Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Internalisasi Nilai Multikultural untuk Memperkokoh Toleransi Umat Kristen Dan Muslim Di Kota Kupang Moses Kollo; Dixon Taek Bete
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 3, No 2 (2020): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) December
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.578 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v3i2.346

Abstract

This paper aims to describe (1) the causes of the emergence of religious multiculturalism (Christian and Muslim) in Kupang City; (2) How are the efforts of Christian and Muslim families in internalizing multicultural values to each child to strengthen tolerance between religious communities in Kupang City; and (3) what is the result of the merger of multicultural societies in Kupang City. This research is a qualitative descriptive study and focuses on the social interactions of the Christian and Muslim communities in Kupang City. Data were collected using interview techniques, observation and literature study then analyzed qualitatively which includes data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of this study conclude that (1) the emergence of religious multiculturalism (Christian and Muslim) is due to the fact that Kupang City is the center of government, economy, education for the people of NTT, and inter-religious and ethnic mixed marriages; (2) there are two steps by Christian and Muslim families in Kupang City in internalizing multicultural values to children, namely directly educating and practicing. First, educating, giving understanding to children to always have the spirit of mutual cooperation, communicative, tolerant, respect, respect and friendly to others; second, direct practice, namely being directly involved in social activities in the community such as celebrating joy and sorrow; and (3) “Beta Orang Kupang” is a new civilization that emerged as a result of the fusion of the people of Kota Kupang from various backgrounds
Pelatihan Sprint 3 Repetisi 3 Set Untuk Meningkatkan Kecepatan Tendangan Depan Pada UKM Pencak Silat UPG 1945 NTT Dixon Taek Bete; Moses Kollo
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to study whether sprint 3 repetitions of 3 sets can increase the speed tendencies of the Pencak Silat UKM of UPG 1945 NTT. The method used in this study is the experimental method with the design of the study design is one group pretest-post test design. This research was conducted in the UKM Perisai Diri at the Pencak Silat UKM of UPG 1945 NTT. The time used in this study is 1 year. The test used is the test of doing the front kick for 1 minute to find out the speed of the front kick. The data analysis technique used is the t-test method. The results of data analysis showed the average initial test of front kick = 70.87, Final test = 78.07 and t-count = 7.059. The results of the next calculation are compared df = N-1 (15-1) = 14, then it is obtained 1.761 at the significance level of 5%, which means t-count (7.059)> t-table (1.761). Thus the Ha is accepted while the Ho is rejected, because the t-count value is greater than t-table. Based on the results of data analysis it can be concluded that sprint training 3 repetitions of 3 sets can increase the speed tend to be in the the Pencak Silat UKM of UPG 1945 NTT is 10.16%.
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Visualisasi Gua Peninggalan Jepang di Kupang Untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah Siswa Moses Kollo; Sanhedri Boimau
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to find out (1) The use of media in learning history that has been taking place in the XI class of Sudirman Kupang Senior High School so far; (2) historical awareness of class XI Sudirman Kupang high school students; (3) Development of historical learning media based on the Japanese Cave Visualization in Kupang to increase historical awareness of class XI students at Sudirman Kupang High School; and (4) Effectiveness of the application of the Japanese Cave Visualization Media in Kupang in history learning in class XI of Sudirman Kupang High School. This research was conducted at Sudirman Kupang High School. This research is a research or development called research and development (R & D). The results showed that (1) the use of media in history learning that took place so far in class XI of Sudirman Kupang high school was still said to be minimal; (2) after learning in the classroom using the Kupang Japan cave visualization media, class XI students at Sudirman Kupang High School felt it was important to visit the Kupang Japan cave site; (3 development of historical learning media based on visualization of Japanese caves in Kupang was carried out through several stages including (a) the stage of material selection ie the researcher chooses the subject used in the development activity; c) producing a learning video, at this stage, the researcher utilizes Adobe photo shop CC 2015 software, Vegas pro 13, Adobe After Affact and Adobe Audition, (d) product validation.After validating the expert both material and media, the resulting product is declared (4) learning media based on Kupang Japan cave visualization is very effective in increasing the historical awareness of class XI students of Sudirman Kupang High School.
