Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Hasil Tangkapan Ikan Kakap Putih (Latescalcarifer) Pada Ukuran Mata Jaring Insang Yang Berbeda Di Perairan Pesisir Kota Surabaya abdillah, ahmad rifqi; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.19

Abstract

Nelayan pesisir Kota Surabaya menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gillnet) dalam menangkap ikan kakap putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda pada jaring insang dasar. Penelitian ini di lakukan bulan Maret hingga Mei 2019 di perairan pesisir kota Surabaya dengan metode observasi untuk mengetahui hasil tangkapan ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda. Pengambilan data dilakukan 15 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi sehingga diperoleh 30 data. Hasil penelitian menunjukan hasil tangkapan utama ikan kakap (Lates calcarifer) sebanyak 65% dan hasil tangkapan sampingan sebanyak 35% diantaranya ikan laosan (Eleutheronema Tetradactylum), rajungan (Portanus pelagicus), dan dukang (Hexanematichthys). Jumlah hasil tangkapan pada mata jaring 6 inchi lebih besar dari pada ukuran 7 inch. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi atau 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factor lingkungan yakni arus, suhu, dansalinitas.
HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunidae) PADA ALAT TANGKAP BUBU YANG BERBEDA DI PERAIRAN KECAMATAN PASONGSONGAN, KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR farahdiba, Safrina; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 2, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v2i1.28

Abstract

Nelayan di Perairan Pasongsongan saat ini telah banyak yang menggunakan bubu lipat dalam menangkap Rajungan (Portunidae). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hasil tangkapan rajungan (Portunidae) pada alat tangkap bubu yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – November 2019 di Perairan Pasongsongan Desa Padangdangan dengan menggunakan metode observasional untuk mengetahui hasil tangkapan Rajungan (Portunidae) dan pengaruh perbedaan alat tangkap bubu lipat. Pengambilan data dilakukan 16 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa alat tangkap bubu lipat persegi dan bubu lipat kubah. Jumlah hasil tangkapan pada alat tangkap bubu lipat persegi lebih kecil dari pada hasil tangkapan bubu lipat kubah. Namun berdasarkan analisis Uji T-test disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa penggunaan jenis bubu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan Rajungan (Portunidae).
Rancang Bangun Alat Tangkap dan Pola Ketertangkapan Ikan pada Jaring Insang Dasar di Perairan Pesisir Kota Surabaya subagio, hari; Rosana, Nurul; Sofijanto, M Arief
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 2, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v2i1.31

Abstract

Salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kota Surabaya adalah alat tangkap jaring insang dasar (bottom gil net). Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan rancang bangun serta pola ketertangkapan ikan pada jaring insang dasar untuk ikan kakap putih yang dioperasikan oleh nelayan di perairan pantai timur Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan dengan cara survei. Responden penelitian adalah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang dasar untuk menangkap ikan kakap putih (Lates calcarifer). Pengukuran terhadap bagian alat, dimensi dan jumlah satuan dari bagian alat tangkap, serta pola ketertangkapan ikan hasil tangkapan langsung dilakukan di lapangan, dengan mengikuti kegiatan penangkapan sebanyak enam belas kali operasi. Hasil penelitian sebagai berikut, nalayan menggunakan tiga macam jaring insang dasar, yaitu jaring dengan ukuran mata 5 inci, 6 inci dan 7 inci, setiap ukuran mata jaring terdiri dari 9 tinting. Nilai extra buoyancy secara berturut-turut pada ukuran mata jarring 5 inci sebesar -68,70%, ukuran mata jarring 6 inci sebesar -68,31%, dan ukuran mata jarring 7 inci sebesar -61,09%. Hasil tangkapan terbanyak pada berbagai jenis pola ketertangkapan ikan, adalah sebagai berikut: secara snagged pada jaring ukuran mata 6 inci, secara gilled pada ukuran mata jaring 5 inci, secara wedged pada jaring ukuran mata 6 inci, dan secara entangled pada jaring ukuran mata 5 inci.
EVALUASI PENAMBAHAN JUMLAH LANTAI PADA GEDUNG PERKULIAHAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER Hari Subagio; Krisnamurti; Paksitya Purnama Putra
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 10 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1309.031 KB) | DOI: 10.22225/pd.10.1.1965.1-12

Abstract

Learning facilities for students of the Faculty of Engineering, University of Jember (FT-UNEJ) were still insufficient. Fifteen study programs at FT-UNEJ were only served in one lecture building. Additional floors in existing buildings are done to increase the classrooms as a follow to the problem. An additional three floors were made as a classroom and one roof as a meeting room (rooftop). Planning and evaluation were done by modeling 3D buildings in a structural analysis program. Analysis and evaluation in the structural analysis program were modeled with the same dimensions as the existing conditions, and an additional number of floors would be added according to the preliminary design calculations. Modeling results showed the condition of the building plans was still safe. The largest inter-floor deviation value is 10.2 mm which is still below the permit deviation (31.5 mm), and the structural integrity value is -0.97 (requirement -1 <- 0.97 <1).
A Review on Puerulus (Panulirus spp.) Resource Utilization in Indonesia Based on the Sense of Hearing: Auditory Receptor Organs Hari Subagio; Evron Asrial; Yusnaini Yusnaini; Nurul Rosana; Gatut Bintoro; Nuhman Nuhman; I Made Kawan
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 2 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v13i2.26545

