Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMETAAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG SEBAGAI INDIKATOR OBESITAS DI KALANGAN MAHASISWA Santoso, Alexander Halim; Karjadidjaja, Idawati; Charissa, Olivia
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v1i2.859

Abstract

Latar belakang: Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan dunia  di mana diperkirakan ada lebih dari tiga ratus juta penduduk dunia yang mengalami obesitas. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gemuk pada remaja (16-18 tahun) adalah 7,3% dimana 1,6% nya merupakan obesitas. Mahasiswa yang tergolong ke dalam kelompok remaja cenderung lebih banyak duduk, jarang berolahraga dan pola makannya kurang baik. Kondisi ini menyebabkan mahasiswa berpotensi menderita obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain potong-lintang. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai prevalensi obesitas di kalangan mahasiswa FK UNTAR. Penelitian dilakukan pada bulan September 2016 di Kampus I UNTAR, yang melibatkan 231 mahasiwa FK UNTAR angkatan 2016 berusia 15-21 tahun meliputi pengisian kuesioner dan pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Pinggang (LP). Mahasiswa yang mengikuti penelitian sebelumnya menanda tangani informed consent. Hasil: Didapatkan sebagian besar subjek berusia 18 tahun (67,4%; 17.87 ± 0,71) dengan sebagian besar (70,4%) adalah perempuan. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), didapatkan 26,1% subjek menderita obesitas. Sebanyak 61,5% subjek laki-laki dan 82,9% subjek perempuan beresiko obesitas sentral. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan lebih dari seperempat mahasiswa Fakultas Kedokteran UNTAR angkatan 2016 menderita menderita obesitas dan lebih dari limapuluh persen beresiko terhadap obesitas sentral. Diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat melihat faktor-faktor yang berperan terhadap obesitas di kalangan mahasiswa. Kata kunci: obesitas, remaja, mahasiswa, indeks massa tubuh, lingkar pinggang.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENGEMUDI BUS ANTAR KOTA Santoso, Alexander Halim; Karjadidjaja, Idawati; Santoso, Frisca; Lontoh, Susy Olivia
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i2.7864

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by elevated blood sugar levels (hyperglycaemia) due to insufficient production of insulin or the condition where the body cannot use insulin effectively. The condition of chronic hyperglycaemia relates to the damage, dysfunction and failure of organs such as the eyes, kidneys, nerves, heart and blood vessels. Diabetes Mellitus and its complications can affect the ability to drive. The prevalence of hyperglycaemia among bus drivers is 52,1%. Body mass Index (BMI), waist circumference (WC) and the ratio of waist circumference to height are often associated with the occurrence of type 2 Diabetes, but the results are still heavily influenced by many factors such as ethnicity and gender. This research aims to observe the association of BMI, waist circumference and waist circumference to height ratio to diabetes mellitus among inter-city bus drivers. This is an analytical research with cross-sectional design involving 176 subjects. Fifty four percent subjects were obese, 53.4% of subjects have a waist circumference above 90 cm, 71.6% of subjects with a waist-to-height ratio of over 0.5. The association between BMI and fasting blood sugar was significant (p = 0,035), and also between the waist circumference and fasting blood sugar (p = 0,009). There is no statistically significant association between the ratio of waist circumference to height and fasting blood sugar level (P = 0,274). As Conclusion, The BMI and waist circumference can be used as indicators to the risk of diabetes among bus drivers. Keywords diabetes mellitus, body mass index, waist circumference, waist circumference to height ration, bus driver ABSTRAKDiabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat produksi insulin yang tidak mencukupi atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif. Kondisi hiperglikemia kronik berhubungan dengan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan dari organ-organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Diabetes melitus dan komplikasinya dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Prevalensi hiperglikemia di kalangan pengendara bus sebesar 52,1%. Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang (LP) dan Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan sering dihubungkan dengan kejadian Diabetes tipe 2, namun hasilnya masih banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti etnis dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan diabetes melitus pada pengemudi bus antar kota. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang yang melibatkan 176 subjek. Didapatkan 54% subjek dengan status gizi obese, 53,4% subjek dengan lingkar pinggang di atas 90 cm, 71,6% subjek dengan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan di atas 0,5. Didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa (p=0,035), antara lingkar pinggang dengan kadar gula darah puasa (p=0,009). Tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar gula darah puasa (p=0,274). Sebagai kesimpulan, IMT dan Lingkar pinggang dapat digunakan sebagai parameter terhadap risiko timbulnya diabetes pada pengemudi.
RELATIONSHIP BETWEEN TREATMENT ADHERENCE AND PROGRESSION OF DIABETIC NEPHROPATHY Chua, Jimmy; Firmansyah, Yohanes; Satyanegara, William Gilbert; Santoso, Alexander Halim; Su, Ernawati
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i1.7991

