Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sejarah dan Kedudukan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 di Indonesia Sa'diyah, Halima Tus; Sitti Lailatul Hasanah; Abdul Mukti Thabrani; Erie Hariyanto
Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law Vol. 3 No. 1 (2021)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/alhuquq.v3i1.3460

Abstract

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) lahir sebagai respon akan lahirnya UU No.3 tahun 2006 terkait dengan perubahan atas UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama terkait dengan perluasaan wewenang peradilan agama termasuk dalam membentuk penyelesaian dibidang Ekonomi Syariah. Terbentuknya KHES merupakan suatu terobosan dan positifisasi hukum fiqh muamalat dalam peraturan yang ada di Indonesia sehingga dapat menjadi pegangan umat Islam dalam bermuamalah dan berkekuatan hukum. Keberadaan KHES menjadi pembeda antara ekonomi syariah dan ekonomi konvensional dan dibentuk dengan me-unifikasi keseragaman pendapat para ulama yang terdapat dalam kitab-kitab kuning (fiqh) dan fatwa DSN-MUI dalam kesederhanaan hukum yang sesuai dengan konteks ke-Indonesiaan untuk menemukan kepastian hukum di Indonesia. KHES merupakan pembaharu dan hukum baru yang lahir dari PERMA No. 2 Tahun 2008 berfungsi sebagai rujukan dalam putusan hukum oleh para hakim dalam peradilan agama dan bahan pertimbangan hukum dalam persoalan ekonomi syariah akan tetapi, KHES termasuk peraturan perundang-undangan semu (pseoude wetgeving/beleidsgerels) tidak termasuk pada peraturan perundang-undangan di Indonesia. Kedepan KHES ini diharapkan dapat dinaikkan derajatnya ke tingkat Peraturan pemerintah agar dapat mengikat sebagaimana peraturan- peraturan yang lain yang ada di Indonesia seperti terbentuknya KHI yang hanya berada pada dataran Inpres No.1 tahun 1991 yang dikemudian hari terbitlah Undang-undang No.1 tahun 1974 jo. Undang-undang No.16 tahun 2019 Tentang Perkawinan . (The Sharia Economic Law Compilation (KHES) was created in response to the issuance of Law No. 3 of 2006 regarding amendments to Law No. 7 of 1989 on Religious Courts related to the extension of the authority of the religious courts , including in settlement formation in the area of ​​the Sharia economy. The establishment of KHES is a breakthrough and a positive effect of the muamalat fiqh law in existing regulations in Indonesia so that it can become a guide for Muslims in muamalah and has legal force. The existence of KHES is a differentiator between Sharia economics and conventional economics and is shaped by the uniformity of opinions of the ulama in the yellow books (fiqh) and DSN-MUI fatwas in legal simplicity in keeping with the Indonesian context. unite for legal security in Indonesia. Indonesia. KHES is a reformer and a new law born from PERMA No. 2 of 2008 serves as reference in legal decisions of judges in religious courts and material for legal considerations in Sharia economic matters, but KHES including pseudo-law/policy rules is not included in Indonesian laws and regulations. In the future, it is hoped that KHES can be raised to the level of government regulations, so that it can be binding like other regulations in Indonesia, such as the formation of KHI which is only on the plains of Presidential Instruction No. 1 of 1991, which later became law no. 1 of 1974 jo. Law No. 16 of 2019 on Marriage)
فقه المصائب والبلايا : (نظرات وحكم في تمكين الأمة وتنظيمها على ضوء النصوص الشرعية) Abdul Mukti Thabrani
AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial Vol. 10 No. 1 (2015)
Publisher : Faculty of Sharia IAIN Madura collaboration with The Islamic Law Researcher Association (APHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/al-lhkam.v10i1.586

Abstract

The God creates the whole world with laws, design and law of nature that cannot be replaced until the end of this world. Some of the laws are the existence of disasters that is surely given to all human beings and all creatures in this world. It is arranged by the Al-Mighty himself and it becomes the sixth pile of IMAN.  It is also known as believing to the faith, either the good one or the bad one which is suitable with their own portion. This writing is trying to describe deeply and dig about the Fiqh of disasters, in the context of reading the implicit or explicit theorems, as the base and reference in seeing the God’s rule on Earth and as the form of implementation of our believing to the faith that can be done with maximum effort to be a good human being who realizes his function as Khalifah. The last destination is to make people strong and realize about the unity as the strength of Moslems. All the perspectives are framed in the Syariah textuality which comes from Revelation.Copyright (c) 2015 by Al Ihkam. All right reservedDOI: 10.19105/al-ihkam.v10i1.586
MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI’I (Menyingkap Sisi Lain Kepenyairan Sang Imam) Abdul Mukti Thabrani
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 6 No. 2 (2012): OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ojbs.v6i2.429

Abstract

Selain sebagai salah seorang imam besar pendiri mazhab fiqih dengan pengikut yang tersebar di Asia Tenggara, sebagian Afrika dan Eropa, Imam Syafi’i juga seorang sastrawan besar dan penyair ulung yang diakui kepakarannya dalam bidang sastra Arab oleh para ahli bahasa (al-Lughawiyyûn). Bahkan, sebagian mereka menyandingkan beliau sejajar dengan nama besar Labîd bin Rabî’ah, pujangga besar Jahiliyyah yang syair-syairnya digantung di Ka’bah (al- Mu’allaqât). Tulisan berikut mencoba menyingkap sisi lain dari kehidupan beliau sebagai penyair dari perspektif kedalaman dan keindahan bahasa, serta hikmah yang sudah menyatu dalam racikan bait-bait syairnya.