Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

APLIKASI METODE CARD SORT DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS PADA SISWA MTsS DARUL HUDA KOTA LANGSA -, Fakhrurrazi
Islam Futura Vol 14, No 1 (2014): Jurnal Islam Futura
Publisher : Islam Futura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPergeseran nilai paradigma pendidikan dewasa ini, berpengaruh pada metode dan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sebab metode merupakan salah satu faktor atau komponen pendidikan yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Pergeseran nilai paradigma tersebut juga akan mempengaruhi pada fungsi pendidik itu sendiri, yaitu sebagai fasilitator. Tugas pendidik sebagai fasilitator dalam rangka mengoptimalkan proses belajar mengajar yang harus mampu mengembangkan kemauan, motivasi dan kemampuan belajar siswa, selain itu juga mengembangkan kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar dengan penuh kegembiraan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam tesis ini yaitu: Apakah penggunaan metode card sort dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran bidang studi Al-Qur’an Hadits pada siswa MTsS Darul Huda kota Langsa dan apakah penggunaan metode card sort dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam pembelajaran bidang studi Al-Qur’an Hadits pada siswa MTsS Darul Huda Kota Langsa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sumber data dalam penelitian yang menjadi sample adalah guru dan siswa kelas VIII MTsS Darul Huda Kota Langsa berjumlah kelas VIII A  sebanyak 20 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebanyak 20 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes, Observasi dan Angket. Analisis data dengan data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara diskriptif dan analisis kualitatif. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adalah Tabel pearson correlations menggambarkan nilai korelasi sebesar 0,329 antar nilai post tes dan kelas (eksperimen dan kontrol). Nilai sig. 0,003 < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan. Dilihat pada hasil kuesioner motivasi belajar siswa (KMBS) dapat dikatakan berhasil yang menunjukkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa bidang studi Al-Qur’an Hadits + 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi metode card sort dalam pembelajaran bidang studi Al-Qur’an Hadits dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada MTsS Darul Huda Kota Langsa. 
ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT Agoes, Herliyani Farial; -, Fakhrurrazi; Muhlis, Adriani
INTEKNA Vol 14, No 2 (2014)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Debit Sungai Tabanio pada saat ini dipergunakan untuk memenuhi berbagai macamsektor kebutuhan air disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tabanio Kabupaten TanahLaut. Untuk mengetahui apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air DASTabanio maka diperlukan Analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio.Ketersediaan air dihitung dengan Metode Debit Andalan. Data yang diperlukan untukanalisis ketersediaan air adalah data debit sungai bulanan atau harian dengan periodewaktu lebih besar dari 10 tahun, dimana data ini tidak ada sehingga debit bulanandisimulasikan berdasarkan data hujan dan data evapotranspirasi potensial pada daerahpenelitian dengan bantuan model matematik hubungan hujan-limpasan. Model hubunganhujan-debit dengan interval bulanan yang digunakan adalah Nreca dan Mock. Darimasing-masing Metode Nreca dan Mock nantinya didapat Debit Andalan 80%, 85%, 90%,95% dan 99%. Ketersediaan air adalah sebagai Input (I) dalam analisis Keseimbangan AirDAS Tabanio. Kebutuhan Air DAS Tabanio dibatasi pada kebutuhan air sawah (padi danpalawija) berdasarkan KP-01, air bersih, dan perkebunan kelapa sawit. Setelah dianalisismasing-masing kebutuhan tersebut dan dijumlahkan sehingga didapat Total KebutuhanAir DAS Tabanio atau sebagai Output (O) dalam analisis Keseimbangan Air DASTabanio.Hasil studi di DAS Tabanio Tahun 2014 didapat bahwa Kebutuhan Air DAS Tabanio ratarataper tahun adalah 12,858 m3/detik (405,490 juta m3/tahun) dimana kebutuhan airuntuk padi adalah 7,174 m3/detik (55,79%), kebutuhan air untuk palawija adalah 5,295m3/detik (41,18%), kebutuhan air untuk air bersih adalah 0,185 m3/detik (1,44%), dankebutuhan air untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,204 m3/detik (1,59%). DanKetersediaan Air/Debit andalan 85% pada DAS Tabanio adalah rata-rata per bulan adalah14,319 m3/detik (451,550 juta m3/tahun) . Debit terbesar terjadi bulan April sebesar 27,440m3/detik dan terkecil terdapat pada bulan Oktober senilai 1,297 m3/detik.
FORMALISASI SYARI’AT ISLAM DAN DOMINASI NEGARA TERHADAP ELITE AGAMA ISLAM TRADISIONAL DI ACEH -, Nirzalin; -, Fakhrurrazi
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2948

