Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENCIPTAAN SELENDANG BATIK SRI KUNCORO KHAS BUDAYA SAMIN MARGOMULYO BOJONEGORO Sugeng Wardoyo; Tri Wulandari; Guntur Guntur; Dharsono Dharsono; Zulkarnain Zulkarnain
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.28123

Abstract

The focus of this creation is to design batik motifs for the distinctive scarves of the Samin Margomulyo Bojonegoro community with a source of inspiration from the noble teachings of Samin Surosentiko. So far, there have been no scarf artefacts with the characteristic batik motif of the Samin Margomulyo community. The method used is the method of creating practice-based research and combined with art creation methods. . This creation aims to design, create, and realize a scraves with Sri Kuncoro batik motifs to explore the culture of the people of Samin Margomulyo Bojonegoro. This stage of research begins with data collection, data analysis, and the presentation of analytical results. The analysis results will be used for product design materials, starting from pre-design, design, embodiment, and presentation. The results of this study in the form of Sri Kuncoro batik scarves functioned as a complement and identity of people's clothing Samin Margomulyo. The Sri Kuncoro batik motif means a hope for the bride and groom to get adequacy of halal windfall and happiness and inner peace in fostering home life.Keywords: scarves, batik, culture, samin margomulyo. AbstrakFokus penciptaan ini adalah merancang motif batik untuk selendang khas masyarakat Samin Margomulyo Bojonegoro dengan sumber inspirasi dari ajaran luhur Samin Surosentiko. Selama ini belum ditemukan artefak selendang dengan ciri khas motif batik masyarakat Samin Margomulyo. Metode yang digunakan adalah metode penciptaan practice based research dan dikombinasi dengan metode penciptaan seni. Tujuan penciptaan ini adalah merancang, menciptakan, dan mewujudkan selendang dengan motif batik Sri Kuncoro denagn mengeksplorasi budaya masyarakat Samin Margomulyo Bojonegoro. Tahapan penelitian ini diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Hasil analisis akan dipergunakan untuk bahan perancangan produk, dimulai dari pra perancangan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Hasil penelitian ini berupa selendang batik Sri Kuncoro yang difungsikan sebagai pelengkap dan identitas busana masyarakat Samin Margomulyo. Motif batik Sri Kuncoro memiliki arti sebuah pengharapan bagi pengantin untuk mendapatkan kecukupan rejeki yang halal dan kebahagiaan serta ketentraman batin dalam membina kehidupan rumah tangga.Kata Kunci: selendang, batik, budaya, samin margomulyo. Authors:Sugeng Wardoyo : Institut Seni Indonesia YogyakartaTri Wulandari : Institut Seni Indonesia YogyakartaGuntur : Institut Seni Indonesia SurakartaDharsono : Institut Seni Indonesia SurakartaZulkarnain : Institut Seni Indonesia Surakarta References:Anfalia, R., Rachmawati, Y., & Yulindrasari, H. (2020, February). Values and characters of the Samin society. In International Conference on Educational Psychology and Pedagogy-" Diversity in Education"(ICEPP 2019) (pp. 220-223). Atlantis Press.Delila, T., & Wiratma, S. (2017). Kerajinan Batik Dan Perkembangany Studi Kasus Pada Ardhina Batik Medan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 6(2), 89. https://doi.org/10.24114/gr.v6i2.11026.Febrasari, A., Dartono, F. A., & Santoso, R. E. (2018). Batik Tulis Padang Lamun (Padang Lamun Sebagai Sumber Ide Perancangan Batik Tulis Untuk Selendang Sutra). Corak, 7(2), 163–172. https://doi.org/10.24821/corak.v7i2.2683.Hanifah, U. (2019). Transformasi Sosial Masyarakat Samin Di Bojonegoro (Analisis Perubahan Sosial dalam Pembagian Kerja dan Solidaritas Sosial Emile Durkheim). Jurnal Sosiologi Agama: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama dan Perubahan Sosial, 13(1), 41–74. https://doi.org/http//dx.doi.org/10.14421/.Hendriyana, Husen, (2018). Metodologi Penelitian Penciptaan Karya.   Bandung: Sunan Ambu Press.Huda, K. (2020). Peran Perempuan Samin dalam Budaya Patriarki di Masyarakat Lokal Bojonegoro. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 14(1), 76–90. https://doi.org/10.17977/um020v14i12020p76.Huda, K., & Wibowo, A. M. (2013). Interaksi Sosial Suku Samin Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Agastya, 3(1), 127–148.Ishwara, H., L.R.Yahya, & Moeis, X. (2011). Batik Pesisir Pusaka Indonesia, Koleksi Hartono Sumarsono. Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia.Kartika, Dharsono Sony. (2016). Kreasi Artistik, LPKBN. Solo: Citra Sains.Leavy, P. (2015). Method Meets Art, Second Edition: Arts-Based Research Practice (Second). https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=BOJdBgAAQBAJ&pgis=1 (diakses tanggal 01 Januari 2020).Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.Munawaroh, S., Ariyani, C., & Suwarno. (2015). Etnografi Masyarakat Samin di Bojonegoro (Potret Masyarakat Samin Dalam Memaknai Hidup). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta.Prayudi, Susilo, E., & Prastiwi. D. (2017). Samin: Bojonegoro dan Dunia. Bojonegoro: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro.Sari, P. C., H, S. R., & S, R. E. (2019). Perancangan Batik Dengan Inspirasi Cengkeh Dan Pace Untuk Selendang. Ornamen Jurnal Kriya, 16(01), 15–23.Wardoyo, S. (2019). Motif Batik Untuk Udheng Masyarakat Samin Dusun Jepang Kabupaten Bojonegoro. 3rd International and Interdisciplinary Conference on Arts Creation and Studies (IICACS 2019), 3rd IICACS, 185–199.Wulandari, T. (2021). Eksistensi Batik Encim Dalam Arena Produksi Kultural Di Pekalongan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(1), 164. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.25255.
Exploring Self-existence through RajutKejut Craftivism: A case study in Penjaringan Forest, Jakarta Sari Wulandari; Guntur Guntur; Martinus Dwi Marianto
IJCAS (International Journal of Creative and Arts Studies) Vol 7, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Graduate School of Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ijcas.v7i2.4653