Sejarah Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936 Moses Kollo; Diana Rohi
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 5 No 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sejarah Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936. Lokasi penelitian ini adalah bekas wilayah Kefetoran Bani-Bani yang dipusatkan di Desa Tunbesi sekarang menjadi wilayah Kecamatan Io Kufeu di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primerdan sumber data sekunder. Data penelitian menggunakan teknik wawancara, observasi dan telaah pustaka yang berdasarkan duaa tahap penelitian sejarah yakni heuristik dan verifikasi atau kritik sumber. Kemudian data penelitian dapat dianalisis menggunakan teknik ketiga yakni interpretasi. Sedangkan hasil penelitian dapat ditulis menggunakan teknik historiografi yang merupakan teknik keempat atau teknik terakhir dalam penelitian sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa factor yang meatarblkangi lahirnya Kefetoran Bani-Bani di Timor yakni (1) Terbentuknya kesatuan masyarakat adat yang luas yang menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan perdamaian dan keseimbangan sosial; (2) Masuk dan berkembangnya pemerintahan Belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi raja; (3) Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran; (4) Aspek pendekatan pelayanan publik pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. Kata Kunci: Sejarah, Kefetoran Bani-Bani di Timor PENDAHULUAN Kerajaan di pulau timor selain diperintah oleh raja dibantu oleh fetor yang berperan sebagai tangan kanan raja atau wakil raja di wilayah kefetoran. Sebagai tangan kanan raj, fetor berperan aktif dalam mengarahkan rakyatnya melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Untuk memudahkan itu koordinasi haru smenjaga keamanan kerajaan. Sebagai tangan kanan raja, maka raja dianggap sebagai kuasa bumi yang diberi hak dan wewenang untuk melaksanakan pemerintahan yang paling pnting adalah menjaga keutuhan wilayah. Rakyat yang mendiami wilayah tersebut disebut toh ana (rakyat biasa). Kekuasaan fetor ditaati oleh rakyat di wilayahnya. Sistem politik kerajaan sendiri sering di sebut patrimonial atau monarchy. Dalamhal ini raja adalah penguasa dan pengayom sama halnya bapak dalam keluarga. Sebagian besar suku dalam kabupaten belu umumnya menganut genealogis territorial. Mereka percaya bahwa seluruh warga suku sebenarnya merupakan suku asal keturunan yang memiliki budaya, bahasa dan wilayah adat tertentu (Widiyatmika,2007:32) Pengalihan wilayah adat ini menjadi wewenang pemuka adat mulai dari raja, fetor dan temukung. Berawal dari system politik belanda yang ingin menguasai timor sejak tahun 1657 karena komditi cendana yang sangat terkenal di eropa. Dimana Belanda mengunakan strategi merangkul toko adat,intervensi didalam struktur adat, dan penerapan aturan baru mengenai aturan pemerintahan desa. Adat swapraja yang yang dibentuk sesuai dengan kesatuan politik asli,namun ada juga wilayah-wilayah kerajaan kecil yang digabungkan dan ini tidak sama tergantung pada dinamika penunduk kerajaan-kerajaan tersebut. Sebuah kerajaan disebut swapraja yang dipimpin oleh seorang raja dan membawahi sejumlah distrik yang disebut dengan kefetoran. Dibawah kefetoran ada ketemukungan dan dibawah ketemukungan ada juga sejumlah kampung (Io’o). salah seseorang yang pernah menjabat sebagai fetor Bani-Bani yaitu Hendrikus Kun pada tahun 1936-1944. Kefetoran adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya yang teratur dibawah kekuasaan seorang kepala kampung atau kepala suku. Kefetoran Bani-bani memiliki peran sebagai pembantu raja yang memiliki wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan itu dikenal dengan ketemukungan. wilayah ketemukungan yang dipakai seorang temukung dalam menjalni kegiatan pemerintahan diwilayah kefetoran harus melaporkan hasil kegiatan kepada fetor. Hal iniberarti wilayah ketemukungan sangat besar yang berarti dalam menata desa-desa gaya baru setelah tahun 1962, sedangkan wilayah keferotan berubah menjadi kecamatan. Demikian kerajaan berubah menjadi kabuaten yang kini dikenal dengan kabupaten Malaka. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah”Faktor apakah yang melatarbelakangi terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936”. KAJIAN PUSTAKA Sejarah Sejarah adalah cerita, gambaran pada masa lampau tentang kehidupan umat manusia dan sekitarnya sebagai suatu masalah dalam kehidupan sosial yang disusun secara ilmiah yang didalamnya meliputi urutan-urutan waktu fakta-fakta pada masa tersebut dengan sejumlah tafsiran atau penjelasan yang memberi gambaran tentang apa yang telah berlalu (Gazalba, 1981: 13). Pendapat ini diperkuat oleh Tamburaka (2002:4) yang menyatakan sejarah merupakan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa dimasa lampau,tetapi peristiwa-peristiwa dimaksud dianalisa dengan meneliti sebab akibat,kemudian dirangkum kembali kemudian dapat diperoleh pengertian dalam bentuk sistesis yang dapat memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek: 1) bagaimana deskripsi peristiwanya, 2) mengapa peristiwa ini terjadi dan 3) kemana peristiwa itu akan terjadi selanjutnya. Tamburaka (1999:13) mengemukakan dua dalil tentang sejarah yaitu: “sejarah mempunyai arti yang cocok untuk mempelajari alam pikiran dan pengalaman-pengalaman manusia” “dan sejarah bersifat unik,langsung dan dekat”. Abdulgani (1963:174) menyatakan bahwa sejarah ialah salah satu cabang ilmu yang meneliti dan meyelidiki secara sintematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau,beserta kejadian-kejadinnya, dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan itu,untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penelitian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan. Sejarah dalam pengertian itu mengadung 3 dimensi waktu yaitu masa lampau,(past), sekarang(present) , dan akan datang (future). Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah ilmu yang mempelajri peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa lampau,serta membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan umat manusia. Kejadian atau peristiwa ini meninggalkan bukti yang dapat dikumpulkan untuk diteliti oleh generasi sekarang ini. Kejadian atau peristiwa ini terjadi dalam ruang dan waktu. Kefetoran Menurut Parera ( 1994: 25) fetor berasal dari perkataan yaitu feitor. Dalam kamus Portugis- Inggris yang sudah usang (sekitar tahun 1990), feitor diterjemahkan dengan fector, manager, steward, farmer, husbandman, Doemaker, performer. Kefetoran adalah suatu wilayah dengan jumlah yang teratur dibawah kekuasaan seorang kepala kampung atau kepala suku. Kefetoran bani-bani memiliki peran sebagai kepala kampong yang mempunyai wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan tersebut dikenal dengan sebutan Tamukung. Wouden Van (1996: 98), mengatakan bahwa terdapat tiga fungsionaris penting dalam sebuah kerajaan, yaitu raja utama,tangan kanan(fetor)dan tangan kiri(hulubalang). Sedangkan menurut Widiyatmika (2007: 76), fetor adalah pejabat yang berkuasa disamping raja. Sedangkan menurut Parera (1994:76), kata fetor berasal dari bahasa portugis yaitu “Fetor” yang dikelompokan pada bangsawan tingkat pertama dan ditulis fetor sedangkan beberapa tempat, seperti di Belu,digunakan istilah Kapitan kalau diflores dan di Sikka dikenal dengan Alvieris dan Kabu,Alvieris sebagai temukung besar dan kabu sebagai pesuruh kampug sedangkan fetor diterjemahkan dengan Victory berasal dari zaman portugis (Parera,1994: 215). Pemerintahan Bolis (1992:80) menyatakan bahwa daerah,bangsa,dan baik pemerintahan sebagai unsure pembentuk suatu Negara apabila dirawat baik semakain besar dan jayalah kerajaan atau Negara itu akan lenyap. Sitanggas (1996:23) menyatakan pemerintahan adalah suatu system dari gerakan semua fungsi yang ada di suatu masyarakat atau Negara yang mempunyai wilayah tertentu dugunakan sebagai alat kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan dengan meliputi bidang-bidang kejasmanian dan kerohanian. Doko (1981:2) menyatakan bahwa pemerintahan pada masa lalu dapat dijalani atas dasar adat