Abstract

Highlight ResearchThe mortality of lobster seeds by predators in the first year is 96.0-99.4%It takes technology to catch seeds before being eaten by predatorsApplication of sound wave-based attractor technology to lobstersDo lobsters have the ability to hear sound waves?The lobster's sense of hearing begins to function from the puerulus stage AbstractIndonesia is a country that produces abundant lobster seeds (puerulus), however, there is a paradox, where natural mortality in the first year since entering the settlement phase can reach 96.0-99.4%. The use of lobster resources, especially in the puerulus stage, for cultivation, is very strategic. Therefore, it is necessary to improve puerulus fishing technology. In the capture fisheries sector, the use of the sense of hearing in fish resources has been carried out to increase catch productivity, by utilizing sound wave-based attractors’ technology. For lobster resources, to what extent is this technology applicable? Underwater sound waves are a phenomenon of compression and expansion of a medium as sound energy passes through it. This aspect of the study is still new and very prospective. The purpose of this review article is to answer some basic questions: Can lobsters be able to hear sounds that come from their surroundings, since when do lobsters sense of hearing begin to function, and anatomically what kind of auditory organs are in lobsters. The results of the review conclude as follows: lobsters have senses that are able to perceive or listen to sound waves (sound) from their surrounding environment, this ability has been possessed by lobsters since they were in the postlarva or puerulus stage. Anatomically, the organs that act as the sense of hearing in lobsters are: receptors on the body surface, chordotonal organs and statocyst organs.
Pemanfaatan dan musim penangkapan kepiting jangkang (Macrophthalmus japonicus de Haan 1835) di perairan pesisir timur Kota Surabaya Hari Subagio
Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management Vol 1 No 1 (2020): Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/HAJ.1.1.23

Abstract

Fishing activities on the east coast of Surabaya use a variety of simple fishing gear. One who tries to fish by picking crabs as the target of the catch. Fishermen use a sled (skilot) gliding over a stretch of mud to launch a catching target in the form of a sentinel crab (Macrophthalmus japonicus) whose carapace conditions are still soft. Crabs with hard carapace conditions are not captured by fishermen. This study aims to determine the species of sentinel crab resources the target is catching, the location of the catchment area of sentinel crabs and understand the pattern of the fishing season. The method used in the research is descriptive survei method. The study was conducted in February until July 2018. The research location was in the coastal city of Surabaya. Respondents were fishermen caught by sentinel crabs with catchment locations on the east coast of Surabaya City. To determine the type of species, samples were carried out several times on catches, each amounting to 25 sentinel crabs in soft carapace conditions. The location of the captured area is determined by the fishermen, while making a map of the location using the Arcview 3.3 program. The pattern of fishing season is done by determining the value of the Fishing Season Index (FSI). The results of the study are as follows: 1). The types of sentinel crabs that are targeted by fishermen are Macrophthalmus japonicus; 2). The fishing ground of the sentinel crab is on the tidal stretch with a muddy base in the East Coast region of Surabaya at coordinates 7014’24”–7015’05” South Latitude and 112048’09”– 112049’04” East Longitude; 3). The fishing season pattern for sentinel crabs based on the FSI is that the peak season successively takes place in the months: April(612,96%), and May (164,68%). Medium season: July (77,76 %), March (68,61%), February (64,04%), and January (59,47%). Low season: June (42,69%), November (36,59%), August (32,02%), October (18,30%), December (18,30%), and September (4,57%).
Penggunaan Lampu LED Pada Penangkapan Udang Werus (Penaeus merguiensis) dengan Alat Tangkap Prayang Mochamad Arief Sofijanto; Hari Subagio; Andre Pradhitya Putra Mustafa
Akuatika Indonesia Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v7i1.35356

