Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERBEDAAN KELAS DIAMETER KAYU MANGIUM (Acacia MangiumWilld) DI AREA REKLAMASI TAMBANG BATUBARATERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI KAYU Muhammad Fikri Hernandi
Buletin Loupe Vol 12 No 02 (2014): Edisi Desember 2014
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelas diameter kayumangiumhasil reklamasi lahan tambang batubara terhadap struktur anatomi kayu. Kayu mangium yang digunakan untuk penelitian pada kelas diameter 20 cm, 25 cm dan 30 cm berasal dari reklamasi lahan tambang batubara. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Adapun hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan klasifikasi struktur anatomi kayu mangiumhasil reklamasi pada perbedaan kelas diameter; perbedaan kelas diameter kayumangium berpengaruh signifikan terhadap struktur anatomi adalah pada jumlah sel pori, jumlah dan persentase sel jari-jari; letak contoh uji berdasarkan arah ketinggian berpengaruh signifikan terhadap struktur anatomi adalah pada tinggi dan jumlah sell pori, lebar sel jari-jari, diameter serat, lumen, persentase sel serabut.
Kualitas Lingkungan Air Sungai Sekitar Kegiatan Pertambangan Batubara M. Fikri Hernandi; Rasyid Zarta; Wartomo; Erna Rosita
Poltanesa Vol 22 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.672 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i1.460

Abstract

Kualitas air sungai di sekitar tambang batubara 100% atau 36 parameter air masih memenuhi baku mutu lingkungan air permukaan kelas II. Perlunya perhatian adanya beberapa parameter seperti tembaga, sulfida (H2S), kesadahan, phosphat dengan tingkat kekritisan 60-99% yang mendekati batas baku mutu lingkungan. Sungai Separi Besar, Nilai indeks pencemaran Sungai Separi Besar diperoleh sebesar 0,771, Sungai Separi Anak sebesar 0,712 dan Sungai Tanjakan Kecil sebesar 0,746 dengan kategori status mutu air sungai masih menenuhi baku mutu (kondisi baik). Nilai Indeks Kualitas Air untuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup untuk sungai di sekitar kawasan tambang secara umum termasuk dalam kriteria sangat baik
Implementasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sekitar Kegiatan Kehutanan M. Fikri Hernandi; Erna Rositah; Wartomo; Abdul Rasyid Zarta
Poltanesa Vol 22 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.135 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i2.884

Abstract

Kualitas pelaporan belum sepenuhnya memenuhi Pedoman Kepmen LH Nomor 45/2005 terutama format laporan dan subtansi pelaporan. Realisasi jenis dampak yang wajib dikelola dan dipantau kategori “baik”. Tingkat capaian implementasi kegiatan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan pada kategori “cukup baik” Implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum optimal disebabkan oleh permasalahan koordinasi dan komitmen perusahaan, fokus kebijakan sektoral (PHPL dan Proper), jadwal dan kapasitas laboratorium, kapasitas pengetahuan dan kompetensi staf serta tidak ada umpan balik/koreksi. Penilaian pelaksanaan RKL-RPL oleh Instansi Lingkungan Hidup belum optimal disebabkan oleh permasalahan jumlah, kapasitas pengetahuan dan kompetensi staff. Evaluasi terhadap beberapa dampak hasil pemantauan masih memenuhi ketentuan/standar ilmiah. laju erosi kategori “Kelas III” atau “TBE sedang”. Kualitas air sungai sebesar 93,33% kategori “memenuhi BML” dan 6,67% kategori “telah melampaui BML”. Parameter air pada tingkat kritis “rendah” (68,89%). Indeks Pencemaran (IP) 66,67% tercemar “ringan” (IP 2,11–3,23) dan 33,33% kondisi “baik” (IP 0,29-0,84). Parameter air sungai yang tidak memenuhi BML meliputi timbal, DO, CaCO3, nitrit. Indeks keanekaragaman Shannon–Wiener vegetasi termasuk kriteria “tinggi”. Indeks keanekaragaman Shannon–Wiener fauna termasuk kriteria “sedang”. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener untuk plankton termasuk kriteria stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang, sebaliknya untuk bentos termasuk kriteria stabilitas komunitas biota rendah atau kualitas air tercemar berat. Rekruitmen tenaga kerja lokal sebesar 90% atau meningkat 29,57% dari sebelum operasional.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides Lin) Terhadap Escherichia Coli, Propionibacterium Acnes, dan Streptococcus Sobrinus Farida Aryani; Wartomo; Nur Maulida Sari; Misnah Wati; Fikri Hernandi; Erna Rositah
Poltanesa Vol 22 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.117 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i2.891