Abstract

RajutKejut is a knitting community in Jakarta, Indonesia, that has been doing yarnbombing activities since 2014. In 2019, Jakarta Arts Council invited RajutKejut to collaborate with Kampung Air Baja residents in Penjaringan, North Jakarta, in a program called Young Curator Class: Titik Temu Gembira. The program combines forces between RajutKejut and urban village residents to explore life from a different perspective, specifically through art activism. This program’s spirit helps residents have joyful independent lives with dignity through art that encourages life’s passion. The RajutKejut Community shares its knowledge with residents on making necklaces from threads for their dance costumes. This research discusses how RajutKejut brings forward the passion of life through art activism. This research uses Alyce McGovern’s Craftivism method, which dissects craftivism in personal, community, and political aspects. It shows the relation of art to the residents, how art can influence and raise an individual’s potential. The community aspect shows the relation of art and the residents and how art can restore the spirit of togetherness and cooperation. On the political aspect, the art facilitates statements of empowerment from the residents. Through RajutKejut craftivism, the residents have the social capital to help them catch their breath for a while, stop their routines for a moment, and allow them to feel their existence as human beings who have expressions and feelings. Eksplorasi Eksistensi Diri melalui Kraftivisme RajutKejut: Studi Kasus di Hutan Penjaringan, Jakarta ABSTRAK RajutKejut adalah komunitas merajut di Jakarta, Indonesia yang telah melakukan kegiatan ‘bom-benang’ sejak tahun 2014. Pada tahun 2019, Dewan Kesenian Jakarta mengundang RajutKejut untuk berkolaborasi dengan warga Kampung Air Baja di Penjaringan, Jakarta Utara, dalam program Kelas Kurator Muda: Titik Temu Gembira. Program tersebut menggabungkan potensi komunitas RajutKejut dan warga kampung kota untuk mengeksplorasi kehidupan melalui perspektif yang berbeda, khususnya lewat aktivisme seni. Semangat program ini adalah membantu warga untuk memiliki kehidupan mandiri yang menyenangkan dan bermartabat, melalui seni yang mendorong gairah hidup. Komunitas RajutKejut berbagi pengetahuan kepada warga kampung kota, cara membuat kalung dari benang untuk kostum tari mereka. Penelitian ini membahas bagaimana RajutKejut mendorong gairah hidup melalui aktivisme seni. Penelitian ini menggunakan metode Craftivism Alyce McGovern, yang membedah craftivism dalam aspek personal, komunitas, dan politik. Penelitian menunjukkan relasi seni dengan warga kampung, bagaimana seni dapat mempengaruhi dan meningkatkan potensi individu. Dalam aspek komunitas, menunjukkan bagaimana seni berelasi dengan masyarakat dapat mengembalikan semangat kebersamaan dan kerjasama. Pada aspek politik, kesenian memfasilitasi pernyataan pemberdayaan dari warga kampung. Melalui kraftivisme RajutKejut, warga kampung memiliki modal sosial untuk membantu mereka mengatur napas sejenak, menghentikan rutinitas sejenak, dan memberi mereka kesempatan untuk merasakan keberadaannya sebagai manusia yang memiliki ekspresi dan perasaan.
ARTISTIC RESEARCH: THE THOUGHTS AND IDEAS OF MIKA HANNULA Guntur Guntur
ARTISTIC : International Journal of Creation and Innovation Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.064 KB) | DOI: 10.33153/artistic.v1i2.3115

