Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Memasyarakatkan Tanya 5O Dan Efek Interaksi Obat Pada Siswa MTsN 2 Kota Palangka Raya: Promoting “Tanya 5 O” and Effects of Drugs on Nutritional Status in Students of MTsN 2 Palangka Raya Harlyanti Muthma'innah Mashar; Normila Normila; Juni Ramadhani; Dali Dali; Ismail Ismail
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Mandala Pengabdian Masrakat
Publisher : Progran Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1127.491 KB) | DOI: 10.35311/jmpm.v2i1.27

Abstract

This community service is a form of sharing program of cooperation from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia and the Provincial and City Health Offices, namely GeMa CerMat (Smart Community Movement Using Drugs), one of which is through the promotion of the tagline "Tanya Lima O". Through this tagline, it is hoped that the public can be more active in seeking information about drugs, not only for health workers but also from other valid and trustworthy sources. Apart from this information, people also need to know drug interactions, especially drug interactions with food. To achieve quality and safe drug use, active community involvement is highly expected. In this activity, the target audience is students at MTsN 2 Palangka Raya. The method is in the form of the posttest and pretest implementation, interactive counseling with participants, as well as discussion and question and answer. The value obtained from the posttest and pretest results was then performed statistical tests using the paired T-test and the Gain test. Based on the results of the analysis, it was found that there was a significant difference in knowledge between before and after counseling was given. This is evidenced by the increase in post-test scores. The average posttest score was 80, and this value was greater than the pretest average score of 44. The results of the analysis with the paired T-test obtained p-value = 0.000, indicating a significant difference in knowledge between before and after counseling. The value of understanding that increased after being given counseling was shown by a percentage of 87.69%, consisting of 25 people (38.46%) who obtained high gain values ??and 32 people (49.23%) moderate gain values.
Penganggaran Dalam Rencana Pengembangan Program Jamkesda di Kabupaten Banjar Juni Ramadhani
Jurnal Forum Kesehatan Vol 7 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.733 KB)

Abstract

Latar Belakang: Anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah Kabupaten Banjar di bidang kesehatan bertambah besar dengan diterapkannya program pelayanan kesehatan bersubsidi 24 jam. Dalam implementasinya biasa disebut dengan singkatan PKDG 24 jam. Anggaran untuk PKDG 24 jam ini bersumber dari APBD ditambah dari sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku. Pada tahun 2009 program ini akan dikembangkan menjadi Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) karena untuk meningkatkan perlindungan sosial kepada setiap warga masyarakat di daerah yang lebih baik dan penerapan PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian fungsi dan wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam proses penyusunan perencanaan pengembangan program tersebut ada dua opsi yang ditawarkan yaitu; pengembangan PKDG menjadi Jamkesda dan pengembangan Jamkesda dengan tetap mempertahankan program PKDG. Tujuan: Penelitian ini untuk mengkaji sistem penganggaran rencana pengembangan Program Jamkesda, mengidentifikasi tersedia atau tidaknya anggaran yang berkaitan langsung dengan program Jamkesda di Kabupaten Banjar, dan mengevaluasi penganggaran rencana program Jamkesda di Kabupaten Banjar. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan studi kasus dengan metode kualitatif. Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari anggaran program Jamkesda, kesiapan sumberdaya manusia, kepesertaan program Jamkesda dan persepsi Stakeholder. Instrumen penelitian adalah wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian: Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa anggaran program Jamkesda sudah dialokasikan dalam DPA-SKPD sebesar Rp. 3.381.769.000, khusus untuk persiapan pelaksanaan Jamkesda dianggarkan sebesar Rp. 1.014.538.800 (30%). Sumberdaya manusia pengelola program Jamkesda masih masih belum siap terbukti pengelolaan belum dilakukan secara dasar pendidikan maupun dari pengalaman. Kepesertaan program Jamkesda adalah masyarakat miskin dan kurang mampu yang tidak terakomodir oleh program Jamkesmas (Askeskin). Persepsi stakeholder terhadap rencana pengembangan program Jamkesda di Kabupaten Banjar sangat positif terbukti dengan adanya persiapan baik dari segi anggaran dan sarana prasana dalam pelaksanaan program Jamkesda tahun 2010. Kesimpulan: Penganggaran pelaksanaan Jamkesda belum dianggarakan tersendiri karena masih menyatu dengan anggaran PKDB, yaitu sebesar 30%. Kesiapan sumberdaya manusia untuk pengelolaan Jamkesda belum siap. Jumlah sasaran program Jamkesda di kabupaten Banjar sebanyak 10.422 orang. Persepsi stakeholder terhadap rencana pengembangan Jamkesda adalah positif yang ditunjukkan dengan adanya anggaran untuk persiapan pelaksanaan.
Penganggaran Dalam Rencana Pengembangan Program Jamkesda di Kabupaten Banjar Juni Ramadhani
Jurnal Forum Kesehatan Vol 7 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah Kabupaten Banjar di bidang kesehatan bertambah besar dengan diterapkannya program pelayanan kesehatan bersubsidi 24 jam. Dalam implementasinya biasa disebut dengan singkatan PKDG 24 jam. Anggaran untuk PKDG 24 jam ini bersumber dari APBD ditambah dari sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku. Pada tahun 2009 program ini akan dikembangkan menjadi Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) karena untuk meningkatkan perlindungan sosial kepada setiap warga masyarakat di daerah yang lebih baik dan penerapan PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian fungsi dan wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam proses penyusunan perencanaan pengembangan program tersebut ada dua opsi yang ditawarkan yaitu; pengembangan PKDG menjadi Jamkesda dan pengembangan Jamkesda dengan tetap mempertahankan program PKDG. Tujuan: Penelitian ini untuk mengkaji sistem penganggaran rencana pengembangan Program Jamkesda, mengidentifikasi tersedia atau tidaknya anggaran yang berkaitan langsung dengan program Jamkesda di Kabupaten Banjar, dan mengevaluasi penganggaran rencana program Jamkesda di Kabupaten Banjar. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan studi kasus dengan metode kualitatif. Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari anggaran program Jamkesda, kesiapan sumberdaya manusia, kepesertaan program Jamkesda dan persepsi Stakeholder. Instrumen penelitian adalah wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian: Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa anggaran program Jamkesda sudah dialokasikan dalam DPA-SKPD sebesar Rp. 3.381.769.000, khusus untuk persiapan pelaksanaan Jamkesda dianggarkan sebesar Rp. 1.014.538.800 (30%). Sumberdaya manusia pengelola program Jamkesda masih masih belum siap terbukti pengelolaan belum dilakukan secara dasar pendidikan maupun dari pengalaman. Kepesertaan program Jamkesda adalah masyarakat miskin dan kurang mampu yang tidak terakomodir oleh program Jamkesmas (Askeskin). Persepsi stakeholder terhadap rencana pengembangan program Jamkesda di Kabupaten Banjar sangat positif terbukti dengan adanya persiapan baik dari segi anggaran dan sarana prasana dalam pelaksanaan program Jamkesda tahun 2010. Kesimpulan: Penganggaran pelaksanaan Jamkesda belum dianggarakan tersendiri karena masih menyatu dengan anggaran PKDB, yaitu sebesar 30%. Kesiapan sumberdaya manusia untuk pengelolaan Jamkesda belum siap. Jumlah sasaran program Jamkesda di kabupaten Banjar sebanyak 10.422 orang. Persepsi stakeholder terhadap rencana pengembangan Jamkesda adalah positif yang ditunjukkan dengan adanya anggaran untuk persiapan pelaksanaan.
ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA TERHADAP MANAGEMENT LEARNING SYSTEM VILEP BERBASIS M-LEARNING PADA MAHASISWA JURUSAN GIZI DI POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA Juni Ramadhani; Ni Wayan Purnawati
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 2 No. 2 (2021): JUNI 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v2i2.1786

Abstract

Absract – M-Learning (Mobile Learning) can be defined as mobile learning media using mobile devices in universities. The Indonesian Ministry of Health in the field of Center for Health Human Resources Education provides a Learning Management System (LMS), a new learning system using technology for students in the health sector. Likewise, in the Department of Nutrition, Health Polytechnic of Ministry of Health, Palangkaraya, also implements the Virtual Learning Program (VILEP) for teachers and students. This study examined the significance of the effect of student admission from Health Polytechnic of Ministry of Health Palangkaraya by of mobile-based VILEP. This study used a research model to describe the relationship between several variables that affect the acceptance of mobile learning as a new innovation at the Palangkaraya Health Polytechnic. For this reason, this study adopted and modified the model of The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) from Mahande and Malago (2016) and acceptance M-Learning as an extended UTAUT variable to determine the influenced factors of M-Learning VILEP acceptance of M-Learning VILEP as a new innovation at the Health Polytechnic of Ministry of Health Palangkaraya. Based on the evaluation results of VILEP M-Learning acceptance model, Effort Expectancy (EF), and Facilitating Condition (FC) have a significant effect on Behavioral Intention (BI), while Behavioral Intention (BI) and Facilitating Condition (FC) have a significant effect on acceptance. M-Learning (MA) VILEP. Students have easy access to VILEP system, supported by the infrastructure of the institution. The main intention and infrastructure encourage students to use VILEP as a learning tool. Keywords: M-Learning (Mobile Learning), Virtual Learning Program (VILEP), The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) model.