Abstract

Berdasarkan studi kasus di Aceh Utara, tulisan ini hendak menunjukkan realitas kompleks tentang komodifikasi Syari’at Islam oleh elite yang sedang memerintah di Aceh. Realitasnya, birokratisasi Syari’at Islam telah menutup ruang bagi lahirnya wacana tandingan (counter discourse) dari masyarakat terhadap wacana yang dikembangkan oleh negara. Hal itu termanifestasi pada pelbagai Qanun yang telah disahkan. Qanun-qanun tersebut justeru memperlihatkan dominasi kepentingan elite yang sedang memerintah daripada aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat. Sementara itu, birokratisasi dayah (pondok pesantren salafi/tradisional) dan penciptaan ketergantungan ekonomi dayah pada negara melalui kegiatan yang mengatasnamakan “pembinaan” dayah ternyata merupakan kedok bagi dominasi negara terhadap teungku dayah (elite agama Islam tradisional). Dominasi ini berhasil memposisikan teungku dayah sebagai jastifikator pelbagai kebijakan pemerintah. Akibatnya, peran teungku dayah di Aceh yang pada awalnya adalah aktor sosial yang secara vis a vis sanggup berhadapan dengan pemerintah dalam mengkritisi pelbagai kebijakan berdasarkan aspirasi yang berkembang di masyarakat menjadi pudar. Based on a case study in North Aceh district, this paper wants to demonstrate the complex reality of current commoditization of Syari’ah committed by political elites in Aceh. In fact, the bureaucratization of Syari’ah has closed democratic spaces which enable civil society including local religious elite to counter state’s discourses and policies. Such bureaucratization was manifested in the enactment of several Qanuns which unveil the domination of ruling elites’ interests over society’s interests and aspiration. On the other hand, the bureaucratization of dayah (traditional or salafi pesantren) and the formation of its economic dependence on state’s budgets through what called as “dayah guidance/direction programs” became a powerful means for the state apparatus to co-opt teungku dayah as Islamic local religious elites. Such cooptation has successfully positioned teungku dayah to act as justificatory actor toward various government policies. As the result, the historical role of teungku dayah in Aceh as the main political actor, which able to criticize government policies based on people aspiration, is fading away in the aftermath of conflict in Aceh.
ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT Agoes, Herliyani Farial; -, Fakhrurrazi; Muhlis, Adriani
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 14 No 2 (2014)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Debit Sungai Tabanio pada saat ini dipergunakan untuk memenuhi berbagai macamsektor kebutuhan air disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tabanio Kabupaten TanahLaut. Untuk mengetahui apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air DASTabanio maka diperlukan Analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio.Ketersediaan air dihitung dengan Metode Debit Andalan. Data yang diperlukan untukanalisis ketersediaan air adalah data debit sungai bulanan atau harian dengan periodewaktu lebih besar dari 10 tahun, dimana data ini tidak ada sehingga debit bulanandisimulasikan berdasarkan data hujan dan data evapotranspirasi potensial pada daerahpenelitian dengan bantuan model matematik hubungan hujan-limpasan. Model hubunganhujan-debit dengan interval bulanan yang digunakan adalah Nreca dan Mock. Darimasing-masing Metode Nreca dan Mock nantinya didapat Debit Andalan 80%, 85%, 90%,95% dan 99%. Ketersediaan air adalah sebagai Input (I) dalam analisis Keseimbangan AirDAS Tabanio. Kebutuhan Air DAS Tabanio dibatasi pada kebutuhan air sawah (padi danpalawija) berdasarkan KP-01, air bersih, dan perkebunan kelapa sawit. Setelah dianalisismasing-masing kebutuhan tersebut dan dijumlahkan sehingga didapat Total KebutuhanAir DAS Tabanio atau sebagai Output (O) dalam analisis Keseimbangan Air DASTabanio.Hasil studi di DAS Tabanio Tahun 2014 didapat bahwa Kebutuhan Air DAS Tabanio ratarataper tahun adalah 12,858 m3/detik (405,490 juta m3/tahun) dimana kebutuhan airuntuk padi adalah 7,174 m3/detik (55,79%), kebutuhan air untuk palawija adalah 5,295m3/detik (41,18%), kebutuhan air untuk air bersih adalah 0,185 m3/detik (1,44%), dankebutuhan air untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,204 m3/detik (1,59%). DanKetersediaan Air/Debit andalan 85% pada DAS Tabanio adalah rata-rata per bulan adalah14,319 m3/detik (451,550 juta m3/tahun) . Debit terbesar terjadi bulan April sebesar 27,440m3/detik dan terkecil terdapat pada bulan Oktober senilai 1,297 m3/detik.
FORMALISASI SYARI’AT ISLAM DAN DOMINASI NEGARA TERHADAP ELITE AGAMA ISLAM TRADISIONAL DI ACEH -, Nirzalin; -, Fakhrurrazi
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2948