Abstract

This paper is a review of the thoughts and ideas of Mika Hannula presented in his book Artistic Research: Theories, Methods, and Practices. As its title indicates, this book discusses artistic research, specifically related to the theories, methods, and practices of its implementation. In this paper the writer attempts to review: the urgency of artistic research, the philosophical foundations of artistic research, artistic research and science, epistemology and axiology, methodology of artistic research, and its expediency and guidelines for use in art research.
KYAI RAJAMALA BOAT’ CANTHIK IN COUTURE BATIK PATTERN Kristanti Kristanti; Guntur Guntur
ARTISTIC : International Journal of Creation and Innovation Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.49 KB) | DOI: 10.33153/artistic.v2i2.4047

Abstract

The Historically, the Javanese palaces relied on boats for transportation, like the Kyai Rajamala boat used by the Surakarta palace. At the time, Paku Buwana IV used the boat to cross the Bengawan Solo river. Kyai Rajamala boat’s canthik is a decorative element on the end bow of the Surakarta palace's boat. Apart from being a decorative element on the boat's end bow, the Kyai Rajamala boat’s canthik is also an heirloom used to ward off bad luck. Because the Kyai Rajamala boat’s canthik has a high value for life, it is critical to communicate the Kyai Rajamala boat’s canthik through easily accepted media. One medium that can convey the beauty of the Kyai Rajamala boat’s canthik is the batik textile art, which can be used to meet basic human needs. Clothing is not only a means of covering the body; it can also be used to convey messages. The Kyai Rajamala boat’s canthik was reinterpreted and dyed with remasol into handmade batik.
WADANA RÊNGGAN PADA MANUSKRIP SERAT SEJARAH INGKANG SAKING PANGIWA Gayuh Styono; Guntur Guntur
Ornamen Vol 17, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/ornamen.v17i1.3239

Abstract

Manuskrip Serat Sejarah Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana Kaping X, Sejarah Ingkang Saking Pangiwa, memiliki muatan ragam bentuk gambar. Gambar bingkai yang terdapat dalam manuskrip kuno dinamakan Wadana Rênggan. Bentuk Wadana Rênggan dalam manuskrip Jawa memiliki ciri khas yang menunjukkan sifat kedaerahan. Struktur bentuk Wadana Rênggan  pada manuskrip memiliki karakter yang khas. Pola yang dihasilkan menunjukkan adanya tujuan tertentu. Permasalahan ragam bentuk dan pengorganisasian elemen Wadana Rênggan era PB X menjadi dimensi tersendiri yang layak dikaji dalam sudut pandang budaya rupa. Artikel ini membahas tentang, bagaimana aspek jenis dan bentuk elemen motif ragam hias Wadana Rênggan pada manuskrip Serat Sejarah Pangiwa?, bagaimana karakteristik pengorganisasian elemen motif ragam hias Wadana Rênggan pada Serat Sejarah Pangiwa? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang bertujuan mencapai pemahaman tentang struktur bentuk dan pengorganisasian elemen Wadana Rênggan. Teknik analisis data menggunakan model interaksi analisis. Interaksi analisis digunakan sebagai bagian dari upaya mendapatkan data dari emik untuk kemudian diarahkan menjadi etik. Teks berkaitan dengan sejarah keluarga Keraton Surakarta berkaitan dengan peristiwa kelahiran, pernikahan, dan kematian. Pada Wadana rênggan  ditemukan dua jenis motif yaitu motif tumbuhan dan motif artifisial. Terdapat dua struktur bidang besar yaitu bidang tunggal dan bidang ganda. Warna yang diterapkan pada Wadana rênggan  terdiri dari biru, kuning atau prada, hijau dan merah.Kata Kunci: Wadana rênggan, struktur visual, dan Sejarah Ingkang Saking Pangiwa
KEBERADAAN MASYARAKAT KEREK SEBAGAI PENGHASIL KAIN TENUN GEDOG TUBAN Junende Rahmawati; Guntur Guntur
Ornamen Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3136.957 KB) | DOI: 10.33153/ornamen.v15i2.2564