dimana seorang pemimpin (raja) adalah penguasa tunggal dalam wilayahnya. Kotten (1972:2) menyatakan pemrintahan dalah cara perbuatan untuk menyelengarakan segenap kepentingan termasuk kewajiban,tugas,dan tanggung jawab dar orang atau badan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara atau daerah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan merupakan organisasi formal pada suatu daerah dalam suatu Negara,yang didalamnya terdapat pemegang kekuasaan tertinggi untuk memerintah yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka. Adapun alasan memilih lokasi ini karena lokasi ini merupakan bekas Kefetoran Bani-Bani sehingga diyakini dapat memudahkan peneliti dalam memperoleh data penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian historis dimana dalam proses pengumpulan data hingga penulisan hasil penelitian dilakukan secara historis. Adapun yang menjadi sumber data dalampenelitian ini terdiri dari dua yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data rimer dalam penelitian sejarah adalah sumber asli yang menyaksikan atau sumber yang ada bersamaan dengan waktu terjadinya peristiwa tersebut. Karena itu, sumber data primer dalam penelitian ini adalah catatan Fetor Hendrikus atau dokumen sejenis, pusat kefetoran (istana fetor), dan peninggalan lainnya. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang dapat member informasi terkait Kefetoran Bani-Bani walaupun ia tidak turut merasakan keemimpinan Fetor Hendrikus di Kefetoran Io Kufeu Timor. Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah observasi, wawancara dan telaah pustaka yang berlandasrkan heuristik, kritik sumber dan interprtas. Sedangkan hasil penelitian ditulis menggunakan teknik historiografi yang merupakan tahap terakhir dalam langkah penelitian sejarah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani Di Timor Tahun 1936 Daerah provinsi Nusa Tenggara Timur pada masa kolonil belanda merupakan suatu keresidenan yang dinamakan Keresidenan Timor dan daerah takhluknya (De Residen Van Timor En Onder Horigheden). Diatur dalam Indische Staatblad 1916 No. 372 (Sejarah daerah NTT 1980:93) Wilayah hukum Keresidenan Timor terbagi atas tiga afdeling yaitu afdeling Flores, afdeling Timor,dan afdeling Sumba yang masing-masing diperintah oleh seorang asisten residen. Setiap afddeling terbagi atas wilayah bagi yang disebut onder afdeling yang dikepalai seorang Pamong Praja yang bergelar kontroleur, dan didalam setiap onder afdeling terdapat swapraja-swapraja. Setiap swapraja terbagi lagi atas beberapa wilayah bagian berdasarkan bentuk kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai ciri khas berdasarkan suatu lingkungan persatuan adat, yang sebutannya berbeda- beda disetiap daerah diwilayah Nusa Tenggara Timur (Memori Gubernur NTT, Buku 1958-1972 :79). Didalam badan persekutuan pemerintah adat yang dipimpin oleh tua-tua suku (kepala-kepala suku) maka lama kelamaan mulai berlaku sistem norma dan tatanan kemasyarakatan adat yang ternyata luas pengaruhnya hingga saat ini. Demikian pula adanya struktur adat dengan pembagian tugas kepada mereka yang dipilih dan ditetapkan sebagai kepala suku maupun anggota suku. Dala kehidupan suku ada juga aturan (berupa hukum adat) yang berlaku ,diakui dan tetap bertahan relative cukup lama sampai masuknya pengaruh budaya dari pihak luar. Berbagai inovasi juga harus diterima oleh semua anggota sebab telah ada arus informasi komunikasi sejalan dengan perkembangan zaman. Kehadiran suatu wilayah kefetoran pada zaman lampau erat hubungan dengan tuntutan zaman. Pergesaran-pergeseran yang terjadi dilingkungan Bani-bani ternyata mulai mengubah peta politik pemerintahan raja-raja. Daerah timor adalah daerah pulau masing-masing pulau itu mempunyai riwayatnya sendiri-sendiri apalagi riwayat-riwayat itu tidak tertulis sehingga banyak keterangan hanya berdasarkan cerita-cerita dari mulut ke mulut tetapi dapat dipercaya kebenarannya. Sejarah pembentuk kefetoran Bani-bani hubungannya erat dengan para leluhur. Para amaf-amaf,amnasit-amnasit,bersama dengan rakyat mengadakan sidang