Abstract

Daun bandotan (Ageratum conyzoides Lin) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional daun bandotan mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri ekstrak daun bandotan terhadap pertumbuhan bakteri Propionumbacterium acnes, Escherichia coli, dan Streptococcus mutan. Simplisia daun bandotan diekstrak menggunakan etanol pada suhu kamar, kemudian dilakukan pemekatan ekstrak menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar. Analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder yang meliputi flavonoid, alkaloid, tanin, saponin terpenoid dan steroid. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 100, 200, 400, dan 600 µg/well untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum. Chlorampenicol digunakan sebagai kontrol positif dan aseton sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian dinyatakan bahwa ekstrak daun bandotan mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, tannin, dan steroid. Sedang alkaloid dan terpenoid tidak terdeteksi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri eksrak etanol daun bandotan berpotensi sebagai bahan antibakteri dengan KHM pada E.coli antara100-200 µg/well dan pada P. acne dan S. Sobrinus di bawah 100 µg/well.
STUDI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA DESA BATU KAJANG KECAMATAN MALINAU SELATAN HILIR, KABUPATEN MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA Wartomo Wartomo; Abdul Rasyid Zarta; M. Fikri Hernandi; Erna Rositah
JURNAL AGRIMENT Vol 2 No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.884 KB)

Abstract

Desa Batu Kajang merupakan desa pedalaman yang perkembangannya menurun akibat beberapa perusahaan kayu di sekitar wilayah desa berhenti beroperasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat Desa Batu Kajang yang meliputi demografi desa, ekonomi dan budaya masyarakat desa. Kondisi demografi desa adalah jumlah penduduk 441 jiwa, sex rasio 1,18; kepadatan penduduk 5,99 jiwa/Km2, usia produktif 61,22%, mayoritas beragama Kristen, mata pencaharian utama penduduk petani/peladang, pertumbuhan penduduk minus (-) 2,22%, dan pengangguran 10,10%.Kondisi ekonomi masyarakat desa adalah rata-rata pendapatan Rp 1.067.700,-/bulan, kepemilikan lahan berdasarkan warisan dan beli dari orang lain, serta kesempatan bekerja 74,19% dan kesempatan berusaha 4,52%. Kondisi budaya masyarakat desa adalah mayoritas penduduk Suku Dayak Kenyah, adat istiadat yang berlaku adalah adat istiadat Dayak Kenyah, serta pengelolaan desa dipimpin oleh Kepala Desa dan Ketua Adat.
STUDI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA DESA BENHES KECAMATAN MUARA WAHAU, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Wartomo; Abdul Rasyid Zarta; M. Fikri Hernandi; Erna Rositah
JURNAL AGRIMENT Vol 2 No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.346 KB)

Abstract

Desa Benhes merupakan desa pedalaman di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat Desa Benhes yang meliputi demografi desa, ekonomi dan budaya masyarakat desa. Kondisi demografi desa adalah jumlah penduduk 988 jiwa, sex rasio 1,06; kepadatan penduduk 40,93 jiwa/Km2, usia produktif 52,02%, mayoritas beragama Katolik, mata pencaharian utama penduduk petani sawit dan karyawan perusahaan, dan pengangguran 28,40%. Kondisi ekonomi masyarakat desa adalah rata-rata pendapatan per keluarga perbulan Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,-, kepemilikan lahan berdasarkan warisan dan beli dari orang lain, serta terbatasnya sarana dan prasarana ekonomi. Kondisi budaya masyarakat desa adalah mayoritas penduduk Suku Dayak Wehea, adat istiadat yang berlaku adalah adat istiadat Dayak Wehea, serta tempat yang dilindungi adalah goa leseq, goa peapug, goa ngeong dan goa balaqla.
Potensi pemanfaatan daun sembung (Blumea balsamifera) dengan analisis kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan dan antibakteri Mentari Ameliana; Nur Maulida Sari; Abdul Rasyid Zarta; Muhammad Fikri Hernandi; Farida Aryani; Periani Paurru
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v6i2.8716

