Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DALAM MENDIRIKAN BANGUNAN Arjana, Bagus Made
Jurnal Anala Vol 1 No 1 (2013): ANALA
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.08 KB) | DOI: 10.46650/anala.1.1.176.%p

Abstract

Bangunan adalah merupakan suatu fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok, di dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari, sehingga keberadaan dari bangunannya sangat diperlukan/dibutuhkan baik dia bersifat sementara, semi permanen maupun permanent.       Didalam mendirikan bangunan tersebut memerlukan adanya tempat/lahan/ruang. Agar produk pemabangunan yang dihasilkan tidak bermasalah terhadap manusia, lingkungan dan progam pemerintah dalam pembangunan, perlu adanya acuan sebagai pedoman yaitu peraturan dan persyaratan dalam mendirikan bangunan,.yang diaktualisasikan dengan memberlakukan, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terhadap bangunan yang didirikan/dibangun baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Kata Kunci : Peranan IMB, Mendirikan bangunan.
PERUBAHAN BENTUK FISIK BALE WANTILAN SEBAGAI FUNGSIPENUNJANG KOMPLEK PARAHYANGAN Adi Wirawan, I Kadek Arya; Arjana, Bagus Made; Widiyani, Desak Made Sukma
Jurnal Anala Vol 4 No 2 (2016): ANALA
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.677 KB) | DOI: 10.46650/anala.4.2.477.%p

Abstract

Bale Wantilan is a building that is open in all directions without being limited wall that has a roof bertumpang. Bale Wantilan referred to in this study is Bale wantilan who are still using the original patterns of traditional Balinese architecture. That is built on the principles enshrined in the palm and palm Asta Asta Kosala Kosali Bhumi. Generally set up Bale wantilan during set up and after the establishment of complete, followed by the process steps in line with the ceremonial work steps. After building completion ceremony "melaspas" and "Mendem Pedagingan" the largest in a series of other ceremonies. In subsequent ceremonies when the building suffered natural disasters or manmade disasters, buildings and grounds area was cleared wantilan Bale back in ritual after being repaired as necessary.This study aims to understand the changes in Bale wantilan, to find a clearer picture of the changes that occur in Bale wantilan complex "Parahyangan". Data collection methods used by survey method, ie, with survey data collection directly in the temple area, library research from various sources readings. Data collection techniques using observation and interviews. The results of this study showed that for any changes-changes that occur in Bale wantilan this is no longer a building that is open in all directions. This is due to the use of the walls of a room divider as a result of the demand for space requirements therein. In addition, the function of the complex parahyangan Bale wantilan today not only as a place to support kegiataan religious ceremonies, but rather as a place for meetings, staging and sometimes functioned as a place to carry out the ceremony "Tabuh Rah". Bale shape Wantilan in complex parahyangan from time to time has undergone many changes, no longer square, but today many Bale wantilan rectangular. It, too, due to the demands of space. Ornaments that are adapted to the culture and the culture of the local environment, such as the joints decoration, pillars (columns), listplank, pemade etc. The use of materials and ornaments on Bale wantilan now starting to be simplifiedKeywords: Traditional architecture of Bali, Bale Wantilan, Changes
KARAKTERISTIK ELEMEN PERANCANGAN KOTA DI JALUR KORIDOR JALAN VETERAN DENPASAR Widyatmika, I Kadek Ady; Wiriantari, Frysa; Arjana, Bagus Made
Jurnal Anala Vol 5 No 1 (2017): ANALA
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.826 KB) | DOI: 10.46650/anala.5.1.481.%p

Abstract

Satria area along the corridor of Veteran Street will be used as research object to find the characteristic, the potential, and the existing problem on each elements of Urban Design. The elements of discussion which are land management, building management, circulation and open parking space, pedestrian ways, support activity, signage system, preservation and conservation. The methodology that will be used area data collection, data arragment, data analysis, then will be ended with conclusion and research purpose.Key Word : charateristic, element of urban design, corridor.
JEJAK PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DI BALI Arjana, Bagus Made
Jurnal Anala Vol 6 No 1 (2018): ANALA
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1703.245 KB) | DOI: 10.46650/anala.6.1.581.38-52

Abstract

In general, each region or ethnic group will have a work of architecture in the area. The work of the architecture can be a legacy of the previous generation or generated by the generations that existed at that time, either architectural works created or produced by the local / local generation as well as the architectural works left by immigrants who once ruled the area.Following the journey of a nation will be found is a relic of his main relic in the field of architecture from one time / era to the next time / era in the form of traces of his architectural journey through the period or era. If considered from the journey of architecture in Indonesia generally and in Bali in particular will be obtained works of architecture in the era or era experienced.Based on that, the era or period experienced in Bali can be divided as follows: Pre-History, Hindu Culture, Islamic Culture, Colonial / Colonial, Independence and Global or Modern Age. From each era will leave a work of architecture that describes the journey of architectural development that exists in Bali.To reveal the travel architecture is the author only sourced on data obtained or downloaded from the internet.Keywords: architecture, Bali.
POTENSI SUBAK DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA: Kasus Subak Sembung di Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar Sedana, Gede; Arjana, Bagus Made; Sudiarta, I Nengah
dwijenAGRO Vol 8 No 1 (2018): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.314 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.8.1.638.1-10

Abstract

Alih fungsi lahan merupakan salah satu konsekuensi logis dari pembangunan yang semakin berkembang.  Di Provinsi Bali, alih fungsi lahan ini dapat mengancam program pemerintah, yaitu program ketahanan pangan, swasembada pangan termasuk kedaulatan pangan. Tujuan studi ini adalah untuk mendeskripsikan potensi subak menjadi destinasi tujuan ekowisata; menggambarkan upaya-upaya pengembangan ekowisata yang berkelanjutan; dan mengetahui manfaat yang diperoleh dari pengembangan ekowisata. Studi ini dilakukan pada Subak Sembung yang dipilih secara purposive sampling. Pada studi ini, dipilih beberapa responden kunci yaitu pengurus subak, pimpinan desa adat (desa pakraman), pengelola ekowisata, Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survai, wawancara, observasi secara langsung di lokasi, serta dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya dianlisa dengan menggunakan metode deskriptif.Hasil studi menunjukkan bahwa Subak Sembung memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan ekowisata guna mendukung pembangunan pertanian dan ekonomi di tingkat subak dan pedesaan serta perkotaan. Potensi yang dimiliki oleh Subak Sembung adalah: (i) keberadaan bentang alam atau lansekap sawah; (ii) budaya dalam sistem subak; (iii) nilai-nilai sosial dalam sistem subak; dan (iv) keinovatifan anggota subak.Peningkatan kapasitas petani terkait dengan pengembangan ekowisata dilakukan melalui pemberdayaan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan yang menyangkut aspek produksi, pendidikan wisata dan manajemen bisnis. Salah satu bentuk penyuluhan yang dilakukan adalah penyuluhan kelompok secara partisipatif. Selain itu, penyuluhan secara individual juga dilakukan kepada petani secara langsung di lahan sawahnya. Manfaat pengembangan ekowisata adalah peningkatan kegiatan pertanian, pengolahan produk, pendapatan subak, kesadaran sapta pesona, dan jiwa kewirausahaan serta kesempatan berrekreasi bagi masyarakat. Pemerintah diharapkan memfasilitasi Subak Sembung untuk dapat melakukan manajemen ekowisata secara lebih baik dan memberikan kontribusi ekonomis bagi masyarakat subak. Selain itu, agar dilakukan promosi-promosi ekowisata Subak Sembung agar semakin dikenal sampai luar negeri.Kata kunci: Ekowisata, subak, penyuluhan, pertanian, bisnisÂÂ