Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Determinasi Ketahanan Pangan Daerah Kawasan Pesisir di Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Alia Wartiningsih; Leni Maryati
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan
Publisher : LPPM Universitas Samawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah metode deskriptif yang dilaksanakan di wilayah pesisir Kabupaten Sumbawa dengan mengambil 2 desa yaitu Desa Labuhan Aji dan Desa Sebotok. Analisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani dilakukuan dengan menggunakan pendekatan konsumsi energi dan protein rumah tangga, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan dijawab dengan analisis Regresi Logstik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Labuhan Aji dan Desa Sebotok termasuk dalam klasifikasi tidak tahan pangan, yang ditentukan oleh 3 faktor yaitu pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga.
TEKO BU LANG (TEH DAUN KOPI BATU DULANG) SEBAGAI MINUMAN SEHAT DARI BATU DULANG Nela Dwi Iriani; Nana Rizkiana; Suriani; Barda Mulyandi; Ainun Mardiah; Alia Wartiningsih
Jurnal Pengembangan Masyarakat Lokal Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Samawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

TEKO BULANG (Teh Daun Kopi Batu Dulang) merupakan salah satu olahan khas Desa Batudulang yang memanfaatkan daun kopi yang diolah menjadi teh. Desa Batu Dulang merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Kecamatan Batu Lanteh. Daun kopi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, karena kaya akan antioksidan, dapat menurunkan tekanan darah tinggi bagi penderita hipertensi dan mencegah diabetes. Usaha teh daun kopi ini menjadi salah satu usaha yang berpeluang untuk dikembangkan, karena teh daun kopi ini menggunakan daun kopi yang tidak termanfaatkan secara maksimal dan tersedia dalam jumlah yang banyak, sehingga dalam persiapan bahan baku utama dalam produksi selalu tersedia. Teh daun kopi juga berpeluang menjadi oleh-oleh khas Sumbawa dan mendukung program Visit Lombok Sumbawa 2017 dan pengembangan Ekowisata Desa Batu Dulang. Usaha ini telah dipasarkan dan didistribusikan pada toko-toko, kedai-kedai, supermarket sekitar Kabupaten Sumbawa dan kampus Universitas Samawa (UNSA), selain itu pemasaran juga memanfaatkan media sosial sebagai media pendukung promosi.
The The Distribution Chain of Sumbawa Forest Honey in Sumbawa Regency West Nusa Tenggara Nila Wijayanti; Yadi Hartono; Alia Wartiningsih; Siti Nurwahidah
Musamus Journal of Agribusiness Vol 4 No 2 (2022): Musamus Journal of Agribusiness
Publisher : Musamus University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mujagri.v4i2.4357

Abstract

This distribution chain of Sumbawa forest honey has several problems such as the long-distance of the forest from settlements, the fluctuated price of forest honey, which is depended on the quality and the distance to get the honey. The next problem is the high shipping cost to customers, and the packaging must be hygienic and safe. Sumbawa forest honey delivery to consumers must be in good. The purpose of this study is to analyze the marketing chain of Sumbawa forest honey in Sumbawa District, West Nusa Tenggara Indonesia. The method of determining location is done by purposive sampling, considering Sumbawa district is the center of Sumbawa forest honey. Respondent's sample determination was done by snowball sampling. The study was conducted by surveying the field by using a questionnaire with relevant institutions and carrying out documentation. The results showed that there were three types of distribution channels from Sumbawa forest honey. The first distribution channel is the honey hunter – the consumer. The second distribution channel is the honey hunter–honey enterprises-consumer. The third distribution chain is the honey hunter–honey enterprises–supermarket –the consumer. The price of honey received by consumers is not the same, depending on the length of the marketing chain. The marketing margin of the first distribution channel was Rp. 0,00. The second distribution were Rp. 60,000.00 and the third distribution were Rp. 50,000.00.Keywords: marketing, distribution chain, Sumbawa forest honey
PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING Dwi Mardhia; Alia Wartiningsih
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2018): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.539 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v1i1.492

Abstract

Desa Penyaring merupakan desa tempat lokasi berdirinya bank Bank Sampah Samawa (BSS). Sebagai usaha yang baru berdiri, BSS memiliki beberapa permasalahan yaitu keberadaan BSS belum dikenal oleh masyarakat luas, jumlah nasabah masih sedikit dan BSS belum mampu menjangkau masyarakat akibat terkendala sarana transportasi pengangkutan sampah dan masih kurangnya tenaga kerja. Nasabah di BSS baru terdiri atas kelompok-kelompok siswa sekolah, sedangkan untuk nasabah dari kalangan masyarakat belum ada, padahal masyarakat adalah penghasil sampah dan target utama nasabah bank sampah. Masyarakat desa Penyaring sebagai masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi BSS merupakan masyarakat potensial yang dapat dilatih dan didampingi dalam mengolah sampah rumah tangga bernilai ekonomis, mengingat masyarakat di desa tersebut belum terlayani pengangkutan sampah oleh BPM-LH, pengetahuannya tentang pengolahan sampah masih minim, secara keseluruhan masih menerapkan pola “buang dan bakar” dalam pengolahan sampah, serta belum memahami tentang pengolahan sampah skala rumah tangga. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih dan mendampingi 30 orang ibu rumah tangga desa Penyaring dalam memilah sampah dan mengubah sampah dapur menjadi kompos dengan metode takakura. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah skala rumah tangga. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan mulai Bulan Maret hingga November 2017. Hasil yang diperoleh menunjukkan masyarakat memahami dan terampil dalam mengolah sampah skala rumha tangga, keberadaan BSS mulai dikenal oleh masyarakat dan terjadi peningkatan jumlah nasabah BSS.
The Saluran Distribusi Madu Hutan Sumbawa di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat Nila Wijayanti; Yadi Hartono; Alia Wartiningsih; Siti Nurwahidah
Jurnal Agribisnis Musamus Vol 4 No 2 (2022): Musamus Journal of Agribusiness
Publisher : Musamus University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mujagri.v4i2.4357

Abstract

This distribution chain of Sumbawa forest honey has several problems such as the long-distance of the forest from settlements, the fluctuated price of forest honey, which is depended on the quality and the distance to get the honey. The next problem is the high shipping cost to customers, and the packaging must be hygienic and safe. Sumbawa forest honey delivery to consumers must be in good. The purpose of this study is to analyze the marketing chain of Sumbawa forest honey in Sumbawa District, West Nusa Tenggara Indonesia. The method of determining location is done by purposive sampling, considering Sumbawa district is the center of Sumbawa forest honey. Respondent's sample determination was done by snowball sampling. The study was conducted by surveying the field by using a questionnaire with relevant institutions and carrying out documentation. The results showed that there were three types of distribution channels from Sumbawa forest honey. The first distribution channel is the honey hunter – the consumer. The second distribution channel is the honey hunter–honey enterprises-consumer. The third distribution chain is the honey hunter–honey enterprises–supermarket –the consumer. The price of honey received by consumers is not the same, depending on the length of the marketing chain. The marketing margin of the first distribution channel was Rp. 0,00. The second distribution were Rp. 60,000.00 and the third distribution were Rp. 50,000.00. Keywords: marketing, distribution chain, Sumbawa forest honey