Abstract

Tumbuhan Sembung (Blumea balsamifera) diketahui memiliki sifat antibakteri yang alami, dapat menghambat pertumbuhan kanker dan tumor. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukan adanya potensi ekstrak tumbuhan Sembung bagi Kesehatan khususnya pada bagian daun Sembung banyak terdapat senyawa aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri dari daun Sembung. Daun Sembung dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol untuk mendapatkan ekstrak sampel. Pengujian kandungan metabolit sekunder tumbuhan dilakukan dengan menggunakan metode Harborne dan Kokate. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode radikal bebas DPPH. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar sumuran terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Streptococcus mutans, dan Streptococcus sobrinus. Hasil penelitian menunjukan bahwa daun tumbuhan Sembung (Blumea balsamifera) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid. Pengujian antioksidan dengan pelarut N-heksan tertinggi pada konsentrasi 200 ppm yaitu sebesar 70 %, sedangkan untuk pelarut Etil Asetat tertinggi pada konsentrasi 100 ppm yaitu sebesar 87 % dan pengujian dengan pelarut Etanol tertinggi pada konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm yaitu sebesar 82 %. Daya hambat ekstrak daun tumbuhan Sembung pada bakteri Propionibacterium acnes terbesar pada pelarut Etanol pada konsentrasi 400 µg/well yaitu 14 mm, bakteri Streptococcus mutans terbesar pada pelarut Etanol pada konsentrasi 400 µg/well dengan besar hambatan 15 mm dan pengujian bakteri Streptococcus sobrinus terhadap ekstrak Sembung terbesar pada pelarut Etanol pada konsentrasi 400 µg/well dengan besar hambatan 13 mm. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, daun tumbuhan Sembung (Blumea balsamifera) dapat direkomendasikan sebagai obat herbal dengan kandungan antioksidan dan antibakteri alami.
Phytochemical and Antioxidant Activity of Blumea balsamifera and Cordyline fruticosa Based on Ethnopharmacology Knowledge of Muara Tae Tribe, East Kalimantan Nur Maulida Sari; Farida Aryani; Wartomo Wartomo; Muhammad Fikri Hernandi; Erna Rositah; Joko Prayitno
Biology, Medicine, & Natural Product Chemistry Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & Society for Indonesian Biodiversity

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/biomedich.2023.121.273-280

Abstract

Plant use as traditional medicine is still widely practiced in Indonesia. Muara Tae tribe people, West Kutai regency are one of the regions that still rely on Blumea balsamifera and Cordyline fruticosa plants as traditional medicine. This study aims to determine the potential of Blumea balsamifera and Cordyline fruticosa leaves as medicinal plants with phytochemicals and antioxidants. Phytochemical analysis was tested using Harborne and Kokate methods. Antioxidant activity was evaluated by DPPH radical scavenging assay with slight modification. The results of the phytochemical analysis showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol from the leaves of Blumea balsamifera and Cordyline fruticosa contained alkaloids, tannins, and triterpenoids. Antioxidant activity of Blumea balsamifera leaves extract showed that the n-hexane extract display an ability to inhibit DPPH free radical by 50% at 100 ppm concentration, while ethyl acetate and ethanol extracts display an ability by 77% and 81% at 50 ppm concentration. IC50 value of ethyl acetate and ethanol extracts of Blumea balsamifera leaves sequentially were 23.68 g/mL and 17.59 g/mL. Antioxidant activity of Cordyline fruticosa leaves extract showed that the n-hexane and ethyl acetate extract display an ability to inhibit DPPH free radical by 45% and 56% at 100 ppm concentration, while ethanol extracts display an ability by 76% at 50 ppm concentration. IC50 value of ethyl acetate and ethanol extracts of Cordyline fruticosa leaves sequentially were 73.72 g/mL and 20.17 g/mL. Based on the results, Blumea balsamifera and Cordyline fruticosa leaves extracts had the potential to develop as natural antioxidants.