Abstract

Masyarakat Kerek adalah penghasil tenun gedog khas Tuban. Keberadaannya merupakan kunci dari keberhasilan kebudayaan bertenun dan berswasembada sandang tradisional di Tuban. Bagaimana keberadaan masyarakat Kerek sebagai penghasil kain tenun gedog Tuban?. Melalui metode etnografi dan pendekatan antropologi akan menemukan data yang terkait dengan keberadaan masyarakat Kerek dengan analisis deskriptif. Sejarah mengungkapkan perjalanan kronologi masyarakat jaman dahulu hingga saat ini. Masyarakat sebagai pelaku akan memberikan data berdasarkan sudut pandangnya sebagai pemilik kebudayaan (emik). Lingkungan sekitar sebagai batas area atau wilayah sebagai lokasi kebudayaan masyarakat, yaitu Kecamatan Kerek. Mengungkap perjalanan sejarah, kondisi masyarakat, dan kondisi lingkungan akan mengetahui keberadaan ayarakat sebagai penghasil kain tenun gedog Tuban.Kata kunci: sejarah, masyarakat, lingkungan, keberadaan.ABSTRACTThe community of Kerek is a producer of Tuban weed gedog. Its existence is the key to the success of traditional weaving and self-sufficient culture in Tuban. How the existence of Kerek community as a producer of Tuban gedog fabric?. Through ethnographic methods and anthropological approach will find data related to the existence of Kerek society with descriptive analysis. History reveals the chronological journey of ancient society to this day. The community as the perpetrator will provide data based on his point of view as the owner of culture (emik). The surrounding environment as a boundary area or region as a cultural location of the community, namely District Kerek. Revealing the history, society conditions, and environmental conditions will know the existence of a community as a producer of Tuban gedog fabric.Keywords: history, society, environment, existence
Keramik Takalar 1981-2010: Ragam Bentuk dan Perubahan Irfan Irfan; Dharsono Dharsono; SP. Gustami SP. Gustami; Guntur Guntur
PANGGUNG Vol 29, No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.12 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i1.815

Abstract

ABSTRACTThe pottery in Takalar regency, South Sulawesi province, has been existed for hundreds of years and has become part of a community cultural life. The study aims to identify the changes ofvarious ceramic forms and design from 1981 to 2010. This periodisation is chosen because in the 1980s the Department of Industry and Trade had supervised craftsmen in Takalar, which has given significant changes in the development of ceramics in the area. The method employed is a qualitative method with a multidisciplinary approach, including history and ethnography. To analysis the data, the research uses interactive techniques (Miles dan Hubermen, 1992). The research site covers three districts: Sandi, Pabbatangan, and Pakalli. The study shows there are significant changes in ceramic forms and design from 1980 to 2010. Based on the classification used, the changes are divided into three periods: traditional forms (1981-1990), transition forms (1991-2000), and modern forms (2001-2000). These changes are caused by the open attitude of the craftsman to outside agencies, such as Disperindag (government), universities, and consumers. These outside parties have influenced artisans to develop ceramic designs by introducing new shapes and values, including foreign cultures.Keywords: ceramic development, design and form changes, and craftsmentABSTRAKKeberadaan keramik di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, telah berlangsung selama ratusan tahun dan menjadi bagian kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ragam bentuk dan perubahan desain keramik sejak tahun 1981 hingga tahun 2010. Periodisasi ini dipilih sebab sejak tahun 1980-an Disperindag telah membina perajin keramik di Takalar yang telah memberi dampak perubahan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan multidisiplin, yakni sejarah dan etnografi. Lokasi penelitian terbagi ke dalam tiga kecamatan, dengan lokasi sentra di Sandi, Pabbatangan, dan Pakalli. Adapun analisis data menggunakan teknik interaktif (Miles dan Hubermen, 1992). Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan bentuk sejak tahun 1981 hingga tahun 2010. Klasifikasi berdasarkan perubahan bentuk terbagi pada tiga periode, yakni tradisional (1981-1990), transisi (1991-2000), dan modern (2001-2010). Perubahan desain disebabkan para perajin bersikap terbuka terhadap pihak eksternal seperti Disperindag, perguruan tinggi, dan konsumen. Pihak eksternal memperkenalkan bentuk dan nilai baru, termasuk unsur budaya luar, membimbing, dan mempengaruhi para perajin agar mengembangkan desain keramik.Kata kunci: perkembangan keramik, perubahan bentuk dan desain, perajin 
Inovasi pada Morfologi Motif Parang Batik Tradisional Jawa Guntur Guntur
PANGGUNG Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.695 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i4.1051

