Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERBAIKAN KADAR HIDRASI KULIT DENGAN INTERVENSI MINYAK KLENTIQ PADA LANSIA STW CIBUBUR PERIODE SEPTEMBER 2019 Tan, Sukmawati Tansil; Firmansyah, Yohanes; Sylvana, Yana; Tadjudin, Noer Saelan
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i1.6042

Abstract

The Population Reference Bureau (PRB) estimates that Indonesia will experience a population surge to 365.3 million by 2030, which will further affect the surge in the elderly population and increase health problems occurring in the elderly. One of the elderly health problems that often occur on the skin is skin hydration. The purpose of this study is to look for an increase in the hydration level of elderly skin after intervention studies in the form of Klentiq oil. This research is a quasi-experimental study, with a total sampling method in the form of sampling. The study was conducted at the STW RIA Pembangunan Cibubur in September 2019, using the statistical test Repeated Measurement results a significant increase in hydration (p-value <0.001) between measurements after giving intervention in the form of Klentiq Oil. The highest increase of  hydration level is between the measurement of week zero and week three which is 2,637 (0,300)%. It is advisable to continuously (routinely) use Klentiq oil for at least 3 weeks in order to improve the hydration level and skin hydration status, and doesn’t have to worry about being used in the long term usage.ABSTRAK Population Reference Bureau (PRB) memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami lonjakan populasi menjadi 365,3 juta jiwa pada tahun 2030 yang selanjutnya akan berdampak terhadap lonjakan populasi lanjut usia serta peningkatan permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia. Salah satu permasalahan kesehatan lansia yang sering terjadi pada kulit adalah masalah hidrasi kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari peningkatan kadar hidrasi kulit lansia setelah penelitian intervensi berupa minyak Klentiq. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental, dengan metode pengambilan sampel berupa total sampling. Penelitian dilakukan di Panti STW RIA Pembangunan Cibubur pada periode September 2019. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan Minyak Klentiq selama 21 hari dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah perubahan kadar hidrasi kulit lengan kanan bawah. Hubungan antar variabel di uji dengan Repeated Measurement. Terdapat 51 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan mengikuti penelitian hingga akhir. Uji statistik Repeated Measurement didapatkan hasil kenaikan hidrasi kulit pada lengan kanan bawah yang bermakna (p-value < 0,001) antar pengukuran setelah pemberian intervensi berupa Minyak Klentiq. Peningkatan kadar hidrasi lengan kanan bawah paling tinggi adalah antara pengukuran minggu ke nol dengan minggu ke tiga yaitu sebesar 2,637 (0,300)%. Sebagai kesimpulan, Minyak Klentiq terbukti meningkatkan kadar hidrasi kulit pada lansia (p-value < 0,001) dengan pemakaian selama 21 hari.
ASPEK HUKUM PIDANA TERHADAP INDIVIDU YANG MENGGUNAKAN IDENTITAS PALSU SEBAGAI SEORANG DOKTER (DOKTEROID) Firmansyah, Yohanes; Sylvana, Yana; Wijaya, Hanna; S, Michelle Angelika
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9463.2020

