Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Cerita Rakyat Indonesia sebagai Alternatif Motif Batik Bercerita Melalui Eksperimentasi Digital Nuning Yanti Damayanti
Jurnal Budaya Nusantara Vol 4 No 1 (2020): NUSANTARA & RUANG VIRTUAL
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol4.no1.a3248

Abstract

Keunikan negara Indonesia adalah berupa negara kepulauan sehingga budaya Indonesia diwarnai oleh cerita rakyat yang berangkat dari falsafah hidup mengharmonikan sifat geografisnya yang paradoks, tanah-air, gunung-hutan dll. Narasi imajinatif penguasa alam yang mendominasi tanah, gunung dan samudera adalah sesuatu yang mistis sekaligus narasi dan tokoh cerita rakyat yang memesona secara misterius. Tulisan ini membahas penelitian mengenai inspirasi lingkungan pesisir untuk pengembangan motif batik bercerita yang menceritakan cerita rakyat daerah pesisir Jawa. Batik adalah produk berupa tekstil yang dihiasi dengan beragam motif unik yang khas Indonesia. Batik merupakan produk budaya Indonesia yang orisinal dan telah diakui sebagai kekayaan intelektual yang mewakili dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen, wawancara dan studi inovasi bentuk dengan menafsirkan ulang narasi cerita rakyat pesisir pulau Jawa untuk pengembangan penciptaan motif batik bercerita. Tujuannya adalah untuk memperkaya motif pesisir sambil memperkenalkan kembali narasi cerita rakyat pesisir melalui karya seni batik. Kesimpulan karakteristik seni batik yang menceritakan kisah cerita rakyat pesisir pantai pulau Jawa adalah alternatif bisa diterapkan dan dikembangkan untuk memperkaya motif pesisir batik bercerita.
Konfluen Budaya pada Gaya Visual Ilustrasi Naskah Sajarah Banten Savitri Putri Ramadina; Yasraf Amir Piliang; Nuning Yanti Damayanti
Jurnal Rekarupa Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : FSRD ITENAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masa Revolusi Industri pada abad ke-18 menyebabkan tumbuhnya lingkungan urban yang terdiri dari berbagai tipe kelompok masyarakat yang saling berinteraksi menjadi kelas-kelas dan kelompok sosial baru. Budaya kelompok baru tersebut selanjutnya membentuk ikatan yang pelik antar berbagai pola pemikiran yang tidak lagi dapat dikatakan ‘turun-temurun’, yang diistilahkan Ulf Hannerz sebagai cultural confluences atau “pertemuan/konfluen budaya”. Pemilihan kata ‘confluence’ merujuk pada sesuatu yang bersifat cair, mengalir dan bercampur, mengisyaratkan bahwa budaya bukan lagi merupakan tradisi yang kaku. Penelitian ini untuk menelaah sejarah fenomena konfluen budaya dalam perkembangan budaya visual Indonesia melalui sampel ilustrasi naskah Sajarah Banten yang dibuat pada abad ke-18 dengan menerapkan metode analisis wacana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya estetik yang diterapkan pada ilustrasi tersebut menunjukkan bentuk adaptasi dari gaya tradisional Indonesia dengan gaya luar seperti Barat dan Timur Tengah. Kata kunci:  gaya visual, ilustrasi, konfluen budaya.ABSTRACTThe Industrial Revolution during the 18th century caused the emergence of urban environment consisted of various community types which interacted and turned into new social classes and groups. The culture of those new communities thus shaped some complex bonds of thought patterns which cannot be called ‘hereditary’ anymore, termed by Ulf Hannerz as cultural confluences. The usage of term ‘confluence’ refers to something fluid, flowing, and mixing, as a hint that culture is not a rigid tradition anymore. This research aims to analyse the history of cultural confluences in the development of Indonesia’s visual culture through sampling of Sajarah Banten manuscript’s illustrations made in 18th by using discourse analysis method. The result shows that the aesthetic style used in the illustrations shows adaptations from Indonesia’s traditional style with external influences like from the West or Middle East. In other words, cultural confluences had existed even before the Digital Revolution 4.0 in Indonesia and it is not a threat, instead it can expands the visual vocabularies of Indonesia.Keywords: cultural confluences, illustration, visual style.
Ngabandungan Banda Indung Interpretasi Kepercayaan Masyarakat Sunda Rancakalong melalui Seni Visual Rini Maulina; Setiawan Sabana; Nuning Yanti Damayanti; Teddi Muhtadin
PANGGUNG Vol 30, No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1007.355 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i2.1204

Abstract

ABSTRACTIndung (mother) in Sundanese culture is not only meaningful as a mother who gives birth, but has a broadmeaning and contains motherhood. Sundanese people have a tradition of appreciating the indung, seenfrom the mention of the indung in Paribasa, Babasan, Carita Pantun, and mythology. The maternal natureof Sunan Ambu, Dayang Sumbi and Nyi Sri Pohaci, was placed in the highest position as a glorificationof the indung. The results of the study showed that the philosophy contained in the traditional ceremonyof Ngalaksa in Rancakalong, Sumedang, contains the meaning of broad indung, interpreted into the formof visual artwork “Ngabandungan Banda Indung”, based on the problem of interpretation the meaningof the mother in visual artwork has been limited to mothers who give birth. Using the Art Based Researchmethod, the creation of research-based artwork. Aimed at interpretation of the wider meaning of the landin the form of the depiction of the banda indung (mother’s wealth) such as rice plants, honje, Kawung,Kalapa, jagong, with the depiction of batik, using glass painting techniques.Keywords: Art Based Research, Banda Indung, Nyi Sri Pohaci, Rancakalong, Visual ArtABSTRAKIndung (ibu) dalam budaya Sunda tidak hanya bermakna sebagai ibu yang melahirkan, tapimemiliki makna yang luas dan mengandung sifat keibuan. Masyarakat Sunda memiliki tradisilebih menghargai indung, terlihat dari penyebutan indung pada paribasa, babasan, carita pantun,dan mitologi. Sifat keibuan terdapat pada Sunan Ambu, Dayang Sumbi, dan Nyi Sri Pohaci,ditempatkan pada posisi tertinggi sebagai pemuliaan indung. Hasil penelitian menunjukkanfalsafah yang terkandung dalam upacara adat Ngalaksa di Rancakalong, Sumedang,mengandung makna indung yang luas, diinterpretasikan ke dalam bentuk karya seni visualNgabandungan Banda Indung, berdasarkan permasalahan interpretasi terhadap makna ibu dalamkarya seni visual selama ini terbatas pada ibu yang melahirkan. Menggunakan metode ArtBased Research, penciptaan karya seni berbasis penelitian. Bertujuan sebagai interpretasi maknaindung yang lebih luas berupa penggambaran banda indung (kekayaan Ibu) seperti tanamanpadi, honje, kawung, kalapa, jagong, dengan penggambaran batik, menggunakan teknik lukiskaca.Kata Kunci: Art Based Research, Banda Indung, Nyi Sri Pohaci, Rancakalong, Seni Visual.