Abstract

In 2006, the Indonesian Renal Registry (Pernefri) shows about 12,5% of people in Indonesia suffer from chronic kidney disease. The most common cause of chronic kidney disease in 2018 in Indonesia is 39% by renal hypertension and 22% by Diabetic Nephropathy. This cross-sectional study was conducted at "RT" Hospital in Jakarta from 2018 to 2019. The Independent variable in this research was comorbid hypertension and obedience treatment, whereas dependent variables were risk category for kidney deterioration progression and the causal relationship tested with Pearson Chi-Square and Fisher exact as an alternative test. The study included 26 respondents, with 17 (65.4%) patients having hypertension in diabetic nephropathy. Eighty percent of respondents who did not routinely seek treatment in the hypertension group had progression from kidney failure to the Deep Red (Highest Risk) category. Fisher Exact statistical test analysis in the group with a history of comorbidities in the form of hypertension found no significant relationship between non-routine treatment with the progression of chronic kidney failure in the Highest-Very Highest Risk category (p-value = 0.515). Still, a large risk was found in the non-group routine treatment with a chance of 1.33 (0.962 - 1.848) times to have the progression of chronic kidney failure in the category of Highest-Very Highest Risk. Can be concluded that controlling blood pressure and treatment proven to slow worsening kidney function in nephropathy diabetic, even though no significant relationship has been found due to lack of sample. Keywords: diabetic nephropathy; hypertension; prognosis AbstrakPerhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006 merilis data penderita gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 12,5%. Etiologi terbesar gagal ginjal kroniks menurut Indonesian Renal Registry tahun 2018 adalah penyakit ginjal hipertensi sebesar 39% dan nefropati diabetic sebesar 22%. Potong lintang pada pasien di RS”RT” Jakarta tahun 2018-2019. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komorbid hipertensi dan kepatuhan berobat, sedangkan variable tergantung dalam penelitian ini berupa kategori risiko progresifitas perburukan ginjal serta hubungan sebab akibat diuji dengan Peason Chi Square dan uji alternatif Fisher Exact Test. Penelitian berlangsung mengikutsertakan 26 responden, dengan prevalensi hipertensi pada pasien nefropati diabetik sebesar 17 (65,4%). Delapan puluh persen responden yang tidak rutin berobat pada kelompok hipertensi memiliki progresifitas penyakit gagal ginjal hingga kategori Deep Red (Highest Risk). Analisa uji statistik Fisher Exact pada kelompok dengan riwayat penyakit penyerta berupa hipertensi didapatkan tidak hubungan yang bermakna antara tidak rutin berobat dengan progresifitas penyakit gagal ginjal kronis kategori Highest-Very Highest Risk (p-value = 0,515) tetapi secara besar risiko didapatkan bahwa kelompok yang tidak rutin berobat memiliki risiko 1,33 (0,962 – 1,848) kali untuk memiliki progresifitas penyakit gagal ginjal kronis kategori Highest-Very Highest Risk. Dapat disimpulkan bahwa engontrol tekanan darah dan rutinitas berobat dapat memperlambat perburukan fungsi ginjal akibat komplikasi lanjut dari nefropati diabetikum, walaupun belum didapatkan hubungan yang bermakan dikarenakan kurangnya besar sampel pada penelitian ini.
PREVALENSI OBESITAS SENTRAL BERDASARKAN LINGKAR PINGGANG PADA PENGEMUDI BUS ANTAR KOTA Frisca, Frisca; Karjadidjaja, Idawati; Santoso, Alexander Halim
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v3i2.3911

Abstract

Central obesity has become a public health problem which is currently rapidly increasing throughout the world, including in developing countries like Indonesia. The World Health Organization states that central obesity is a major risk factor for various cardiometabolic diseases, such as diabetes and hypertension. Inter-city bus drivers are high-risk occupations of cardiometabolic disease, this is due to unhealthy lifestyles and work patterns such as high consumption of fatty foods, smoking habits, lack of physical activity, long driving times and irregular sleep patterns. This study aims to determine the prevalence of central obesity based on waist circumference in inter-city bus drivers. This research is a descriptive cross sectional study. Data obtained from measurements of body weight, height and waist circumference, as well as calculation of body mass index (BMI) on 176 subjects obtained through consecutive sampling method. Obesity is said if BMI ≥25 according to WHO criteria for Asia-Pacific and central obesity if waist circumference> 90 cm for men and> 80 cm for women. In this study all subjects were men with an average age of 42.45  10.50 years. Based on the calculation of BMI there are 54.3% of subjects obese. Through measurement of waist circumference there are 50.6% of subjects with central obesity. Providing education is very important so that subjects can make lifestyle changes for the better so as to prevent cardiometabolic disease in inter-city bus drivers. AbstrakObesitas sentral telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang saat ini sangat meningkat pesat di seluruh dunia, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. World Health Organization menyatakan bahwa obesitas sentral merupakan faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit kardiometabolik, seperti diabetes dan hipertensi. Pengemudi bus antar kota merupakan pekerjaan dengan risiko tinggi terkena penyakit kardiometabolik tersebut, hal ini disebabkan karena gaya hidup dan pola kerja yang tidak sehat seperti tingginya konsumsi makanan berlemak, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, durasi menyetir yang lama dan pola tidur yang tidak teratur. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang pada pengemudi bus antar kota. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Data diperoleh dari pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang, serta  perhitungan indeks massa tubuh (IMT) pada 176 subjek yang diperoleh melalui metode consecutive sampling. Dikatakan Obesitas jika  IMT ≥25 menurut kriteria WHO untuk Asia-Pasifik dan obesitas sentral jika lingkar pinggang >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan. Pada penelitian ini semua subjek adalah laki-laki dengan usia rata-rata 42.45 ± 10.50 tahun. Berdasarkan perhitungan IMT terdapat 54.3% subjek mengalami obesitas. Melalui pengukuran lingkar pinggang terdapat 50.6% subjek dengan obesitas sentral. Pemberian edukasi sangat penting agar subjek dapat melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiometabolik pada pengemudi bus antar kota.