Abstract

Udang werus ditangkap dengan alat tangkap prayang yang menggunakan lampu karena udang tertarik pada cahaya. Prayang termasuk jenis perangkap dengan cara udang dipikat melalui cahaya lampu, masuk secara sukarela dan tidak bisa keluar lagi. Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah dan komposisi hasil tangkapan prayang yang menggunakan lampu dibandingkan dengan prayang yang menggunakan leader tanpa lampu. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020 di tambak tradisional Surabaya Timur. Manfaat penelitian adalah mengetahui cara operasi prayang ber-leader di tambak tradisional Kota Surabaya dan prayang yang menggunakan lampu LED recharge. Penelitian menggunakan metode experimental fishing dengan RAL 3 perlakuan dan 10 kali ulangan. Perlakuan A adalah prayang sebagai kontrol (dengan leader tanpa lampu); Perlakuan B (prayang tanpa leader, dengan lampu); Perlakuan C (prayang tanpa leader, tanpa lampu). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan A mendapatkan jumlah hasil tangkapan udang werus terbanyak (12.257 gram) diikuti oleh perlakuan B (10.316 gram) dan perlakuan C (349 gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antar perlakuan dimana perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B dan C, demikian pula perlakuan B juga berbeda nyata dengan perlakuan C. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan prayang adalah udang werus (Penaeus marguiensis), ikan bandeng (Chanos chanos), udang windu (Penaeus monodon), ikan mujair (Tilapia sp.), kepiting bakau (Scilla sp.) dan belut (Monopterus albus). Lampu LED recharge sebagai lampu baru yang selama ini belum digunakan oleh penjaga tambak dapat memikat ikan dan non ikan untuk mendatangi prayang berlampu.
KARAKTERISTIK REPRODUKTIF IKAN BARAKUDA (Sphyraena barracuda) PADA JARING INSANG PERMUKAAN DI PERAIRAN BULU TUBAN Arisma Nur Hidayati; Hari Subagio; Nurul Rosana
Jurnal Perikanan Vol 12 No 3 (2022): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v12i3.346

Abstract

Kegiatan penangkapan ikan merupakan mata pencarian bagi warga Desa Bulu dan usaha tersebut sudah lama berlangsung, alat tangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan Desa Bulu yaitu alat tangkap jaring insang permukaan dengan ukuran mata jaring 5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata panjang (cm), berat (gram), jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad (TKG) hasil tangkapan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) pada alat tangkap jaring insang permukaan dengan ukuran mata jaring 5 cm. Metode yang digunakan adalah metode survei, kemudian hasil di analisa menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata panjang (L) cagak ikan barakuda yaitu 36 ± 4,1 cm; rata-rata panjang lingkar tutup insang ikan barakuda 12,2 ± 1,2 cm dan rata-rata berat ikan barakuda 341,8 ± 100,7 gram. Jumlah hasil tangkapan ikan jantan sebanyak 14 ekor dan betina sebanyak 30 ekor. Ikan barakuda terjerat dengan cara Gilled sebanyak 20 ekor, Wedged sebanyak 14 ekor dan Snagged sebanyak 10 ekor. Dari hasil pembedahan 10 ekor ikan jantan dan 11 ekor ikan betina diperkirakan telah memasuki periode awal fase dewasa. Pada saat operasi penangkapan ikan barakuda, di dapatkan hasil tangkapan sampingan antara lain hiu (Selachimorpha), kakap putih (Lates calcarifer), bandeng (Chanos chanos), terak (Chirocentrus dorab), kembung (Rastrelliger) dan pari (Batoidea).
PENGARUH LAMA PERENDAMAN ALAT TANGKAP JARING INSANG DASAR TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN BULU, TUBAN, JAWA TIMUR sonia dzakiatul fajria; M Arief Sofijanto; Hari Subagio
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 4 No 2 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v4i2.56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama perendaman jaring insang dasar (bottom gillnet) terhadap jumlah hasil tangkapan ikan demersal. Metode yang digunakan adalah metode experimental fishing kemudian di analisa menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji T-test. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2022. Pengambilan data dilakukan 16 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa lama perendaman 1 jam dan 3 jam sehingga diperoleh 32 data. Hasil penelitian menunjukan hasil tangkapan jaring insang dasar pada lama perendaman 1 jam sebanyak 47% dan lama perendaman 3 jam sebanyak 53%. Jumlah hasil tangkapan pada lama perendaman 3 jam lebih besar dari pada lama perendaman 1 jam. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh lama perendaman 1 jam atau 3 jam terhadap hasil tangkapan jaring insang dasar. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ikan demersal di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factor lingkungan yakni arus, suhu, dan salinitas.
PENGARUH JENIS BUBU LIPAT DAN JENIS UMPAN YANG BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (portunus pelagicus) DI PERAIRAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Rif’an Najahi; Mochammad Arief Sofijanto; Hari Subagio
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 4 No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v4i1.58

Abstract

Penangkapan rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Paciran pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pesisir Paciran, yang menggunakan alat tangkap bubu lipat. Bubu merupakan alat tangkap yang cukup dikenal di kalangan nelayan . Alat tangkap ini berupa jebakan dan bersifat pasif dan tergolong sebagai alat tangkap jenis traps (perangkap). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bubu lipat dan jenis umpan yang berbeda terhadap hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode ekserimental, dengan menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu jenis alat tangkap yang berbeda dan jenis umpan yang berbeda. Adapun jenis alat tangkap yang digunakan yaitu bubu lipat persegi dan bubu lipat kubah, serta jenis umpan yang digunakan yaitu ikan peperek (Leiognatrhidae) dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan Two-way Anova dilanjut dengan uji BNT. Berdasarkan hasil uji analisis Two-way ANOVA diperoleh nilai signifikansi untuk faktor A sebesar 0,916 dengan nilai signifikansi > 0,05. Nilai signifikansi untuk faktor B sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi < 0,05 maka maka dapat disimpulkan bahwa pengoperasian alat tangkap bubu lipat kubah dan bubu lipat persegi tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus).