangunan kawasan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan mata pencaharian utama penduduk adalah nelayan dan pedagang. Namun masyarakat sekitar kurang mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya. Maka perlu adanya dorongan dari pembangunan kawasan ini dengan konsep community development. Pendekatan ini bertujuan untuk mewadahi kebutuhan perekonomian nelayan dengan merancang area pemancingan khusus nelayan kecil di sungai Serang dan foodcourt yang digunakan untuk mengolah ikan hasil tangkapan nelayan agar memiliki nilai jual lebih tinggi. Mendukung pedagang dan industri lokal yang terdapat di Kulon Progo dengan merancang pusat oleh-oleh sehingga produk lokal bisa dipasarkan. Konsep ini bertujuan untuk menaikkan status sosial dan status ekonomi masyarakat. Serta dapat mengurangi tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi di Kulon Progo.Kata Kunci: community development; Tanjung Adikarto; wisata waterfront.
PENERAPAN KONSEP HEALING ARCHITECTURE PADA RUMAH SAKIT TIPE D DI KABUPATEN KENDAL Azza, Shafira; Natalia, Dita Ayu Rani
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 3 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i3.17877

Abstract

Abstract: Kendal Regency is a region in Central Java Province that has a large area with increasing number of resident. Increasing number of residents set off increasing number of disease but health facility in Kendal Regency is not available yet. Thus, health facility or hospital is needed in order to help healing process for the residents. Type D hospital is designed using the application of healing architecture concept because this concept will be really helpful for the patients in their healing process. Healing Architecture is implemented in the building of Type D Aisyiyah Hospital with outdoor and indoor design thus creating an atmosphere that can influence the psychology and physic of the patients in healing process. The data was obtained through primary and secondary data collection. The primary data was done through interview, observation, location mapping, and documentation. Secondary data was collected from related agencies and literature study from journal or related paper. The result from the application of healing architecture concept on Type D Aisyiyah Hospital in Kendal Regency was showed off on the building façade, outdoor room, and indoor room of the hospital which is helpful in healing process by considering structure of building and utility for hospital needs.Keywords: Healing Architecture, Hospital, Kendal Regency Abstrak: Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah yang memiliki wilayah yang cukup luas dengan perkembangan penduduk yang kian meningkat. Bertambahnya pertumbuhan penduduk menyebabkan semakin banyak pula penyakit yang berkembang tiap tahunnya, namun fasilitas kesehatan di Kabupaten Kendal masih kurang ketersediaannya sehingga diperlukan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit untuk membantu penyembuhan masyarakat. Rumah sakit dengan tipe D dirancang menggunakan penerapan konsep healing architecture karena konsep ini sangat membantu pengguna terutama pasien dalam proses penyembuhan. Healing Architecture merupakan konsep penyembuhan yang dilakukan demi menciptakan bentuk dan lingkungan arsitektur yang memiliki aspek people, process and place. Healing Architecture diimplementasikan dalam bangunan Rumah Sakit tipe D di Kabupaten Kendal dengan desain ruang luar dan dalam sehingga menciptakan suasana yang dapat berpengaruh terhadap psikologi dan fisik terapi pasien dalam proses penyembuhan. Metode pengumpulan data menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara, pengamatan, pemetaan lokasi serta dokumentasi, dan metode pengumpulan data sekunder yaitu berupa data dari instansi yang terkait serta studi literatur terhadap jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan. Hasil penerapan konsep healing architecture pada rumah sakit tipe D di Kabupaten Kendal diterapkan pada fasad bangunan, ruang luar dan ruang dalam pada rumah sakit yang dapat membantu proses penyembuhan pasien dengan mempertimbangkan struktur pada bangunan dan utilitas untuk kebutuhan rumah sakit.Kata Kunci: Healing Architecture, Rumah Sakit, Kabupaten Kendal
Proses Analogi Budaya Dalam Perancangan Pusat Seni dan Budaya Gayo di Kabupaten gayo Lues. husri, agus; Natalia, Dita Ayu Rani
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 4, No 1 (2020): Purwarupa Vol 4 No 1 Maret 2020
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2494.937 KB)

Abstract

ABSTRAK. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sekitar 300 kelompok etnis yang berada di indonesia yang telah berkembang selama berabad-abad secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Aceh yang masih sangat kental dengan adat, seni dan budayanya. Hingga saat ini berbagai macam dan jenis kesenian di Gayo Lues terus mengalami perkembangan, hal ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat Gayo Lues akan pentingnya mempertahankan nilai kebudayaan. Pada saat ini Kabupaten Gayo Lues hanya mempunyai satu tempat pertunjukkan seni yang tetap, dapat digunakan untuk menyelenggarakan kesenian yang bersifat formal. Keadaan yang berbanding terbalik terhadap minat masyarakat Gayo Lues untuk terus mengembangkan dan mempertahankan nilai budayanya. Untuk dapat mewadahi segala kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Gayo Lues ini, oleh karna itu maka perlu adanya perancang sebuah pusat seni dan budaya sebagai salah satu wadah/tempat yang dibutuhkan di Kabupaten Gayo Lues. Perancangan pusat seni budaya Kabupaten Gayo Lues ini menggunakan pendekatan Analogi budaya, yang bertujuan mengangakat nilai seni dan budaya Gayo dengan memunculkan karakteristik dan juga ikon Kabupaten Gayo Lues. Metode perancangan pusat seni dan budaya gayo ini menggunakan metode analisis data, Metode ini dilakukan dengan menganalisis lokasi tapak dan objek rancangan. Analisis ini dapat memperoleh beberapa aspek yang mencangkup keseluruhan dari rancangan. Perancangan ini diharapkan mampu mewadahi dan memfasilitasi aktivitas seni dan budaya kuhsus nya di daerah Kabupaten Gayo Lues serta dapat dijadikan ikon kawasan, sehingga dengan adanya pusat seni budaya ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan dan melestarikan kebudayaan Gayo, dan juga sebagai sarana promosi dan rekreasi yang edukatif. Kata Kunci : Analogi, Gayo Lues, Ikon, Pusat Seni          ABSTRACT. Indonesia is a country that has a diversity of arts and cultures that are spread throughout Indonesia. About 300 existing ethnic groups in Indonesia have developed over the centuries from generation to generation. Gayo Lues Regency is one of the regencies in Aceh Province which still maintains its customs, arts and culture strongly. Until now, various kinds and types of arts in Gayo Lues continue to experience development. This is inseparable from the awareness of the Gayo Lues community on the importance of maintaining cultural values. At this time, Gayo Lues Regency only has one permanent place for art performances, it can be used to organize formal arts. The situation is inversely proportional to the interest of the Gayo Lues community to continue developing and maintaining its cultural values. To be able to accommodate all art and cultural activities in Gayo Lues Regency, it is necessary to have a designer of an art and cultural center as one of the places needed in Gayo Lues Regency. The design of the art and cultura center of Gayo Lues Regency uses a cultural analogy approach, which aims to bring the value of Gayo arts and culture by showing the characteristics and also the icon of Gayo Lues Regency. The method of designing the Gayo art and culture center used the data analysis method. This method was carried out by analyzing the location of the site and the design object. This analysis could obtain several aspects covering the whole of the design. This design is expected to be able to accommodate and facilitate the art and culture activities in Gayo Lues Regency and can be used as an icon of the area, so that the art and culture center can be used as a means of developing and preserving Gayo culture, as well as an educative promotional and recreational facility. Keywords: Analogy, Gayo Lues, Icon, Art Center
KAJIAN LIVABILITY SPACE PADA KORIDOR KOMERSIAL, Studi Kasus: Jalan Urip Sumoharjo, Kota Yogyakarta Ratriningsih, Desrina; Natalia, Dita Ayu Rani; Zulfa, Ardhini
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 14, No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Komposisi
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jars.v14i2.4603

Abstract

Abstrak: Ruang publik merupakan wadah yang dapat memenuhi aktivitas penggunanya berinteraksi. Ruang publik pada koridor Urip Sumoharjo saat ini tidak seperti seharusnya. Koridor ini memiliki fungsi sangat kompleks dan tercampur aktivitas ekonomi, sehingga membatasi pergerakan dan visibilitasnya. Konsep Livability Space dianggap dapat menyelesaikan permasalahan dengan konsep ruang bersama ramah dan layak dalam sisi activity, accessibility, security dan environmental quality. Penelitian ini dapat menjadi arahan desain konfigurasi setting fisik jalan Koridor Komersial terhadap pejalan kaki dengan pendekatan Livability Space. Penelitian ini menggunakan kerangka rasionalistik kualitatif, fokus pada persepsi individu mengenai Livability Space yang diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna untuk beraktivitas.Kata kunci: ruang publik; koridor komersial, livability space;Title: Livability Space Study On Commercial Corridors, Case Study: Urip Sumoharjo Road in Yogyakarta CityAbstract: Public space is a container that can fulfill the activities of its users to interact. The public space in the Urip Sumoharjo corridor is not what it should be. This corridor has a very complex function and is mixed with economic activities, limiting its movement and visibility. The concept of Livability Space is considered to solve problems with the concept of a friendly and appropriate shared space in terms of activity, accessibility, security, and environmental quality. This research can be a design direction for the physical setting configuration of Commercial Corridor roads for pedestrians using the Livability Space approach. This study uses a qualitative rationalistic framework, focusing on individual perceptions of Livability Space which is expected to increase user comfort and safety for activities.Keywords: public spaces; commercial corridors; livability space;
The Analysis of Changes in Regional Pattern and Building Function of Gembongan Sugar Factory Dita Ayu Rani Natalia; Akbar Preambudi; Annisa Nurul Lazmi
JURNAL ARSITEKTUR Vol 12, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36448/ja.v12i1.2138

Abstract

Java Island is one of the areas in Indonesia that has seen a rapid development of sugar factory industries during the 18th century. At that time, the existence of the factory was furthermore utilized by the Dutch colonial government to gain benefits. The location in which the sugar factory was built has been considered according to its surrounding potential. In addition, the sugar factory had facilities such as workers' settlements, management offices, convention halls, and medical clinics. Over time, changes in political and management of this industry have led to the cessation of production and the enclosure of the factory. Thus, the building has deteriorated with various damages. Through conservation, the building of a sugar factory is converted into a tourist facility that affects the condition of its surroundings. This research aims to study the development and changes that happen in the area of the sugar factory and the implications of its spatial pattern on the building function. This research utilizes qualitative methods with a deductive analysis approach that is based on chronological observation of photos, old maps, and spatial pattern changes from satellite images. The results show that there is a significant change related to function in the surrounding sugar factory caused by ownership factors.
Pendekatan Neo-Vernakular pada Perancangan Taman Budaya Kabupaten Landak Kalimantan Barat Iqbal Prasetyo; Dita Ayu Rani Natalia
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 2: Juli 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4152.554 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i2.10591

