Baito, Linus
Sekolah Tinggi Teologi Aletheia, Lawang, Jawa Timur

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Teologi Guanxi: Sebuah Upaya Memahami Aspek Teologi Relasional dalam Budaya Tionghoa Baito, Linus
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 2 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2019.42.434

Abstract

AbstractThis article aims at constructing a theology of business starting from the Chinese principle of relationship which is known as guanxi. Many have seen the role of guanxi in the process of China’s economic growth. Guanxi plays a philosophical role not only in economic life, but also in social as well as cultural ones. Using Robert Schreiter’s method of intercultural theology, this study finds that the philosophical concept of guanxi offers values compatible with a Christian theology of relationship. Interacting the two resources would provide a strong basis for constructing a theology of business. AbstrakArtikel ini bertujuan membangun sebuah teologi bisnis yang bertitik tolak dari prinsip Tionghoa yang dikenal sebagai guanxi. Banyak orang telah menyadari peran guanxi dalam proses pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Guanxi memainkan peran filosofis bukan hanya dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga sosial dan kultural. Menggunakan metode teologi interkultural dari Robert Schreiter, studi ini menemukan bahwa konsep filosofis guanxi menawarkan nilai-nilai yang kompatibel dengan teologi relational Kristen.
IKLAN : EKSPLORASI ASPEK TEOLOGIS DALAM BUDAYA KOMERSIALISME DAN KONSUMERISME LINUS BAITO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 7, No 1 (2019): MARET 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v7i1.87

Abstract

Abstrak: Iklan adalah gambaran luar dari tampilan budaya kita. Dikumandangkan lewat radio, televisi, halte bis, umbul-umbul di pusat perbelanjaan, jembatan penyeberangan, baliho, bahkan di dunia virtual–internet serta media sosial. Semua dimensi hidup manusia masa kini dikelilingi oleh iklan, bagaikan udara yang kita hirup. Filosofi apakah yang terkandung dalam dunia periklanan sehingga banyak perusahaan memanfaatkannya demi meningkatkan nilai konsumerisme? Dimensi apa sajakah yang dikenal oleh para produsen iklan terhadap para konsumen agar meraih pangsa pasar? Adakah aspek teologis yang terkandung dalam dunia periklanan dan sejauh mana hal itu berfaedah bagi kekristenan?  Kata Kunci: Iklan, Budaya, Komersialisme, Konsumerisme, Teologis, Kekristenan
FAKTOR MEME DALAM PENGINJILAN : SEBUAH PENDEKATAN INTERATIF DALAM MEMAHAMI ROMA 10:14-15 BERDASARKAN PERSPEKTIF MEME MACHINE LINUS BAITO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i2.79

Abstract

Abstrak: Meme muncul hampir di setiap aspek kehidupan manusia. Hal itu bisa ditemukan dalam bahasa, lagu, politik, komunikasi di dunia medsos, dan bahkan dalam agama. Sehingga dalam banyak hal, seseorang sebenarnya melakukan sesuatu karena sebelumnya ia mendapat ide, kesan ataupun pengalaman sebagai stimulator. Kondisi tersebut bersifat dinamis dan transferabel. Seseorang cenderung meneruskan lagi kepada orang lain. Orang yang menerima hal tersebut, dengan sengaja ataupun tidak, meneruskannya lagi kepada orang lain hingga terjadi penggandaan dan bahkan multiplikasi ide, informasi, perasaan, reaksi yang berkembang dan hampir tidak dapat dikendalikan. Kondisi tersebut dikenal sebagai meme. Seperti mesin, meme memiliki daya dorong yang efektif untuk melakukan replikasi.   Berkaitan dengan kehidupan beragama, sejauh mana faktor meme/mimetik memainkan peran penting dalam kiprah penyebaran suatu ajaran? Khususnya dalam kekristenan, apakah ada korelasi antara pernyataan Paulus dalam Roma 10: 14-15 dengan faktor meme secara langsung? Adakah aspek lain, selain meme, yang menjadi kunci dari efektifitas pewartaan Kabar Baik yang dilakukan dalam kekristenan di seluruh dunia? Hal-hal itulah yang coba dikembangkan melalui tulisan kecil ini.Kata kunci: Meme, Replikator, Duplikasi, Pengulangan, Agama, Penginjilan, Pembawa Pesan, Kekristenan
Dari padang gurun hingga ke belantara posmodernisme: Refleksi perjalanan spiritualitas gereja Simanjuntak, Fredy; Baito, Linus; Marpaung, Welko Henro
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 8, No 1: April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v8i1.481

Abstract

In the Old Testament, the metaphor of the "desert" is quite central in the spiritual image of God's people. In the ancient world, the reality of the wilderness was a pivotal point in Israel's encounter with God. Associated with the life of the church today, the reality of postmodernism becomes a new challenge that causes distortion and fragmentation between orthodoxy, orthopathy, and orthopraxy in church life. This essay aims to examine how desert spirituality can be integrated into the contemporary Christian life. This study uses a qualitative approach with socio-theological analysis. The results of this study are expected to develop a critical awareness of the church about the complex social meaning of desert spirituality practices that can be integrated into postmodern social reality as a transformational practice of personal life, service, and society. AbstrakDalam Perjanjian Lama metafora “padang Gurun” cukup sentral dalam imajinasi spiritualitas umat Allah. Di dunia kuno realitas padang gurun merupakan titik penting perjumpaan Israel dengan Allah. Dikaitkan dengan kehidupan gereja di masa kini, realitas postmodernisme menjadi tantangan baru yang menimbulkan distorsi dan fragmentasi antara ortodoksi, ortopati dan ortopraksis dalam kehidupan menggereja. Esai ini bertujuan mengkaji bagaimana spiritualitas padang gurun dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan kekristenan kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis sosio-teologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kesadaran kritis gereja tentang makna sosial yang kompleks dari praktik spiritualitas padang gurun yang dapat diintegrasikan dalam realitas sosial postmodern sebagai praktik transformasional kehidupan pribadi, pelayanan dan masyarakat.
Hasrat transhumanisme di tengah pandemi Covid-19: sebuah upaya memahami identitas diri melalui pendekatan teologi interkultural Baito, Linus
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 7, No 2: Teologi Menstimulasi Nilai-nilai Kemanusiaan dan Kehidupan Bersama dalam Bingkai Kebang
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v7i2.294

Abstract

This writing attempts to reread the ambitious dreams of transhumanism about the super civilization of humankind in future development, such as longevity, intelligence, and wellness. These super-thinks are now running into a formidable challenge of pandemic COVID-19 reality. Reflecting on Anthony Gittins’ thought of a new identity of believers, the author will develop this writing in some features. First, the urgency of critical reading toward the dreams of transhumanism. Second, how the COVID-19 pandemic turned into an enormous challenge for transhumanism concepts? Third, referring to the Gittins, how significant of his intentions could bring alertness to the transhumanists and believers in a new identity thought in Christ? In his explorative research, the author will employ a descriptive qualitative method. The last part is a result and suggestions for further exploration and also for readers to find out a dynamic of human self-identity.AbstrakTulisan ini berupaya untuk membaca ulang mimpi besar transhumanisme tentang suatu peradaban super agung manusia mengenai masa depan dalam aspek kekekalan, kejeniusan, dan kebahagiaan. Hasrat super tersebut menghadapi tantangan super besar pula melalui kenyataan pandemi Covid-19. Berefleksi dari konsep Anthony Gittins tentang identitas baru komunitas orang-orang percaya, tulisan dikembangkan sebagai berikut: Pertama, urgensi membaca ulang secara kritis mimpi super kalangan transhumanis. Kedua, bagaimana pandemi Covid-19 menjadi tantangan super bagi konsep transhumanime? Ketiga, merujuk pada pemikiran Anthony Gittins, sejauh mana konsep Gittins dapat menyadarkan kaum transhumanis, dan kelompok orang percaya tentang identitas baru dalam Kristus. Studi literatur dengan metode deskriptif kualitatif menjadi pilihan dalam upaya mengeksplorasi. Pada bagian akhir, akan disimpulkan serta disuguhkan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya, dan para pembaca untuk terus melakukan upaya dinamis dalam memahami identitas diri manusia.