Abstract

ABSTRACTThis article discusses art innovation, especially the parang motive of traditional Javanese batik. Parang motive innovation seeks to identify changes and developments related to the main motives, inside motives (Javanese: isen), and supporting motives. Parang motif innovations also attempt to identify structural aspects or patterns of composing the primary motives, isen, and supporting motives, and colour-setting patterns. The approach used is comparative morphological parang motifs. Aspects of visual and structural forms of parang motives are compared with one another. The data sources used are the two primary literatures on traditional Javanese batik, which discusses parang motifs. The research results showed that the parang motives of traditional Javanese batik showed changes and developments or innovations. Parang motive innovations occur in the main motive elements, isen motives, and supporting motives. The parang motif innovation also occurs in the processing of parang forms and colouring patterns on fabrics.Keywords: art innovation, morphology, parang motif, Javanese traditional batikABSTRAKArtikel ini membahas tentang inovasi seni, khususnya motif parang batik tradisional Jawa. Inovasi motif parang berupaya mengidentifikasi perubahan dan perkembangan terkait motif utama, motif isian (Jawa: isen), dan motif pendukung. Inovasi motif parang juga berupaya mengidentifikasi aspek struktural atau pola penyusunan motif utama, isen, dan pendukung serta pola penyusunan warna. Pendekatan yang digunakan adalah komparatif morfologis motif parang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sampel sebanyak duabelas motif parang. Aspek bentuk visual dan struktural motif parang diperbandingkan satu dengan yang lain. Sumber data yang digunakan adalah dua pustaka utama batik tradisional Jawa yang membahas tentang motif parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif parang batik tradisional Jawa mengalami perubahan dan perkembangan atau inovasi. Inovasi motif parang terjadi pada elemen motif utama, motif isen, dan motif pendukung. Inovasi motif parang juga terjadi pada pengolahan bidang parang dan pola pewarnaan pada kain.Kata kunci: inovasi seni, morfologi, motif parang, batik tradisional Jawa
INOVASI DESAIN MOTIF PARANG: STUDI KASUS KOLEKSI MUSEUM BATIK DANAR HADI Guntur Guntur
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v38i1.6355

Abstract

Tulisan ini membahas tentang inovasi desain motif parang Batik Danar Hadi. Batik Danar Hadi adalah salah satu produsen dan sekaligus museum di Surakarta yang dikenal secara lokal, nasional, dan bahkan internasional. Inovasi desain motif adalah keniscayaan bagi pelaku industri batik. Sebagai produsen batik Danar Hadi melakukan kreasi dan inovasi desain motif. Salah satu diantaranya adalah inovasi desain motif parang. Inovasi desain motif parang juga dimungkinkan karena kekayaan koleksi Museum Danar Hadi sebagai sumber rujukan atau referensi visual. Dua belas jenis motif parang yang dijadikan sampel penelitian menunjukkan bahwa inovasi desain motif parang terjadi pada beberapa aspek, yakni vokabuler visual, nomenklatur motif parang, pola pembagian bidang parang, pola warna, dan teknik pembuatan.
A CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR QUALITATIVE RESEARCH: A LITERATURE STUDIES Guntur Guntur
Capture : Jurnal Seni Media Rekam Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Sur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.962 KB) | DOI: 10.33153/capture.v10i2.2447

Abstract

The conceptual framework is an important part of a research. However, there is still a lot of research, especially among students who ignore it. Indeed the conceptual framework has a strategic position and role in research. This article discusses about the conceptual framework in qualitative research. Specifically, it is aimed at providing understanding and practical guidance for students who will and / or are preparing research plans for their final assignments. This article consists of four main section / part. The first section discusses the understanding of research and research frameworks. The second section discusses the conceptual framework in qualitative research. The third section discusses how to develop / arrange a conceptual framework for qualitative research. The final chapter is a conclusion.