Abstract

Health and medicine is a branch of science that aims to optimize and improve the health level of the public and individuals in order to improve the quality of life from individuals to communities. Medical and health education takes a long time and often costs a lot of money. Ironically, in the field there have been many incidents of persons pretending to be health workers, especially doctors (Dokteroid) without qualified competence. The problem raised in this study is how the legal aspects of a false identity as a doctor and the criminal aspect of the practice of medicine by a fake doctor (docteroid). The results of this study found that the use of a fake identity as a doctor and its criminal aspects has been regulated in Law Number 29 of 2004 concerning Medical Practice with a description of the criminal code contained in Articles 29 (1), 31 (1), 32 (1), 36, 73 (1), 73 (2), 41 (1), 42, 46 (1), and Article 51, as well as criminal regulations for physicians who practice illegal medicine as regulated in Articles 77 and 78 which contain evidence of violations of the provisions. in Articles 73 (1) and 73 (2) the threat of imprisonment for 5 years and a maximum fine of Rp. 150,000,000.00. On the other hand, law enforcement against cases of fake doctors who practice medicine uses preventive criminal law, namely prevention before a crime occurs by socialization and training as well as repressive criminal law in the form of actions to eradicate crimes based on reports by the public. The role of the community, law, apparatus, facilities, and culture is a factor that plays an important role in optimizing preventive action for docteroid cases Kesehatan dan kedokteran merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan individu guna meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat. Pendidikan kedokteran dan kesehatan ditempuh dengan waktu yang tidak singkat dan seringkali memakan biaya yang cukup besar. Ironisnya, di lapangan banyak sekali kejadian mengenai oknum yang berpura-pura menjadi tenaga kesehatan khususnya dokter (dokteroid) tanpa kompetensi yang mumpuni. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana aspek hukum dari identitas palsu sebagai dokteroid dan aspek pidana dari pelaksanaan praktik kedokteran oleh dokteroid. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penggunaan identitas palsu sebagai dokteroid dan aspek pidananya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dengan uraian pidana tertuang dalam Pasal 29 (1), 31 (1), 32 (1), 36, 73 (1), 73 (2), 41 (1), 42, 46 (1), dan Pasal 51, serta peraturan pidana bagi dokteroid yang menjalankan praktik kedokteran yang illegal diatur dalam Pasal 77 dan Pasal 78 yang berisikan adanya bukti pelanggaran terhadap ketentuan di Pasal 73 (1) dan 73 (2) dengan ancaman penjara 5 tahun dan denda uang maksimal Rp. 150.000.000,00. Disisi lain, penegakan hukum terhadap kasus dokter palsu yang melakukan praktik kedokteran menggunakan hukum pidana preventif yaitu pencegahan sebelum tidak kejahatan terjadi dengan sosialisasi dan pelatihan serta hukum pidana represif yang berupa tindakan untuk memberantas kejahatan berdasarkan adanya laporan oleh masyarakat. Peran masyarakat, hukum, aparat, fasilitas, dan kebudayaan adalah faktor yang berperan penting dalam optimalisasi tindakan pencegahan kasus dokteroid
HUKUMAN PIDANA PENGAMBILAN PAKSA JENAZAH COVID-19 DI INDONESIA S, Michelle Angelika; Firmansyah, Yohanes; Wijaya, Hanna; Sylvana, Yana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9486.2021

Abstract

Coronavirus (CoV) is included in severe acute respiratory syndrome (SARS). Coronavirus attacks all parts of the world and causes quite a number of deaths. The funeral process is required to follow the protocol of covid-19 but in fact in Indonesia many face situations where the forced pick-up of bodies is unexpected or confirmed covid-19 by family or local residents. One of the social problems that arise is the forced collection of the body of Covid-19 by the community without paying attention to safety and health protocols. This is dangerous because it can be a source of the spread of COVID-19. This research discusses various violations of the law due to the forcible collection of the body of Covid-19 and the forms of Criminal Liability in Collecting Covid-19 bodies. This research is a qualitative research with literature review that uses 3 kinds of approaches, namely: statute approach, conceptual approach, and case approach. The results of this study reveal that the number of cases of forced pick-up of the bodies of suspected or confirmed covid resulted in the Indonesian National Police issuing a telegram letter to the National Police Chief Number ST / 1618 / VI / Ops.2 / 2020 dated June 5, 2020. Unscrupulous individuals either in groups or individually forcing to take the body of a suspect or confirmed that Covid will be charged with multiple articles, namely; Article 214 KUHP jo, Article 335 KUHP jo, Article 336 KUHP jo, article 93 Law Number 6 Year 2018, whose information has been mentioned in the discussion. Coronavirus (CoV) termasuk ke dalam sindrom pernapasan akut parah (SARS). Coronavirus menyerang seluruh belahan dunia dan menyebabkan cukup banyak kematian. Proses pemakaman jenazah diwajibkan untuk mengikuti protokol covid-19 namun pada kenyataanya di Indonesia banyak menghadapi situasi di mana penjemputan paksa jenazah terduga atau terkonfirmasi covid-19 oleh keluarga atau warga sekitar. Salah satu permasalahan sosial yang muncul adalah penjemputan paksa jenazah covid-19 oleh masyarakat tanpa memperhatikan protokol keselamatan dan kesehatan. Hal ini menjadi berbahaya dikarenakan dapat menjadi sumber penyebaran COVID-19. Penelitian ini membahas mengenai berbagai pelanggaran undang-undang akibat penjemputan paksa jenazah covid-19 serta bentuk Pertanggungjawaban Pidana Dalam Pengambilan Jenazah Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan telaah pustaka yang menggunakan 3 macam pendekatan yaitu: statuta approach, conceptual approach, dan case approach. Hasil penelitian ini mengungkapkan banyaknya kasus penjemputan paksa jenazah terduga atau terkonfirmasi covid mengakibatkan pihak Kepolisian Republik Indonesia mengeluarkan surat telegram Kapolri Nomor ST/1618/VI/Ops.2/2020 tanggal 5  Juni 2020. Oknum-oknum yang dengan sengaja baik secara berkelompok maupun individu memaksa mengambil jenazah terduga atau terkonfirmasi covid akan dijerat dengan pasal berlapis yaitu; pasal 214  KUHP  jo, Pasal 335 KUHP jo, Pasal 336 KUHP jo, pasal 93  UU Nomor 6 Tahun 2018, yang keterangan nya telah disebutkan dalam pembahasan.
PENTINGNYA POSBINDU KELILING DALAM MENDETEKSI PENYAKIT TIDAK MENULAR DI RW. 05, KELURAHAN KEDAUNG KALIANGKE Firmansyah, Yohanes; Ginting, Desi Natalia; Su, Ernawati; Sylvana, Yana; Chau, Welhan; Setyati, Pinka Nurashri
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i1.6344

Abstract

Non-communicable diseases (NCD) especially hypertension and cardiovascular diseases have become the highest cause of death in the world with a mortality rate of nine million deaths (44% of all non-communicable disease deaths and 31% of all global causes of death). The purpose of this study was to determine the effectiveness of the Mobilization in Utilization Of Community Participation (Mobilization POSBINDU) activities to detect risk factor and early diagnosis of non-communicable diseases (NCD) especially hypertension. Methods: Cross-sectional method was applied to the society in Sector 5th Kedaung Kaliangke District, the variables in this research were tested using the chi-square test, Independent T-test, and Mann Whitney test. Results: 40 respondents who met the study criteria. There were no differences in the incidence of hypertension (55% vs 60%; p-value: 1,000), average of SBP (138.25 (24.36) vs 144.45 (20.24); p-value: 0.394) and average of DBP (85 (68 -132) vs 83 (58 - 105) mmHg; p-value: 0.369) between 2 groups of people who have never been to Posbindu with those who are routinely to Posbindu. There are still many people who have not been screened from Posbindu activities and still urgently need to Mobilization in Utilization Of Community Participation Program (Posbindu Linpung) to get  more people for early detection of NCD. Conclusion: Posbindu Linpung has proven effective in finding new cases of hypertension in the community. This is proven by the fact that there is no difference in the mean blood pressure of a population group that has never been screened with a group that routinely does a screening. Keywords: mobilization posbindu ; routinely ; hypertension AbstrakPenyakit tidak menular (PTM) khususnya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler telah menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia dengan angka mortalitas sembilan juta kematian (44% dari semua kematian penyakit tidak menular dan 31% dari semua penyebab kematian global). Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas dari kegiatan Posbindu PTM Keliling Kampung dalam surveilans faktor risiko dan deteksi dini PTM. Metode: Potong lintang pada masyarakat RW 05 Kelurahan Kedaung Kaliangke, serta data penelitian di uji dengan uji Chi-square , Independent T-Test, dan Mann Whitney. Hasil Penelitian: 40 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Tidak didapatkan perbedaan kejadian hipertensi (55% vs 60% ; p-value : 1,000), rata-rata TDS (138,25 (24,36) mmHg vs 144,45 (20,24) mmHg ; p-value : 0,394) dan rata-rata TDD (85 (68  - 132) mmHg vs 83 (58 - 105) mmHg ; p-value : 0,369) yang tidak bermakna antar 2 kelompok masyarakat yang tidak pernah ke posbindu dengan yang rutin ke posbindu. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak masyarakat yang belum terskrining dari kegiatan Posbindu dan masih sangat memerlukan Posbindu Linpung untuk menjaring lebih banyak masyarakat untuk deteksi dini PTM. Kesimpulan: Posbindu Linpung terbukti efektif dalam menjaring kasus baru penyakit tidak menular (hipertensi dan obesitas) yang berada dalam masyarakat. Hal ini terbukti dari tidak terdapat perbedaan rerata tekanan darah dari kelompok populasi yang tidak pernah melakukan skrining dengan kelompok yang rutin melakukan skrining. 
PENURUNAN DERAJAT AKNE VULGARIS SETELAH PENGGUNAAN KOMBINASI KRIM ANTI AKNE DI JAKARTA BARAT Elizabeth, Jessica; Tan, Sukmawati Tansil; Angelika, Michelle; Firmansyah, Yohanes; Sylvana, Yana; Novendy, Novendy
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i1.6625

Abstract

Acne vulgaris is a local inflammation of the pilosebaceous glands. According to Indonesian Cosmetics Dermatology Study, there was an increase in the prevalence of acne vulgaris in 2006-2009. Female adolescents aged 14-17 years have a prevalence of 83-85%, while male adolescents aged 16-19 years have 95-100% prevalence. Acne vulgaris has a significant impact on adolescents, physically and psychologically. Accuracy in the treatment of acne vulgaris is an important step because it affects patient’s prognosis. Topical combination of anti-acne creams cointaining retinoid, antibiotics and corticosteroids is one of the best choices because all the components needed to treat acne can be combined. The purpose of this study is to determine the proportion of adolescents aged 14-19 years who suffer acne vulgaris with mild, moderate, and severe degrees before and after the intervention was given, to determine if the intervention given is related to decreasing of acne vulgaris severity, and to determine the proportion of adolescent patients with acne vulgaris which have been given intervention and experiencing a decrease in acne vulgaris severity. This is a clinical trial with an experimental research design. The study was conducted at SMKN 35 West Jakarta in September-November 2019 with non-random consecutive sampling techniques. The intervention given were a combination of anti-acne creams containing Clindamycin 3%, Tretinoin 0.05%, and Dexamethasone 0.05%. Wilcoxon statistical test is used to measure differences in severity of acne vulgaris before and after the intervention. The results obtained showed significant decrease in acne vulgaris severity (p-value <0.001) between measurements due to the intervention. It can be concluded that the combination of anti-acne creams containing Clindamycin 3%, Tretinoin 0.05%, and Dexamethasone 0.05% can significantly decrease the severity of acne vulgaris. Keywords: Acne vulgaris; Tretinoin; Clindamycin; DexamethasoneAbstrakAkne vulgaris adalah inflamasi atau peradangan setempat pada kelenjar pilosebasea. Menurut Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia, pada tahun 2006-2009 terdapat peningkatan prevalensi akne vulgaris. Remaja wanita usia 14-17 tahun memiliki prevalensi sebesar 83-85%, sedangkan pria usia 16-19 tahun sebesar 95-100%. Akne vulgaris mempunyai dampak yang cukup besar bagi para penderita remaja secara fisik dan psikologik. Ketepatan dalam terapi akne vulgaris merupakan langkah yang penting karena berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Obat topikal kombinasi krim anti akne yang mengandung retinoid, antibiotik dan kortikosteroid merupakan salah satu pilihan terbaik karena semua komponen yang dibutuhkan untuk mengatasi akne dapat digabung menjadi satu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi penderita akne vulgaris pada remaja usia 14-19 tahun dengan derajat akne ringan, sedang dan berat sebelum dan sesudah diberikan intervensi, mengetahui hubungan pemberian intervensi dengan penurunan derajat akne vulgaris dan mengetahui proporsi penderita akne vulgaris pada remaja yang diberikan intervensi dan mengalami penurunan derajat akne vulgaris. Metodologi penelitian adalah uji klinik dengan desain penelitian eksperimental. Penelitian dilakukan di SMKN 35 Jakarta Barat pada periode September – November 2019 dengan teknik non-random consecutive sampling. Intervensi yang diberikan adalah kombinasi krim anti akne yang mengandung Klindamisin 3%, Tretinoin 0.05%, dan Deksametason 0.05%. Analisis asosiasi statistik menggunakan uji statistik Wilcoxon untuk mengukur perbedaan derajat akne vulgaris sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian didapatkan didapatkan perbaikan derajat akne vulgaris yang bermakna (p-value < 0,001) antar pengukuran akibat pemberian intervensi. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi krim anti akne dengan kandungan Klindamisin 3%, Tretinoin 0.05%, dan Deksametason 0.05%. dapat menurunkan derajat keparahan akne vulgaris secara bermakna.
IMPROVEMENT OF SKIN HYDRATION PERCENTAGE BY INTERVENTION OF SHEEP PLACENTA CREAM IN ELDERLY POPULATION AT STW CIBUBUR PERIOD SEPTEMBER 2019 Elizabeth, Jessica; Tan, Sukmawati Tansil; Firmansyah, Yohanes; Sylvana, Yana; Angelika, Michelle
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i2.7439

Abstract

The Population Reference Bureau (PRB) estimates that Indonesia will experience a population surge to 365.3 million by 2030, which will further affect the surge in the elderly population and increase health problems occurring in the elderly. One of the elderly health problems that often occur on the skin is skin hydration problem. Comercially available animal-derived placenta extracts are available in cream form for the purpose repairing skin components. Although the effects of placenta extract have been largely observed, no scientific studies have reported using sheep placenta extract to improve skin hydration levels. The purpose of this study was to look for an increase in the hydration level of elderly skin after intervention research in the form of sheep placenta extract cream. This research is a quasi-experimental study, with a total sampling method in the form of sampling. The study was conducted at the STW RIA Pembangunan Cibubur in September 2019. Sheep placenta cream is made by mixing 30 grams of placenta extract powder with 1000 grams of cream base. Skin hydration levels were measured using the Skin Analyzer Runve HL-611 corneometer. Respondents then apply the cream on the left forearm within 15 minutes after bathing. Skin hydration levels are measured every 1 week up to 4 times measurement. Changes in skin hydration in 51 respondents in a row from week 0 to week 3 were 35.10 ± 2.81, 35.96 ± 2.57, 36.28 ± 2.31, and 36.88 ± 2.30 . Analysis of statistical tests using the Repeated Measurement test showed a significant increase in hydration (p-value <0.001) between measurements due to intervention. The highest increase in hydration level was between the measurement of week-to-zero with the third week of 1.784 (0.276)%. As Conclusion, moisturizer from sheep placenta extract has been proven to increase the hydration level of elderly skin after using it for 3 weeks (p-value <0.05). Keywords: elderly; sheep placenta; skin hydrationABSTRAKPopulation Reference Bureau (PRB) memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami lonjakan populasi menjadi 365,3 juta jiwa pada tahun 2030 yang selanjutnya akan berdampak terhadap lonjakan populasi lanjut usia serta peningkatan permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia. Salah satu permasalahan kesehatan lansia yang sering terjadi pada kulit adalah masalah hidrasi kulit. Ekstrak plasenta yang diproses dari hewan sudah banyak tersedia secara komersial dalam bentuk krim dengan tujuan memperbaiki komponen kulit. Meskipun efek ekstrak plasenta sebagian besar telah dipelajari, namun belum ada studi ilmiah yang melaporkan penggunaan ekstrak plasenta domba untuk meningkatkan kadar hidrasi kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari peningkatan kadar hidrasi kulit lansia setelah penelitian intervensi berupa krim ekstrak plasenta domba. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental, dengan metode pengambilan sampel berupa total sampling. Penelitian dilakukan di Panti STW RIA Pembangunan Cibubur pada periode September 2019. Krim plasenta domba dibuat dengan mencampur 30 gram bubuk ekstrak plasenta dengan 1000 gram basis krim. Kadar hidrasi kulit diukur menggunakan korneometer Skin Analyzer Runve HL-611. Responden lalu mengoleskan krim plasenta domba pada tangan kiri 15 menit setelah mandi. Pengukuran status hidrasi kulit diukur setiap 1 minggu hingga 4 kali pengukuran. Perubahan kadar hidrasi kulit lengan kiri dari 51 responden berturut-turut pada minggu ke nol hingga minggu ketiga adalah sebesar 35,10 ± 2,81, 35,96 ± 2,57, 36,28 ± 2,31, dan 36,88 ± 2,30. Analisa uji statistik menggunakan uji Repeated Measurement didapatkan hasil kenaikan hidrasi yang bermakna (p-value < 0,001) antar pengukuran akibat pemberian intervensi berupa Krim Plasenta Domba. Peningkatan kadar hidrasi paling tinggi adalah antara pengukuran minggu ke nol dengan minggu ke tiga yaitu sebesar 1,784 (0,276)%. Sebagai kesimpulan, pelembab dari ekstrak plasenta domba terbukti dapat peningkatkan kadar hidrasi kulit lansia setelah pemakaian selama 3 minggu (p-value < 0,05). Kata Kunci: lansia; plasenta domba; status hidrasi 
Legal Aspects of Patient Care with Homecare Services Based on Pratama Clinical Practices Sylvana, Yana; Utomo, St. Laksanto
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 4 (2021): Budapest International Research and Critics Institute November
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i4.3485

Abstract

Health services are evolving at a breakneck pace in the globalization era, especially in the middle of the Covid-19 pandemic, which has created massive patient lines at health care institutions. Homecare services are a viable option in the middle of the COVID-19 epidemic, as some people are hesitant to visit a hospital for fear of contracting the virus. On the other hand, when someone is ill, they require competent medical treatment. Homecare services are continuous and comprehensive care provided to an individual or family in their home and are included in the medical services available at the Primary Clinic, as defined in the Minister of Health Regulation Number 9 of 2014 about Clinics. However, with the increasing availability of homecare services, the issue is that an increasing number of health workers are providing homecare services independently, without involving established health facilities. If a health worker provides homecare services independently and does not adhere to administrative rules, it is inevitable that the homecare service will breach medical service standards, ethics, discipline, or the law.
Kesehatan dan HAM (Health and Human Rights) Sylvana, Yana; Widjaja, Gunawan
Journal of Holistic and Traditional Medicine Vol. 6 No. 02 (2021): Journal of Holistic and Traditional Medicine
Publisher : Perhimpunan Kesehatan Holistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hak atas Kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia karena kesehatan berkaitan erat dengan seseorang hidup dan menjalankan fungsi sebagai makhluk social di dalam kegiatannya sehari-hari dikarenakan hal tersebut ha katas Kesehatan harus diperhatikan oleh warga negara hingga pemerintah. Semenjak Penyebaran Covid-19 yang pertama kali terkonfirmasi di kota Wuhan dan menyebar ke seluruh negara, termasuk negara Indonesia, Pemerintah kita telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19. Kebijakan itu berupa melakukan Karantina wilayah berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hingga melakukan Vaksinasi Covid-19 dengan tujuan untuk menekan penyebaran penyakit Covid-19. Untuk memastikan Vaksinasi Covid-19 berjalan lancer demi memenuhi Hak Atas Kesehatan Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).