untuk dibentuknya suatu kefetoran karena dilihat dari pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Ketentuan untuk menjadi seorang pemimpin adalah bertanggung jawab,mampu mengatur dan menciptakan kedamaian serta keseimbangan social. Para amaf-amaf dan amnasit-amnasit mempercayakan seorang pemimpin kepda laki-laki besar (Sulung) untuk menjadi fetor,karena menurut adat laki-laki besarlah yang pantas untuk manjadi seorang pemimpin. Atas kesepakatan bersama Hendrikus Kun dipilih sebagai fetor di Bani-bani. Alasan para amaf,amnasit,dan masyarakat memilih Hendrikus Kun sebagai Fetor karena Hendrikus Kun memiliki pendidikan yang lebih tinggi,tegas,dapat mebaur dengan masyarakat,dan juga merupakan keturunan bangsawan. Pada masa pemerintahan dikefetoran Bani-bani banyak tantangan yang dialami dengan masuknya dan berkembangnnya pemerintahan Belanda ingin mempengaruhi masyarakat elit local. Kuatnya hubungan Belanda dengan masyarakat elit Lokal tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif dan amaf diangkat menjadi raja oleh belanda,tetapi Karena kemapuan yang dimiliki oleh para pemimpin elit local maka kefetoran Bani-bani terbukti menjalani tugasnnya dengan baik. Dalam pelaksanaan tugas fetor dibantu oleh para amaf,amnasit,tamukung,dan rakyat diwilayahnya. Pemerintahan kefetoran merupakan dasar pemikiranyang dijadikan sebagai panduan untuk melangsukan kegiatan-kegiatan pemerintah. Dasar pemerintahan yang dimiliki oleh suatu bidang pemerintahan kefetoran Bani-bani adalah system pemerintahan adat. Semua pelaksanaan pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan dilakukan berdasarkan aturan-aturan adat yang berlaku. Fetor Hendrikus Kun bersama temukung-temukung dan tua-tua adat dalam melaksanakan pemerintahan adat dan kemasyarakatan secara turun temurun atau genealogis. Lahirnya kefetoran Bani-bani tentunya dilator belakangi oleh beberapa hal antara lain : Adanya kesatuan masyarakat adat yang luas menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan pendamaian,dan keseimbangan social. Masuk dan berkembangnya pemerintahan belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran. Dari aspek pendekatan pelayanan publik (masyarakat) pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. Kefetoran ini merupakan salah satu komponen yang tidak terlepas dari komponen yang lain. Oleh karena itu adaya kerja sama yang dilandasi oleh dasar kekeluargaan,maka kefetoran tersebut dapat tumbuh dan berkembang sampai berkahir masa kefetoran. Suatu system kefetoran juga dilandasi oleh struktur ,dan perang yang dibebankan oleh komponen-komponen yang ada oleh karena itu guna menetapkan seorang untuk masuk dalam struktur kefetoran dibutuhkan kajian-kajian strategis,walaupun pikiran yang dikemukakan oleh penggagas pada saat itu masih terkola dengan cara berpikir tradisional terkesan masih sangat sederhana. Untuk lebih jelas tentang struktur pemerintahan kefetoran Bani-bani dapat dilihat pada struktur berikut : Dengan melihat komponen yang tertulis pada struktur di atas maka tugas setiap komponen dan segala peranannya tidak sama. Ketiksamaan tugas ini dapat dimungkinkan oleh ikat adat yang sangat kuat pengaruhnya. Disini adat sebagai hukum tidak tertulis mempunyai peran sentral dalam upaya mengatur dan menata wilayah dan masyarakat ,pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikan sistem pemerintahan atau tugas setiap komponen kefetoran Bani-bani dapat digambar sebagai berikut : Fetor Fetor adalah pemimpin tertinggi dalam suatu kampung yang berada dalam wilayah kerajaan. Fetor dipilih dan diangkat oleh raja. Ia sebagai penghubung antara rakyat dengan raja. Adapun Tugas-tugas fetor adalah : Melaksanakan perintah-perintah yang disampingkan oleh raja Menyelesaikan perselisihan,persengkatan yang timbul dalam wilayah dan dianggap perlu diteruskan masalah tersebut kepada raja Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan raja. Temukung Temukung adalah pemimpin tertinggi dalam suatu kampong yang berada dalam wilayah kefetoran. Temukung dipilih dan diangkat oleh fetor. Ia sebagai penghubung antara rakyat dan fetor. Tugas-Tugas Temukung adalah : Melaksanakan perintah-perintah yang disampaikan oleh fetor. Membantu fetor dalam menyelesaiakan perselisihan,persengkataan,yang timbul dalam wilayah kefetoran. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan fetor . Amnasit Amnasit merupakan gabungan dari beberapan uma(rumah) sebagai pemimpin dalam wilayah,ini ditunjukan oleh anggota-anggota keluarga yang berada dalam kelompok ini. Amnasit bertugas sebagai pendukung fetor dalam menjalankan tugasnya yaitu melaksanakan fungsi pemerintahan diwilayahnya. Apabila terjadi perselihan antara warga diwilayah maka Ia berhak menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan hukum adat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang diulas tersebut maka dapat ditarik beberapa poin penting yang menjadi factor penentu terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor tahun 1936 diantaranya sebagai berikut: Adanya kesatuan masyarakat adat yang luas menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan pendamaian,dan keseimbangan social. Masuk dan berkembangnya pemerintahan belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan Belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran. Dari aspek pendekatan pelayanan public pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Abdulgani, Roeslan. (1963). Penggunaan Ilmu Sejarah. Djakarta: Prapantja. Bolis. (1992). Ilmu Negara Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Doko, I.H. (1981). Nusa Tenggara Timur dalam Kancah Kemerekaan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gazalba, Sidi. (1981). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Aneka Pustaka. Kotten, Benediktus, Kada. (1972). Sejarah Perkembangan Pemerintahan Swapraja Larantuka. Kupang: FKIP Undana. Parera , A.D.M. (1994). Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor. Jakarta: Sinar Haraan Sitanggas, H. (1996). Ekologi Pemerintahan. Jakarta: Sinar Harapan Tambuka, Rustan. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta. ………………. (2002). Pengantar Ilmu Sejarah (Teori Filsafat dan IPTEK). Jakarta: Rineka Cipta. Widiyatmika, Munanjar. (2007). Lintasan Sejarah Bumi Cencada. Kupang: Pusat Pengembangan Madrasah NTT. Wouden, Van, F.A.E. (1996). Klen Mitos dan Kekuasaan. Jakarta: Grafi Pers.
OKOMAMA MENURUT TRADISI MASYARAKAT SUKU DAWAN DI OELBITENO KECAMATAN FATULEU TENGAH KABUPATEN KUPANG Oktoviana Meluk; Moses Kollo; Diana Rohi
Jurnal Artefak Vol 9, No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.259 KB) | DOI: 10.25157/ja.v9i1.7254

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan fungsi Okomama Menurut Tradisi Masyarakat Suku Dawan di Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang. Yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling. Data penelitian dapat dikumpulkan dengan teknik wawancara informan, observasi dan telaah pustaka. Kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif melalui tiga tahap ykni reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa menurut tradisi masyarakat Suku Dawan di Oelbiteno Kecaatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang, Okomama memiliki fungsi sebagai perekat hubungan sosial antar sesama masyarakat. Hal ini terwujud melalui suatu kebiasaan yang dimiliki masyarakat setempat bahwa, jika seseorang berkunjung ke rumah orang lain, wajib untuk disuguhi Okomama (tempat atau alat untuk menyuguhi sirih dan pinang) kepadanya. Tindakan ini menyimbolkan keramahan, penerimaan dan rasa hormat yang ditonjolkan oleh tuan atau pemilik rumah terhadap tamu. Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa makna yang terkandung di dalam Okomama menurut kebiasaan masyarakat Suku Dawan di Oelbiteno Kecamatan Fatuleo Tengah Kabupaten Kupang mengandung nilai harmoni sosial yang dapat menjamin solidaritas dan kerukunan hidup bermasyarakat dan bernegara. Karena itu, tradisi ini harus terus diwarisi dari waktu ke waktu terutama oleh generasi penerus yang memilikinya agar tidak punah melainkan tetap eksis sebagai bagian dari kekayaan bangsa Indonesia.
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VISUALISASI GUA JEPANG KUPANG Moses Kollo
Jurnal Muara Pendidikan Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Muara Pendidikan Volume 5 No1 Juni 2020
Publisher : LP3M Universitas Muhammadiyah Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.785 KB) | DOI: 10.52060/mp.v5i1.267

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Media pembelajaran yang digunakan oleh guru sejarah selama ini; (2) Pengembangan media visualisasi gua Jepang Kupang; dan (3) Efektivitas penerapan Media Visualisasi Gua Jepang di Kupang dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS SMA Sudirman Kupang. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau disebut dengan research and development (R & D) dengan mengadopsi model ADDIE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media dalam pembelajaran sejarah yang berlangsung selama ini di kelas XI SMA Sudirman Kupang selama ini masih dikatakan minim; (2) setelah dilakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan media visualisasi gua Jepang Kupang, siswa kelas XI di SMA Sudirman Kupang merasa penting untuk mengunjungi situs gua Jepang Kupang; (3 pengembangan media pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya (a) tahap pemilihan bahan yakni memilih pokok bahasan yang digunakan dalam kegiatan pengembangan; (b) desain pengembangan yakni menelaah referensi lain yang relevan dengan pokok materi penelitian; (c) memproduksi video pembelajaran; (d) validasi produk baik oleh ahli materi dan ahli media hasilnya media layak untuk digunakan. (4) uji efektivitas media visualisasi gua Jepang yang dikembangkan melalui tiga tahap yakni uji coba satu-satu terhadap 3 orang siswa, uji coba kelompok kecil terhadap 10 orang siswa dan uji coba lapangan dilakukan terhadap kelas XI IPS sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 27 siswa pada masing-masing kelas. Hasil dari ketiga tahap uji coba tersebut dinyatakan “Baik”. Maka, media visualisasi gua Jepang tersebut dinyatakan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Sudirman Kupang.
Sea Nono Heu dan Martabat Wanita dalam Tradisi Perkawinan Adat Masyarakat Suku Amarasi di Timor Moses Kollo; Yanrini Martha Anabokay; Diana Rohi
Jurnal Artefak Vol 10, No 2 (2023): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v10i2.10417

Abstract

Sea Nono Heu. Sea Nono Heu is a custom in traditional marriage owned by the Amarasi Tribe community in Timor, East Nusa Tenggara region. This study aims to describe "The process of implementing the traditional sea nono heu ritual for the Amarasi Tribe community in Timor. The location for the implementation of this research is the Amarasi area on Timor Island. This research uses qualitative methods. Research data were collected using interviews, observation, and literature review techniques. Research data is analyzed through three stages of qualitative analysis: data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification. The results of this study revealed that the Amarasi Tribe is a tribe found on the island of West Timor with a traditional marriage tradition called Sea Nono Heu. Sea Nono Heu is the final stage in a series of traditional marriages of the Amarasi Tribe on the island of Timor. At this stage, a bride or groom has the right to pin his surname for the wife after he has completed or completed several customary requirements as determined by the wife's family (bride). The customary requirements are paying belies (dowry), salendang, betel nut, and a female cow. There are three stages in the implementation of Sea Nono Heu, namely the planning stage, the implementation stage, and the closing stage. The people involved in the execution of Sea Nono Heu are the bride and groom (bride and groom), the biological parents of the bride and groom, the extended family of the bride and groom, and other guests.