Abstract

Berdasarkan studi kasus di Aceh Utara, tulisan ini hendak menunjukkan realitas kompleks tentang komodifikasi Syari’at Islam oleh elite yang sedang memerintah di Aceh. Realitasnya, birokratisasi Syari’at Islam telah menutup ruang bagi lahirnya wacana tandingan (counter discourse) dari masyarakat terhadap wacana yang dikembangkan oleh negara. Hal itu termanifestasi pada pelbagai Qanun yang telah disahkan. Qanun-qanun tersebut justeru memperlihatkan dominasi kepentingan elite yang sedang memerintah daripada aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat. Sementara itu, birokratisasi dayah (pondok pesantren salafi/tradisional) dan penciptaan ketergantungan ekonomi dayah pada negara melalui kegiatan yang mengatasnamakan “pembinaan” dayah ternyata merupakan kedok bagi dominasi negara terhadap teungku dayah (elite agama Islam tradisional). Dominasi ini berhasil memposisikan teungku dayah sebagai jastifikator pelbagai kebijakan pemerintah. Akibatnya, peran teungku dayah di Aceh yang pada awalnya adalah aktor sosial yang secara vis a vis sanggup berhadapan dengan pemerintah dalam mengkritisi pelbagai kebijakan berdasarkan aspirasi yang berkembang di masyarakat menjadi pudar. Based on a case study in North Aceh district, this paper wants to demonstrate the complex reality of current commoditization of Syari’ah committed by political elites in Aceh. In fact, the bureaucratization of Syari’ah has closed democratic spaces which enable civil society including local religious elite to counter state’s discourses and policies. Such bureaucratization was manifested in the enactment of several Qanuns which unveil the domination of ruling elites’ interests over society’s interests and aspiration. On the other hand, the bureaucratization of dayah (traditional or salafi pesantren) and the formation of its economic dependence on state’s budgets through what called as “dayah guidance/direction programs” became a powerful means for the state apparatus to co-opt teungku dayah as Islamic local religious elites. Such cooptation has successfully positioned teungku dayah to act as justificatory actor toward various government policies. As the result, the historical role of teungku dayah in Aceh as the main political actor, which able to criticize government policies based on people aspiration, is fading away in the aftermath of conflict in Aceh.
FORMALISASI SYARI’AT ISLAM DAN DOMINASI NEGARA TERHADAP ELITE AGAMA ISLAM TRADISIONAL DI ACEH -, Nirzalin; -, Fakhrurrazi
Komunitas Vol 6, No 1 (2014): March 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2948

Abstract

Berdasarkan studi kasus di Aceh Utara, tulisan ini hendak menunjukkan realitas kompleks tentang komodifikasi Syari’at Islam oleh elite yang sedang memerintah di Aceh. Realitasnya, birokratisasi Syari’at Islam telah menutup ruang bagi lahirnya wacana tandingan (counter discourse) dari masyarakat terhadap wacana yang dikembangkan oleh negara. Hal itu termanifestasi pada pelbagai Qanun yang telah disahkan. Qanun-qanun tersebut justeru memperlihatkan dominasi kepentingan elite yang sedang memerintah daripada aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat. Sementara itu, birokratisasi dayah (pondok pesantren salafi/tradisional) dan penciptaan ketergantungan ekonomi dayah pada negara melalui kegiatan yang mengatasnamakan “pembinaan” dayah ternyata merupakan kedok bagi dominasi negara terhadap teungku dayah (elite agama Islam tradisional). Dominasi ini berhasil memposisikan teungku dayah sebagai jastifikator pelbagai kebijakan pemerintah. Akibatnya, peran teungku dayah di Aceh yang pada awalnya adalah aktor sosial yang secara vis a vis sanggup berhadapan dengan pemerintah dalam mengkritisi pelbagai kebijakan berdasarkan aspirasi yang berkembang di masyarakat menjadi pudar. Based on a case study in North Aceh district, this paper wants to demonstrate the complex reality of current commoditization of Syari’ah committed by political elites in Aceh. In fact, the bureaucratization of Syari’ah has closed democratic spaces which enable civil society including local religious elite to counter state’s discourses and policies. Such bureaucratization was manifested in the enactment of several Qanuns which unveil the domination of ruling elites’ interests over society’s interests and aspiration. On the other hand, the bureaucratization of dayah (traditional or salafi pesantren) and the formation of its economic dependence on state’s budgets through what called as “dayah guidance/direction programs” became a powerful means for the state apparatus to co-opt teungku dayah as Islamic local religious elites. Such cooptation has successfully positioned teungku dayah to act as justificatory actor toward various government policies. As the result, the historical role of teungku dayah in Aceh as the main political actor, which able to criticize government policies based on people aspiration, is fading away in the aftermath of conflict in Aceh.