Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kualitas semen segar sapi pejantan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Chika, Syifara; Febriana, Asri; Meilina, Tiara Dwi; Azzahro, Fathimah; Wulandari, Reza Ayuningtyas
Teknosains Vol 18 No 1 (2024): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v18i1.42626

Abstract

Kebutuhan daging sapi di Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun jumlah ketersediaan daging lebih rendah dibandingkan dengan jumlah permintaan konsumen. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan jumlah produktivitas dan populasi serta mutu genetik sapi yaitu menggunakan teknologi reproduksi melalui teknik inseminasi buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kualitas semen segar sapi pejantan di BBIB Singosari. Metode penelitian ini bersifat kualitatif melalui wawancara kepada pengelola BBIB Singosari dan melalui kajian pustaka. Hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas semen segar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor bobot, musim, umur, kesehatan, suhu, dan pakan. Pada faktor bobot, berat badan sapi jantan berbanding lurus dengan ukuran testis dan peningkatan jumlah sperma. Pada faktor musim, nilai rerata konsentrasi spermatozoa pada musim kemarau lebih tinggi daripada musim penghujan. Faktor umur pada sapi pejantan dengan usia yang lebih matang akan menghasilkan jumlah semen yang lebih banyak dibandingkan dengan usia muda. Faktor kesehatan yaitu sapi pejantan harus bebas dari penyakit agar dapat menghasilkan semen segar yang berkualitas. Pada faktor suhu harus optimal agar menjaga libido sehingga kualitas semen bagus. Pada faktor pakan, nutrisi dalam pakan akan memengaruhi ukuran testis sapi pejantan.
A REVIEW : STUDI KONTAMINASI AFLATOKSIN MELALUI UJI MIKOTOKSIN PADA BERBAGAI HASIL PERTANIAN Chika, Syifara
Biogenesis VOL 20, NO 1 (2024): FEBRUARI
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/biogenesis.20.1.29-36

Abstract

Aflatoksin merupakan toksin yang diproduksi oleh mold atau fungi berjenis Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Zat tersebut dapat mengkontaminasi berbagai tanaman pangan, sehingga dapat membahayakan manusia maupun hewan ternak yang mengkonsumsinya. Mikotoksin (mycotoxin) merupakan suatu metabolit sekunder dan berasal dari bermacam-macam jenis jamur diantaranya Penniclium, Fussarium dan Aspergillus di dalam bahan pangan dan memiliki sifat sitotoksik. Aflatoksin merupakan singkatan dari Aspergillus flavus toxin. Aflatoksin dapat dijumpai pada hasil pertanian seperti jagung, kedelai, beras, kacang tanah, dan lainnya. Aflatoksin adalah jenis mikotoksin dengan penyebaran yang paling luas dan berbahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontaminasi aflatoksin melalui uji mikotoksin pada berbagai hasil pertanian. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kepustakaan. Studi literatur terdiri dari beberapa tahapan yaitu mengumpulkan beberapa referensi dari artikel jurnal, buku, ataupun penelitian terdahulu tentang uji mikotoksin pada berbagai hasil pertanian dan kemudian mensintesis data untuk menarik kesimpulan. Proses analisis dilakukan melalui pemilihan, pembandingan, pemilahan, dan penggabungan sehingga hasil yang didapatkan relevan Berdasarkan literatur, penelitian uji mikotoksin menggunakan jagung, strip test dan berbagai alat bahan di laboratorium. Dalam pertumbuhannya, produksi aflatoksin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengaruh aerasi, pengaruh atmosfer seperti O2 dan CO2, suhu, dan kelembaban. Kandungan aflatoksin pada jagung dan kacang tanah bervariasi. Kacang tanah adalah salah satu substrat yang baik untuk tempat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Kacang tanah adalah substrat yang berperan penting dalam penghasil dan pertumbuhan aflatoksin. Jagung dan kacang tanah adalah biji-bijian yang sering terinfeksi jamur Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoksin.
psbA-trnH Intergenic Spacer profile of Wax Apple (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.M. Perry) Cultivars Meilina, Tiara Dwi; Chika, Syifara; Hariri, Muhammad Rifqi; Febriana, Asri; Mukaromah, Arnia Sari
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 29 No. 4 (2024): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.29.4.548

Abstract

The fruit known as wax apple, scientifically named Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.M. Perry, is a well-liked agricultural product originating from Demak Regency in the Central Java Province. When it is difficult to distinguish between different forms of an organism, using DNA barcoding to authenticate the identity of species based on their DNA is an important way. The psbA-trnH intergenic spacer is a commonly used molecular approach to analyse the genetic characteristics of plant species. This study investigated the psbA-trnH intergenic spacer profile of wax apple cultivars from Demak regency. The investigation revealed that the psbA-trnH intergenic spacer sequences of the S. samarangense cultivars, namely Madu Thailand and Madu Deli Hijau, had lengths of 535 and 492 base pairs, respectively. Both cultivars demonstrate a greater nucleotide composition of deoxyadenylic acid (A) and deoxythymidylic acid (T) in comparison to deoxycytidilic acid (C) and deoxyguanylic (G). The genetic distance between S. samarangense ‘Madu Thailand’ and ‘Madu Deli Hijau’ indicates a very tight relationship, with a value of 0.000. The psbA-trnH intergenic spacer proved to be insufficient in differentiating the S. samarangense cultivars from Demak regency, mostly because to its low capacity to discern between the wax apple cultivars. Keywords: Demak, psbA-trnH intergenic spacer, Syzygium samarangense, wax apple