Abstract

Taman Budaya merupakan tempat untuk mengembangkan kegiatan seni dan budaya bagi masyarakat di suatu kota atau daerah. Keberadaan Taman Budaya harus terasa bagi masyarakat lokal, namun tidak demikian yang terjadi di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Di Kabupaten Landak belum tersedia tempat yang dapat menaungi kegiatan seni dan budaya, yang sebetulnya potensi untuk dikembangkan. Hal ini terjadi karena bidang seni dan budaya belum dianggap prioritas. Padahal apabila generasi muda tidak antusias terhadap pengembangan seni budaya, maka akan menjadi masalah cukup besar di masa yang akan datang. Untuk itulah Pemerintah setempat harus menyediakan tempat yang dapat membangkitkan gairah seni dan budaya bagi generasi muda, sekaligus dapat meningkatkan minat wisatawan yang ingin datang ke Kabupaten Landak. Perencanaan Taman Budaya ini menggunakan pendekatan perancangan Neo Vernakular, khusus nya pada rumah Betang yaitu rumah asli masyarakat Adat Suku Dayak Kanayant, yang menjadi bangunan utama di Taman Budaya ini. Konsep neo vernakuler dipilih agar nilai kelokalan arsitektur Taman Budaya dapat menjadi ikon atau identitas Kabupaten Landak. Hasil perancangannya adalah Taman Budaya yang mampu memfasilitasi kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Landak, sekaligus menjadi ikon pewadahan kegiatan seni dan budaya khususnya adat Dayak.
Penerapan Sustainable Design dalam Perancangan Taman Budaya di Kabupaten Klaten Dwi Setiawan; Dita Ayu Rani Natalia
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 1: Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2125.917 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i1.10479

Abstract

Klaten merupakan pusat kota dari Pemerintahan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Klaten merupakan salah satu bagian dari Karisidenan Surakarta atau merupakan bagian dari lingkup daerah kekuasaan Kasunanan Surakarta. Posisi Klaten berada di tengah – tengah antara pusat kota Solo dan Yogyakarta, menjadikan Klaten sebagai sebuah kabupaten yang sangat kaya akan potensi kebudayaan daerah. Selain itu Klaten memiliki kalender event setiap tahunnya yang diadakan di beberapa daerah Kabupaten Klaten. Taman Budaya adalah suatu ruang yang memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan menggelar berbagai pertunjukan sekaligus tempat berkumpul dan bertemu para seniman dan juga sebagai ajang pengenalan dan pelestarian budaya ke generasi mendatang. Perancangan Taman Budaya diawali pengumpulan data dengan menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara, pengamatan, pemetaan lokasi serta dokumentasi, dan metode pengumpulan data sekunder yaitu berupa data dari instansi yang terkait serta studi literatur terhadap jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan.  Pendekatan konsep sustainable design digunakan sebagai usaha penyatuan bangunan dengan prinsip keberlanjutan budaya, yang meliputi keseimbangan social, ekonomi dan lingkungan. Tiga hal ini menjadi dasar agar terwujudnya kenyamanan, integrasi social di dalam maupun luar bangunan serta pengurangan dampak limbah bangunan terhadap lingkungan. Hasil konsep sustainable design diterapkan secara fungsi ruang, tampak bangunan dengan mempertimbangkan struktur dan utilitas bangunan.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKO-WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG WISATA REJOWINANGUN Endah Tisnawati; Dita Ayu Rani Natalia; Desrina Ratriningsih; Angling Randhiko Putro; Wiliarto Wirasmoyo; Henry P. Brotoatmodjo; Adwiyah Asyifa’
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 15, No 1 (2019): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.68 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v15i1.24859

Abstract

ABSTRACTCommunity-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of tourist objects and attractions,social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth. Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village  ABSTRAKEkowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,  yang  tidak  hanya menyuguhkan sumber  daya  wisata  yang  masih  alami,  namun  juga  berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat  sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata Rejowinangun  merupakan  kampung dengan banyak potensi  dan mulai  dikembangkan  sebagai  kawasan  ekowisata,  namun  masih  memiliki  banyak  permasalahan,  baik  dari aspek  lingkungan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  sumberdaya  manusia,  sehingga  aktivitas  wisata  di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat  di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk  mencapai tujuan tersebut,  dilakukan  analisis  pada  semua  aspek,  yaitu  analisis  pada  aspek  objek  dan  daya  tarik  wisata,  aspek kemasyarakatan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  penyelenggaraan  pemberdayaan  masyarakat.  Dalam pengumpulan data, metode  yang  digunakan  adalah  partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun