Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIK PAKAN IKAN APUNG NON-EKSTRUSI YANG DIBUAT MELALUI FERMENTASI Rhizopus oryzae Zaman, Asep Badru; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja'i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 1 (2018): June 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.663 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i1.2793

Abstract

Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through Rhizopus oryzae Fermentation ABSTRACTTo reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor. The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5 hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R. oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability ABSTRAKUntuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung. Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40 menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
DAMPAK TEKNIK PENGIRISAN DAN PENCETAKAN TERHADAP DAYA APUNG PAKAN IKAN YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus sp. Suliswati, Lulu; Sriherwanto, Catur; Suja'i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 2 (2018): December 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jbbi.v5i2.3096

Abstract

Impact of Slicing and Moulding Techniques on the Floatability of the Fish Feed Fermented by Rhizopus sp.ABSTRACTThe use of Rhizopus sp. mycelium as biocoating, biostabilizing, and biofloating agent in the production of floating fish feed through solid fermentation had already been studied as a much simpler alternative to mechanical extrusion. The fermented fish feed, however, had poor floatability in aerated water, probably due to structural damage during the size reduction process of the feed. Thus, this study used alternative size-reducing methods, namely slicing and moulding, to improve the floatability of the fermented feed. Other physical characteristics were also measured and compared to those of commercial sinking and floating fish feeds. Results showed that both the moulded and the sliced fermented-feeds had lower density as well as higher water stability, absorption capacity, floatability, and durability compared to those of the commercial sinking feed used as the fermentation substrate. The hydrophobicity of all the feeds tested were similar, however. The floatability of the fermented feeds obtained in this study was much higher than those of the previous studies. Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stabilityABSTRAKPenggunaan miselium Rhizopus sp. sebagai pelapis permukaan, penstabil, dan pengapung hayati dalam pembuatan pakan ikan apung melalui fermentasi padat telah diteliti sebagai alternatif yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan metode ekstrusi mesin. Namun, pakan ikan fermentasi ini memiliki daya apung yang buruk dalam air bergelembung udara, yang mungkin disebabkan kerusakan struktural selama proses pengecilan ukuran pakan. Karenanya, penelitian ini menggunakan metode lain untuk mengecilkan ukuran, yakni pencetakan dan pengirisan, dalam rangka meningkatkan daya apung pakan yang difermentasi. Karakteristik fisik lainnya juga diukur dan dibandingkan dengan pakan ikan tenggelam dan terapung komersial. Hasil menunjukkan bahwa proses fermentasi serta metode pengecilan dimensi yang digunakan menghasilkan pakan yang memiliki massa jenis lebih rendah, serta stabilitas air, daya serap air, daya apung, serta ketahanan benturan lebih tinggi dibandingkan dengan pakan tenggelam komersial yang digunakan sebagai substrat fermentasi. Namun, nilai hidrofobisitas semua pakan yang diuji adalah sama. Daya apung pakan fermentasi dalam penelitian ini jauh lebih tinggi daripada penelitian sebelumnya.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI TEMPE SEBAGAI CARA BIOLOGIS PENGAPUNGAN PAKAN IKAN Leiskayanti, Yesi; Sriherwanto, Catur; Suja'i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 4 No. 2 (2017): December 2017
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1095.251 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i2.2503

Abstract

Fermentation Using Tempe Starter as A Biological Method for Providing Buoyancy to Fish FeedABSTRACTRhizopus sp. is known as the fungus in the making of the soybean tempeh, Rhizopus sp. fermentation brought about chemical as well as physical changes on the substrate including the buoyancy and water stability. These features may be used to biologically prepare floating aquafeed. In this study, tempeh starter was used as the biological agent in the fermentation of commercial sinking fish feed in which fermentation period was varied at 0, 22, 24, 26, 28, 30, 32, and 34 hours. The resulting fermented feeds were oven-dried and their physical qualities were measured and compared to the commercial floating fish feed (positive control). Results showed that the fermented feed gained better water stability, absorption capacity, and floatability compared to those of the commercial sinking feed. These values were however still lower than those of the commercial floating feeds. Thus, fermentation process using tempeh mould has potential to be further improved as a biological method of producing floating fish feed. Keywords: fermentation, floatability, Rhizopus sp., water absorption,  water stability ABSTRAKRhizopus sp. dikenal sebagai jamur yang digunakan dalam pembuatan tempe kedelai. Fermentasi Rhizopus sp. menyebabkan perubahan kimia dan fisika pada substrat, termasuk daya apung dan stabilitas dalam air. Sifat ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pakan ikan apung secara biologis. Dalam penelitian ini, ragi tempe digunakan sebagai agen hayati dalam fermentasi pakan ikan tenggelam komersial dimana periode fermentasi divariasi selama 0, 22, 24, 26, 28, 30, 32, dan 34 jam. Pakan fermentasi yang dihasilkan dikeringkan dengan oven, selanjutnya kualitas fisiknya diukur dan dibandingkan dengan pakan ikan apung komersial (kontrol positif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan fermentasi memiliki stabilitas dalam air, daya serap air, dan daya apung yang lebih baik dibandingkan dengan pakan tenggelam komersial. Namun nilai ini masih lebih rendah dibandingkan pakan apung komersial. Oleh karenanya, proses fermentasi menggunakan ragi tempe memiliki potensi untuk diperbaiki lebih lanjut sebagai metode biologis pembuatan pakan ikan apung. Received: 11 October 2017                 Accepted: 07 November 2017              Published: 04 December 2017Kata Kunci: daya apung, daya serap air, fermentasi, Rhizopus sp., stabilitas dalam air
PENGARUH TEKNIK PENGAPUNGAN HAYATI MELALUI FERMENTASI Rhizopus sp. TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI PAKAN IKAN APUNG Paramadini, Sabrina Ayu; Sriherwanto, Catur; Nurlaila, .; Suja'i, Imam; Annisa, Mutiara Ayu
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 6 No. 1 (2019): June 2019
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.154 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v6i1.3477

