Ritual atau puja bakti adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh pemeluk keagamaan sebagai bentuk ungkapan keyakinan. Puja bakti adalah elemen yang selalu ada dalam sistem keagamaan manapun. Oleh karena itu perlu dilakukan penyadaran ilmiah terhadap makna dibalik puja bakti, sehingga melakukannya tidak secara membuta. Kecerdasan spiritual memiliki kandungan nilai yang layak dicapai melalui pelaksanaan puja bakti yang benar. Melalui studi antropologi dan psikologi, dapat diketahui bahwa manusia memiliki kecerdasan yang lebih unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki kemampuan mencipta, merasa dan berkehendak yang dipelajari melalui pembudayaan. Dengan kemampuan kecerdasan yang dimilikinya, manusia berkarya dalam kehidupan untuk mencapai cit a cita yang didambakan. Tipologi kecerdasan manusia antara lain mencakup kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Masing - masing kecerdasan tersebut bersifat fungsional. Dengan kecerdasan intelektual manusia menciptakan aneka macam teknologi, sehingga aktivitas kehidupan menjadi lebih mudah dan efisien. Dengan akal dan budi, manusia memiliki tata krama, moral, tata kelakuan, sehingga dapat hidup saling membantu, menghargai dan memiliki tenggang rasa. Dengan kecerdasan emosi seseorang dapat lebih mengendalikan diri sehingga dapat lebih mudah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Demikian pula dengan kecerdasan spiritual, seseorang dapat lebih dapat mengembangkan batinnya sehingga dapat mengembangkan sifat sifat luhur dalam memurnikan pikiran, ucapan dan perbuatannya. Praktik agama menjanjikan tercapainya kebahagiaan duniawi (lokiya) dan non-duniawi (lokutara). Dalam kehidupannya manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan antara kebutuhan dan keinginan, antara baik dan buruk, atau antara kutub ekstrim yang dikotomis. Menghadapi kondisi itulah manusia perlu memiliki spiritualitas yang mumpuni. “Banyak orang memiliki mata tetapi hanya untuk melihat, tetapi tidak untuk memperhatikan dengan seksama, punya perasaan hanya untuk merasakan, tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar, tetapi tidak untuk mendengar dengan penuh kesadaran”. Buddha menyebut kondisi ini sebagai suatu bentuk kelengahan, pikiran tidak waspada, tidak memiliki perhatian yang benar dan tidak terpusat. Kesadaran menangkap objek melalui pintu-pintu indria tidak penuh dengan perhatian, sehingga yang muncul adalah nafsu. Dengan adanya nafsu yang bekembang maka muncullah kemelekatan yang membuat seseorang bertambah penderitaannya. Setiap orang mendambakan ketenangan, kebahagiaan dalam kehidupan, bebas dari masalah yang menghimpit dalam kehidupan yang penuh aneka ragam. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dapat membantu seseorang dalam mengembangkan dirinya, tidak tergantung pada budaya atau nilai, dan spiritualitas bukanlah agama. Ada manusia yang terlihat religius, mengerti tentang suatu agama, taat bersembahyang, tetapi tingkah lakunya tidak religius, tidak menunjukkan sopan santunnya. Beragama dengan melakukan puja bakti hendaknya bukanlah semata mata ritual sebagai rutinitas belaka, melainkan puja bakti dapat sebagai sarana meningkatkan spiritual seseorang sehingga seseorang memiliki batin yang tenang, seimbang, harmoni dan bahagia. Puja bakti sebagai sarana untuk meningkatkan kehidupan pribadi dengan kondisi batin yang lebih baik sehingga dapat hidup rukun dalam bermasyarakat. Puja bakti yang dilakukan dengan pemahamam yang benar akan memberikan manfaat, sebaliknya puja bakti yang dilandasi pemahaman yang tidak benar, akan menimbulkan kemelekatan akan pandangan salah, sehingga puja bakti yang dilandasi pandangan salah tidak memberikan manfaat bagi kemajuan batin.