Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Cultoure: Jurnal Ilmiah Pariwisata Budaya Hindu

EKSISTENSI TRADISI MEGOWAK-GOWAKAN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA Ida Bagus Putu Eka Suadnyana
Cultoure: Jurnal Ilmiah Pariwisata Budaya Hindu Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.531 KB) | DOI: 10.55115/cultoure.v2i2.1509

Abstract

Traditional games are types of games that contain educational values which are ancestral heritage that must be preserved. The traditional game of megowak-gowakan is one of the cultures that still exists today, which is played on Ngembak Geni day by young people in Panji Village, Sukasada District, Buleleng Regency. This was done to commemorate the fame and enthusiasm of the King of Buleleng Ki Barak Panji Sakti in attacking Blambangan. The problems above are studied using several theories, namely: Media Education Theory and Structural Functional Theory. Data were collected using four techniques, namely non-participant observation techniques, unstructured interview techniques, literature study techniques, and document studies. Furthermore, the data that has been collected is analyzed by interpretive descriptive techniques. The results of data analysis are the answers to the three problems above, namely first, the first reason is religious education, namely getting closer to God and the ancestors by respecting traditional customs, the second reason is that socio-culture is a folk game that existed at the beginning of the eleventh century so that it influenced civilization. the local community, the third reason is solidarity, namely creating an atmosphere of togetherness by helping each other, and the fourth reason is tourism, which is believed to be able to affect the welfare of the village. Second, the traditional megowak-gowakan game is in the form of a straight line with about 40 young people playing in the field of Panji village. This game requires water to inundate the field and a scarf as a handle so that it doesn't easily get out of line. In the process, Gowak catches the peanuts until it can. If the peanuts have been caught, they will be replaced with new gowak and peanuts. Gowak and peanuts that have been playing enter the middle of the line and so on until everyone can play them.
KEBERADAAN BATU PULAKI BALI DALAM KONTEKS SOSIO RELIGIUS MASYARAKAT DESA BANYU POH KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG I Nyoman Miarta Putra; Ida Bagus Putu Eka Suadnyana
Cultoure: Jurnal Ilmiah Pariwisata Budaya Hindu Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/cultoure.v4i2.3716

Abstract

Batu Pulaki sebagai salah satu bentuk kekayaan alam Bali sekaligus sebagai warisan di dalam kehidupan budaya masyarakat di Bali. Pengetahuan terhadap jenis, kandungan, fungsi serta hubungannya dengan kehidupan sosio religius masyarakat di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara lebih detail mengenai batu Pulaki dalam konteks sosio religius masyarakat Desa Bayupoh. Untuk menjelaskan masalah di atas penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam hal ini, penulis terlibat secara langsung dalam pemerolehan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan informan di kawasan Pulaki Bali. Selain itu penelitian ini menggunakan jenis data pustaka seperti, buku, skripsi, jurnal, media internet, dan sebagainya yang menunjang penelitian. Untuk menjawab permasalahan, peneliti menggunakan Teori Fungsional Struktural. Dari penelitian yang dilakukan, didapat temuan yaitu keberadaan batu pulaki pada kawasan suci yang di dalamnya terdapat pura Agung Pulaki dan beberapa pura pasanakan yang ada di sekeliling pura Pulaki. Hal ini menunjukkan bahwa dereta wilayah Pulaki dengan beberapa pura yang ada disana sebagai peninggalan peradaban Hindu merupakan pusat aktivitas sosial dan spiritual. Pulaki sebagai kawasan suci dan batu Pulaki sebagai salah satu simbol sarana ritual keagamaan masyarakat secara historis dan teologis memberikan satu bantuan pemahaman keagamaan kepada masyarakat. Batu pulaki oleh masyarakat Desa Banyupoh digunakan untuk pedagingan dan panca datu, selain itu keberadaan batu pulaki juga digunakan sebagai palinggih, sebagai media pemujaan oleh masyarakat Hindu di Desa Banyupoh. Dalam inovasi dan perkembangannya batu pulaki telah bertransformasi menjadi beberapa produk kesenian sebagai aksesoris, tempat tirta dan berbagai jenis kesenian patung.