Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM DIVERSIFIKASI BUAH NAGA TIDAK LAYAK JUAL (GRADE B DAN C): Empowerment of Housewives In Diversification of In Appropriate Dragon Fruit (Grades B and C) Sylvia Dwi Wahyuni; Rista Fauziningtyas; Setho Hadisuyatmana
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2020): JPM | Maret 2020
Publisher : LPPM - STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.454 KB) | DOI: 10.33023/jpm.v6i1.583

Abstract

Tren produksi buah naga di Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahun. Jenis buah naga yang banyak dibudidayakan adalah buah naga merah. Hasil panen buah naga warga Glagah Agung dijual pada pengepul. Harga jual buah naga dari petani pada pengepul jauh dibawah harga jual kepada konsumen. Selain itu, harga jual buah naga dengan grade B dan C hampir setengah dari harga jual buah naga grade A dan ketika panen raya buah naga grade B dan C tidak laku dijual sehingga dibuang di belakang pekarangan rumah warga, menjadi pakan ternak sapi atau kambing atau dibuang ke sungai. Sementara itu, sebagian besar ibu di Desa Glagah Agung merupakan ibu rumah tangga yang belum produktif secara ekonomi. Para ibu mengeluh tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk mengolah buah naga sehingga buah naga grade B dan C dibiarkan begitu saja sampai busuk. Selain itu, para ibu membutuhkan informasi terkait pembukuan sederhana untuk memulai usaha, penghitungan laba rugi serta cara untuk memasarkan produk, khususnya secara online. Metode yang digunakan untuk pemberdayaan adalah kerjasama dengan petani buah naga sebagai penyedia bahan baku buah naga grade B dan C, pelatihan pembuatan jenang dan sirup, pelatihan pengemasan jenang dan sirup, pengadaan fasilitas pembuatan jenang dan sirup, pelatihan manejemen pembukuan sederhana, dan pembuatan media pemasaran online melalui instagram, fanspage, dan tokopedia. Luaran pengmas ini adalah produk sirup dan jenang buah naga, publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/prosiding, publikasi pada media cetak/online, peningkatan penerapan IPTEK di masyarakat, penerapan inovasi baru, dan penerapan metode pembuatan jenang dan sirup. Kata kunci: diversifikasi, buah naga, ibu rumah tangga
Pemberdayaan Keluarga Rawan Pangan Melalui Penguatan Aspek Kognitif Dan Psikomotor Sebagai Upaya Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya Eka Mishbahatul Mar’ah Has; Elida Ulfiana; Setho Hadisuyatmana; Dwi Faqihatus Syarifah. Has
Indonesian Journal of Community Dedication in Health (IJCDH) Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.148 KB) | DOI: 10.30587/ijcdh.v1i1.2085

Abstract

Malnutrisi masih menjadi masalah gizi utama anak di Indonesia. Malnutrisi dan rawan pangan hampir tidak dapat dipisahkan. Rawan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah penguatan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga rawan pangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. Metode pendekatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi dan ketrampilan yang sederhana, murah dan mudah untuk diaplikasikan oleh ibu dari keluarga rawan pangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balitanya. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat akan dilakukan secara bertahap, meliputi: 1)Pendidikan kesehatan melalui tatap muka dan diskusi, 2)Pelatihan pemilihan bahan, pengolahan, dan penyajian makanan bergizi untuk balita, serta 3). Monitoring dan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan di awal, proses, dan akhir kegiatan dengan cara berikut: 1) Pre-test: diberikan kuesioner untuk di jawab oleh peserta, 2) Proses: dilakukan saat pelatihan; ceramah, diskusi, demonstrasi berdasarkan respon dan keaktifan peserta serta Post-test: diberikan kuesioner setelah selesai mengikuti pelatihan. Dari hasil evaluasi kegiatan masyarakat didapatkan hasil peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor dengan rata rata 75%. Hasil evaluasi ini membuktikan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini berhasil dan sesuai dengan target. Kata kunci: Pemberdayaan, Keluarga Rawan Pangan, Peningkatan Kognitif dan Psikomotor
The Correlation between Masculinity and Smoking Behavior among Adolescent in Surabaya Setho Hadisuyatmana
Journal of Global Pharma Technology Volume 12 Issue 02 (2020) Feb. 2020
Publisher : Journal of Global Pharma Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.942 KB)

Abstract

Smoking behavior is one of the risky health behaviors adopted by adolescents in Indonesia. The behavior was commonly recognized as a masculine among male adolescents. The label of man identity called masculinity influences this condition. This study investigated the association of masculinity as ideology, masculinity norms, and gender role conflict and its correlation with smoking behavior in male adolescents who lived in Surabaya. This study used a descriptive correlative method and involved 314 adolescent males aged 15-18 years old in Surabaya as participants. We employed univariate analysis to identify predictors, including the ideology of masculinity (MNRI-SF), masculinity norms (CMNI-46), and gender role conflict (GRCS-I); and a dependent variable: male adolescents’ smoking behavior. The data were collected electronically, following waived written consents. Bivariate analyses were conducted to investigate each of the predictor's questionnaires and dependent variables using chi-square with the level of significance of p<0.05. Adolescents as participants in this study have low levels of ideological masculinity, high norms of masculinity and gender role conflict in the moderate category. The results indicated that ideology masculinity, masculinity norms, and gender role conflicts are positively associated with smoking behavior (p=0,001, p=0,029, and p=0,001 respectively). The findings of this study suggested that smoking behavior was constructed as an element to the idea of masculinity in the perspective of male adolescents in Surabaya, despite the available warning to prevent the circulation of tobacco products to adolescents. Thus, this study recommends the need for reinvention around tobacco-products circulation as not to involve the youth. Keywords: Adolescent, Gender role conflict, Masculinity, Smoking behavior.
Men’s Attachment to Masculinity and Preference in Accessing Primary Health Care Service in URBAN Area of Surabaya, Indonesia Setho Hadisuyatmana
Journal of Global Pharma Technology Volume 12 Issue 02 (2020) Feb. 2020
Publisher : Journal of Global Pharma Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Men’s attachment to masculinity is believed to contribute to the low access to health services. However, there is a paucity in the available literature to explain this further in Indonesia. This study aimed to narrow the gap by providing scientific evidence to explain whether a similar situation is occurring in Indonesia. We conducted a cross-sectional study involving 134 men aged 20-40 years old who lived in Surabaya as participants. The ideology of masculinity, masculinity norms and the gender role conflict were assessed for their correlations with men’s access to primary health care. Univariate analysis was employed to identify the studied variables; and bivariate analysis was conducted to the correlation with men’s use of the primary health care services, using Spearman’s correlation test. The men were moderately attached to the ideology of masculinity (52.2%), masculinity norms (56.7%) and have moderate gender role conflicts (53.7%), and used the primary health care center for services (54.5%). The bivariate analysis resulted that all the three studied variables did not correlate with men’s access to primary health care centers (p = 0.455, 0.654, 0.300 respectively). The results refute the widely accepted notion and suggest that the men’s attachment to masculinity did not contribute to their use of primary health care service. Instead, the men would access the primary health service as early as physical symptoms started to occur.Keywords: Health service utilization, Indonesia, Masculinity, Men, Primary health care.