Antonio Camnahas
Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Maumere, Flores, NTT, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SVD Genius Dalam Karya Misi di Sunda Kecil Antonio Camnahas
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.188

Abstract

Setelah menerima wilayah misi Sunda Kecil dari Kongregasi Propaganda Fide tahun 1912, SVD bertekad untuk bekerja dengan sepenuh hati di wilayah misi ini. Kerja misi pun direncanakan dengan sebaik-baiknya. Namun dalam perjalanan, terjadilah Perang Dunia I yang mengubah seluruh rencana. Pertanyaan yang hendak diteliti adalah bagaimana SVD bisa survive dalam kesulitan karya misi yang terdampak perang? Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah metode kualitatif- induktif dan kualitatif deduktif lewat penelitian atas berbagai bahan arsip juga literatur yang mendukung tema yang diteliti. Pertanyaan di atas terjawab lewat ditemukannya berbagai usaha heroik yang dibuat oleh para misionaris SVD baik di tingkat lokal maupun di tingkat internasional. Usaha-usaha itu adalah kepiawaian menentukan langkah awal yang tepat sebelum memulai karya misi, usaha tanpa henti untuk mendatangkan tenaga misionaris ke Sunda Kecil di tengah kesulitan perang, membangun kerjasama dengan masyarakat pribumi dalam diri para katekis dalam karya misi, dan pengambilan keputusan yang tepat dan matang berkaitan dengan karya formasi para calon imam pribumi. Semua ini telah menjamin keberlangsungan karya misi SVD yang menghasilkan banyak buah baik di masa sekarang
Konstruksi Prinsip Kebebasan Beragama dan Diskursusnya di Indonesia dalam Perspektif Sejarah Walter Benjamin Antonio Camnahas; Servinus Haryanto Nahak; Adison Adrianus Sihombing
Jurnal Dialog Vol 45 No 2 (2022): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v45i2.640

Abstract

Kebebasan beragama merupakan satu isu sentral dewasa ini. Terminologi ini secara konseptual jelas, namun secara faktual, masih jauh dari harapan. Penulis memakai konsep sejarah Walter Benjamin sebagai pisau analisis. Refleksi filosofis Benjamin menandaskan pentingnya kemampuan belajar dari sejarah kelam masa lalu sebagai cahaya yang menuntun para pelaku sejarah masa kini. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan momentum-momentum historis perkembangan prinsip kebebasan beragama. Pengalaman historis umat Kristen berkaitan dengan kebebasan beragama akan menjadi sumbangan unik tulisan ini. Tujuan lain adalah untuk meneliti proses penerimaan konsep ini menjadi salah satu Hak Asasi Manusia dan diskursus tentangnya di Indonesia. Studi ini merupakan penelitian kepustakaan dengan desain metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik dokumen Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia maupun Undang-undang Dasar 1945 yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan buah dari refleksi kritis terhadap konteks sejarah kelam masa silam. Sayangnya, beberapa aturan hukum di Indonesia masih terkesan melanggengkan intoleransi. Hal ini terjadi sebagai dampak dari praktik indoktrinasi yang kurang sehat. Semestinya kerukunan-toleransi bukan sesuatu yang dipaksakan oleh negara melainkan diupayakan bersama di antara para penganut berbagai agama, dalam satu kerja sama yang positif dengan negara. Kata-kata Kunci: Eropa, Indonesia, kebebasan beragama, Kristen, Pancasila   Religious freedom is a central issue today. The idea is much clearer conceptually, but its implementation is still far from expectations. The author adopts the historical concept of Walter Benjamin as an analytical tool. Benjamin's philosophical reflection emphasizes the importance of learning from the history of the past as a light that guides the perpetrators of today's history. This paper aims at describing the historical momentum of the principle of religious freedom, and   examining the process of acceptation of this concept as one of Human Rights and its discourse in Indonesia. The historical experience of Christians in relation to religious freedom will be a unique contribution to this paper. This study is a library research with a qualitative method design. The results of this study indicate that both the Universal Declaration of Human Rights and the 1945 Constitution which guarantee religious freedom are the fruit of critical reflection on the historical context of the past. Unfortunately, several laws in Indonesia still seem to perpetuate intolerance. This happens as a result of unhealthy indoctrination practices. Harmony-tolerance should not be imposed by the state, but should be pursued jointly among adherents of various religions, in a positive partnership with the state. Keywords: Christians, Europe, Indonesia, Pancasila, religious freedom
HIMPUNAN DOA PELITA HATI DALAM SOROTAN DOKUMEN GEREJA TENTANG LITURGI DAN DEVOSI Antonio Camnahas
Jurnal Ledalero Vol 10, No 2 (2011): RELIGIOSITAS POPULER
Publisher : Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.881 KB) | DOI: 10.31385/jl.v10i2.137.201-230

Abstract

In the face of the rapid expansion of prayer groups, the question arises as to the spiritual identity of this phenomenon. How far are they authentic or perhaps even heretical? This essay studied such a prayer group and aims to answer the question – authentic or heretical? - in the light of the official teaching of the Catholic Church concerning devotion and religious practices. Through such a study people should not be too quick to classify such groups as marginal or even un-Catholic, or conversely, too easily defend and justify their existence and practice. Prayer groups can offer “grace” but also potentially insert a “curse” into the life of their adherents. That is why church authority needs to be seriously concerned with such developments. If guided adequately, prayer groups can offer much to the development of the peoples’ faith. Conversely, if they are not correctly guided, prayer groups can potentially lead people up the wrong path. This empirical study helps us to evaluate such groups critically. Keywords: kelompok doa, hamba Tuhan, ilham, devosi, kesalehan umat, praktek penyembuhan, kesaksian, otoritas gerejani.
MENGGALI MAKNA RITUS HULER WAIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN SAKRAMEN PEMBAPTISAN Kamilus Bato; Andreas Geleda Manuk; Antonio Camnahas
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v5i2.59323

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dan menggali makna Huler Wair pada masyarakat Sikka dalam hubungan dengan Sakramen Pembaptisan. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode wawancara atau interview dengan tokoh masyarakat setempat untuk bisa memperoleh data yang benar dan akurat mengenai Huler Wair. Ada pun sumber atau rujukan yang digunakan penulis dalam karya tulis ini, seperti sumber tertulis lainnya yang berkaitan langsung dengan isi tulisan ini dan kemudian dianalisis agar bisa menemukan makna Huler Wair agar bisa disandingkan dengan pemahaman atau konsep tentang Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, terdapat dua paham yang berbeda antara ritus Huler Wair dan sakramen Baptis dalam Gereja Katolik. Ada pun persamaan dan perbedaan diantara keduanya yang memantik penulis untuk lebih giat dalam menulis tulisan ini dan berusaha untuk bisa memahaminya dengan baik. Ritus Huler Wair dan sakramen Baptis tentunya mempunyai makna yang berbeda. Oleh karena itu, penulis hendak membuat studi banding antara keduanya. Upaya yang dilakukan penulis tentu saja dapat membantu masyarakat setempat dalam memahami Huler Wair dan sakramen Baptis, sehingga masyarakat setempat tidak mengalami kebingungan