Abstract

Influence of Biofloatation Technique through Rhizopus sp. Fermentation on the Nutritional Quality of the Floating Fish FeedABSTRACTSolid fermentation using the mold Rhizopus has been used as an alternative method to improve the physical quality of fish feed, namely stability in water and floatability. Although the fermented fish feed produced had been shown previously to have better stability in water and floatability, the effect of the fermentation on the fish feed nutrition has not yet been known. This study aimed to determine the effect of solid fermentation using the mold Rhizopus sp. on the nutrient content of the fermented feed. In addition, the effect of adding tapioca as much as 0, 1, 2, 3, and 4 g to the dry weight loss and density of the fermented feed was investigated. The results showed that the fermented feed contained higher levels of ash and protein than that before fermentation. The addition of tapioca up to 4 g had no significat effect (p>0.01) on the dry weight loss of the fermented feed, but tended to increase its density compared to those without tapioca addition.Keywords: density, fermentation, fish feed, nutrition, Rhizopus ABSTRAKFermentasi padat menggunakan kapang Rhizopus telah digunakan sebagai metode alternatif untuk memperbaiki kualitas fisik pakan ikan, yakni stabilitas dalam air dan daya apung. Meskipun pakan ikan fermentasi yang dihasilkan sebelumnya sudah dibuktikan memiliki stabilitas dalam air dan daya apung yang lebih baik, namun pengaruh fermentasi terhadap nutrisi pakan ikan tersebut belumlah diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh fermentasi padat menggunakan kapang Rhizopus sp. terhadap kandungan nutrisi pakan fermentasi, dan pengaruh penambahan tapioka sebanyak 0, 1, 2, 3, dan 4 g terhadap kehilangan berat kering dan mass jenis pakan hasil fermentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa pakan fermentasi mengandung kadar abu dan protein lebih tinggi dibandingkan sebelum difermentasi. Penambahan tapioka hingga 4 g tidak berpengaruh nyata (p>0,01) pada kehilangan berat kering pakan fermentasi, namun cenderung meningkatkan massa jenis dibandingkan tanpa penambahan tapioka.Kata kunci: fermentasi, massa jenis, nutrisi, pakan ikan, Rhizopus
PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM FITAT DAN ASAM AMINO ESENSIAL BAHAN-BAHAN ORGANIK PAKAN YANG DIFERMENTASI RAGI TEMPE Muniroh, Arina; Suja'i, Imam; Wibowo, Aji; Saputra, Henry Kasman Hadi; Yunita, Etyn; Sriherwanto, Catur
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 8 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.834 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v8i1.4743

Abstract

Changes in the Contents of Phytic Acid and Essential Amino Acids of Animal Feed Organic Materials Fermented by Tempe Starter The contents of antinutrients and nutrients are important in the selection of feed ingredients, especially for monogastric animals. The aim of this study is to determine the change in the contents of antinutrient phytic acid and nutrient essential amino acid in selected organic materials. Nine organic ingredients of agro-industrial by-products, namely rice bran, coffee skin, cassava bagasse, corn, coconut dreg, soy bean meal, pollard, corn gluten feed (CGF), and copra meal were fermented in solid state using tempeh starter for 48 hours at 30°C. Dense mycelia overgrowing evenly on the top, bottom, and cross-sliced surfaces was observed on rice bran, maize and copra meal substrates. These 3 selected organic materials were then analysed for the content of phytic acid and essential amino acids. The results showed that the lowest decrease (75.80%) in phytic acid content occurred in maize, namely from 18.49 ± 0.41 mg g-1 (before fermentation) to 4.48 ± 0.19 mg g-1 (after fermentation). The highest increase (59%) of total essential amino acids occurred in copra meal, namely from 38,991.89 ± 447.12 mg kg-1 (before fermentation) to 61,816.56 ± 894.24 mg kg-1 (after fermentation). Kandungan antinutrisi dan nutrisi merupakan hal penting dalam pemilihan bahan pakan, terutama untuk hewan monogastrik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kandungan antinutrisi asam fitat dan nutrisi asam amino esensial pada bahan organik tertentu yang terpilih. Sembilan bahan organik yang merupakan hasil samping agroindustri, yakni dedak padi, kulit kopi, onggok, jagung, ampas kelapa, bungkil kedelai (soy bean meal), dedak gandum (pollard), produk samping jagung corn gluten feed (CGF), dan bungkil kopra difermentasi padat menggunakan ragi tempe selama 48 jam pada suhu 30°C. Miselium yang tumbuh subur, padat, dan merata pada permukaan atas, bawah, dan irisan melintang teramati pada dedak padi, jagung, dan bungkil kopra. Tiga bahan organik terpilih ini kemudian dianalisa kandungan asam fitat dan asam amino esensialnya. Hasil menunjukkan bahwa penurunan terbesar (75,80%) kandungan asam fitat terjadi pada jagung, yakni dari 18,49 ± 0,41 mg g-1 (sebelum fermentasi) menjadi 4,48 ± 0,19 mg g-1 (setelah fermentasi). Peningkatan tertinggi (59%) asam amino esensial total terjadi pada bungkil kopra, yakni dari 38.991,89 ± 447,12 mg kg-1 (sebelum fermentasi) menjadi 61.816,56 ± 894,24 mg kg-1 (setelah fermentasi).