Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ENHANCING STUDENTS' COMMUNICATION SKILLS THROUGH TREFFINGER TEACHING MODEL Alhaddad, Idrus; Kusumah, Yaya S.; Sabandar, Jozua; Dahlan, Jarnawi A.
Journal on Mathematics Education Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Department of Doctoral Program on Mathematics Education, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.014 KB) | DOI: 10.22342/jme.6.1.1856.31-39

Abstract

This research aims to investigate, compare, and describe the achievement and enhancement of students' mathematical communication skills (MCS). It based on the prior mathematical knowledge (PMK) category (high, medium and low) by using Treffinger models (TM) and conventional learning (CL). This research is an experimental study with the population of all students of Mathematics Education Department who took Discrete Mathematics subject matter of one university in the city of Ternate. The results show that (1) the achievement and enhancement of MCS  students that used  TM are higher than the students learning using CL; (2) Based on the categories of PMK, the achievement and enhancement of MCS of students using TM are also higher than those learning with CL; and (3) There was no interaction effect between learning (TM and CL) and PMK to the achievement and enhancement of MCS of the students.Keyword: Communication Skills, Prior Mathematical Knowledge, Treffinger Model
SEJAUH MANA GURU MENGGUNAKAN METAFORA DALAM KEPEDULIANNYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA Idrus Alhaddad
Jurnal Infinity Vol 1, No 2 (2012): Volume 1 Number 2, Infinity
Publisher : IKIP Siliwangi and I-MES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.652 KB) | DOI: 10.22460/infinity.v1i2.p159-168

Abstract

Belajar matematika masih merupakan hal yang sulit bagi siswa, karena disamping memiliki objek kajian yang abstrak, juga berdasarkan pada pola pikir yang deduktif. Untuk membantu siswa dapat memahami bahkan menjadi senang dalam belajar matematika, hal ini tidak terlepas dari peranan guru. Bagi guru, memahami matematika juga merupakan hal yang sulit, dan lebih sulit lagi adalah mengajarkan kepada siswa untuk dapat dipahami. Karena hal itu membutuhkan strategi, metode, dan pendekatan. Dalam pembelajaran matematika banyak hal yang harus diperhatikan. Di antaranya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa yaitu: pengalaman, kemampuan, kematangan, dan motivasi siswa. Oleh karena itu, baik teori maupun metode dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa. Agar pembelajaran matematis menjadi bermakna dan dimaknai siswa, maka diperlukan cara-cara khusus untuk menjadikan siswa termotivasi belajar matematika. Salah satunya adalah penggunaan Metafora. Metafora dapat dipandang sebagai suatu strategi untuk membantu siswa dalam memahami matematika. Makalah ini akan menyajikan tentang apa sebenarnya metafofa, bagaimana menggunakannya dalam pembelajaran dan contoh penggunaannya serta kelebihan dalam menggunakan metafora Kata kunci : Kepedulian, Metafora, Pembelajaran Matematika   Mathematics, for most of students, is still considered to be a difficult subject to learn because it does not only possess abstract objects of investigation but it is also based on deductive mindset. Enabling students to understand or even be enjoy learning mathematics, then, will demands good teachers’ roles. For teachers, understanding mathematics is also difficult as well. In fact, the most difficult thing for them is how to teach mathematics that can be easily and quickly understood by students. That is why; mathematics teachers need to use exact strategies, methods and approaches. In mathematics learning, there are many things to consider. One of which is factors influencing students’ learning activities, namely: their experience, ability, maturation, and motivation. That is why; we, as teachers, need to create learning methods and theories which are adaptive to students’ condition. In order to create meaningful mathematics learning which in turn students get the real meaning of it at last, then, we need to use special ways for enabling students to get motivated in learning mathematics. One of these ways is using metaphor. This can be considered as a strategy to help students understand mathematics. This paper will present about what metaphor really looks like, how to use it in learning activities; also, the examples of its use and the benefits we can get from using it in learning will be explained. Key Words: Concern, Metaphor, Mathematics Learning.
PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN MENTAL PIAGET PADA KONSEP KEKEKALAN PANJANG Idrus Alhaddad
Jurnal Infinity Vol 1, No 1 (2012): Volume 1 Number 1, Infinity
Publisher : IKIP Siliwangi and I-MES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.742 KB) | DOI: 10.22460/infinity.v1i1.p31-44

Abstract

According to the mental development of Piaget's theory, there are four stages of cognitive development in children, namely: 1) sensory phase motors, from birth until the age of about 2 years; 2) Phase pre operations, from the age of about 2 years to about 7 years; 3) stage of concrete operations, from the age of about 7 years to about 11-12 years; and 4) the stage of formal operations, from the age of about 11 years to mature.Each stage of mental development have a nature or characteristic of each. One of the characteristics that appear in the stage of concrete operations among which at this stage that children are beginning to understand the concept of eternity. Among the concept of eternity long (7-8 years). Of course it is aimed at children abroad where Jean Piaget did research, namely in the State Switzerland.The question is whether the stages of child development applies also to the children in our country. The results of our study showed that, there are children according to age are at the stage of concrete operations is not yet understand the concept of eternity long. 
ENHANCING STUDENTS' COMMUNICATION SKILLS THROUGH TREFFINGER TEACHING MODEL Idrus Alhaddad; Yaya S. Kusumah; Jozua Sabandar; Jarnawi A. Dahlan
Journal on Mathematics Education Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Department of Doctoral Program on Mathematics Education, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.014 KB) | DOI: 10.22342/jme.6.1.1856.31-39

Abstract

This research aims to investigate, compare, and describe the achievement and enhancement of students' mathematical communication skills (MCS). It based on the prior mathematical knowledge (PMK) category (high, medium and low) by using Treffinger models (TM) and conventional learning (CL). This research is an experimental study with the population of all students of Mathematics Education Department who took Discrete Mathematics subject matter of one university in the city of Ternate. The results show that (1) the achievement and enhancement of MCS  students that used  TM are higher than the students learning using CL; (2) Based on the categories of PMK, the achievement and enhancement of MCS of students using TM are also higher than those learning with CL; and (3) There was no interaction effect between learning (TM and CL) and PMK to the achievement and enhancement of MCS of the students.Keyword: Communication Skills, Prior Mathematical Knowledge, Treffinger Model
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MASA KINI Idrus Alhaddad
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 4, No 1 (2015): Periode Bulan April
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.358 KB) | DOI: 10.33387/dpi.v4i1.141

Abstract

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATISMELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) Idrus Alhaddad
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 2, No 1 (2013): Periode Bulan April
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.913 KB) | DOI: 10.33387/dpi.v2i1.98

Abstract

Dalam proses pembelajaran matematika, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bekerja dengan ide-ide.Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan pada siswa. Siswa harus dapat mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Ini sesuai dengan esensi dari teori konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.Perkembangan konsep matematika menurut Dienes dapat dicapai dengan baik melalui sederetan pola melingkar, pola tersebut meliputi kawasan aktivitas belajar dari konkrit ke simbolik. Sehingga proses belajar siswa melalui tahap-tahap tertentu. Daur belajar “learning cycle” dimaksudkan generalisasi dari model pengajaran yang dapat digunakan untuk mendisain materi kurikulum dan strategi pengajaran. Model ini diturunkan dari teori perkembangan dari Jean Piaget dan selanjutnya model daur belajar ini dirinci menjadi tiga tahap yang berurutan, yaitu tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep dan tahap penerapan konsep.Model daur belajar selalu dimuali dengan aktivitas siswa sehingga model ini termasuk dalam jenis pengajaran taklangsung (indirect instruction). Siswa diberikan pengalaman yang berhubungan dengan konsep yang akan diajarkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah. Ini dapat dilakukan dengan memberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk didiskusikan bersama temannya, sehingga siswa secara aktif menyiapkan sendiri pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga siswa benar-benar telah siap untuk mempelajari konsep baru. Menurut hukum kesiapan (law readines) bahwa belajar akan berhasil bila peserta didik telah siap untuk belajar.Fase pertama dinamakan fase eksplorasi. Sedangkan fase kedua dari model ini kegiatan guru dan siswa diarahkan menuju ke pengenalan konsep, dari data atau informasi yang diperoleh pada tahap eksplorasi. Siswa selalu terlibat secara mental dan sosial melalui diskusi kelas dan menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir kegiatan siswa diarahkan ke penerapan konsep kedalam situasi baru. Dalam hal ini transfer belajar telah terjadi dalam diri siswa.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER Idrus Alhaddad
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 3, No 2 (2014): Periode Bulan Oktober
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.344 KB) | DOI: 10.33387/dpi.v3i2.131

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki, membandingkan, dan mendeskripsikan secara komprehensif tentang pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning matematis mahasiswa yang mendapat pembelajaran model Treffinger dan yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau secara keseluruhan dan berdasarkan kategori kemampuan awal matematis mahasiswa (tinggi, sedang, dan rendah). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan populasi seluruh mahasiswa Program Studi PendidikanMatematika FKIP Unkhair Ternate dan sampel sebanyak 110 mahasiswa yang tersebar pada dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model Treffinger dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang diperoleh: (1) Secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran model Treffinger lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. (2) Berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah), pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran model Treffinger lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. (3) Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran (Model Treffinger dan Konvensional) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan self-regulated learning matematis mahasiswa.
Penerapan Model Discovery Learning untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Lingkaran Dianti Aprila Lutfi; Hasan Hamid; Idrus Alhaddad
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1237.794 KB) | DOI: 10.33387/dpi.v8i1.1364

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning pada materi lingkaran. 2) Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning pada materi lingkaran. Penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII-I SMP Negeri 5 Kota Ternate. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel yaitu 21 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes berbentuk tes uraian. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu Pedoman Acuan Patokan berdasarkan kategori kemampuan pemecahan masalah siswa dan perhitungan N-Gain ternormalisasi serta statistik inferensial dengan menggunakan uji Paired Sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan pemecahan masalah siswa siswa kelas VIII-I SMP Negeri 5 Kota Ternate setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning diperoleh 14% kualifikasi baik sekali, 5% baik, 19% cukup, 38% kurang, dan kualifikasi gagal 24%. 2) Hasil perhitungan N-Gain ternormalisasi diperoleh nilai N-gain yaitu 0,51 yang berarti peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa berada pada interpretasi sedang. Berdasarkan hasil statistik inferensial menggunakan uji Paired Samples Test dengan bantuan program SPSS 23.0 for windows diperoleh nilai sig. 0,000 (sig. ˂ α = 0,05). Hal ini berarti terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING Idrus Alhaddad
Humano: Jurnal Penelitian Vol 8, No 1 (2017): Periode Juni
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.601 KB) | DOI: 10.33387/humano.v8i1.493

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan model Reciprocal Teachingpada mata kuliah Kalkulus II dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa program studi pendidikan matematika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dilanjutkan dengan kuantitatif dengan sampel sebanyak 63 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pencapaian kemampuan komunikasi matematis mahasiswa setelah diterapkan model pembelajaran Reciprocal Teachingberkualifikasi baik, (2) Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa setelah diterapkan model pembelajaran Reciprocal Teachingdengan interpretasi sedang. Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis; Reciprocal Teaching. ABSTRACT. This study aims to develop teaching materials using Reciprocal Teaching model in Calculus II courses in improving mathematical communication skills of mathematics education students. This research uses qualitative method and continued with quantitative with sample counted 63 students. The results showed that: (1) The achievement of students 'mathematical communication ability after applied the learning model of Reciprocal Teaching is well qualified, (2) There is the improvement of students' mathematical communication ability after applied learning model Reciprocal Teaching with moderate interpretation. Keywords: Mathematical Communication Skill; Reciprocal Teaching.
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Bentuk Aljabar Hikma Haji Muda; Idrus Alhaddad; Soleman Saidi
Jurnal Pendidikan Guru Matematika Vol 1, No 2 (2021): Mei
Publisher : Jurnal Pendidikan Guru Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.649 KB)

Abstract

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi operasi hitung bentuk aljabar. Pengumpulan data kesalahan siswa menggunakan teknik observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Instrument tes yang digunakan adalah 4 butir soal tentang operasi hitung bentuk aljabar yang telah divalidasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan cara mereduksi, penyajian, dan penarikan kesimpula. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-E SMP Negri 1 Kota Ternate sebanyak 30 siswa yang mengikuti proses penelitian, kemudian dipilih 5 siswa sebagai perwakilan subjek penilitian berdasarkan kategori kesalahan siswa (Rendah ddan sangat rendah) untuk diwawancarai sebagai triangulasi. Hasil penilitian menunjukan bahwa kesalahan siswa kelas VII-E SMP NEGRI 1 Kota Ternate dalam mempelajari materi operasi hitung bentuk aljabar dengan rata-rata sebesar 29,5 yang   dikategorikan rendah. Berdasarkan analisis data hasil tes siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Kota Ternat, dalam menyelesaikan soal operasi hitung bentuk aljabar di peroleh bahwa 3 siswa (10.00%) dalam kategori tinggi, 8 siswa (26.67%) dalam kategori sedang, 6 siswa (20.00%) dalam kategori rendah, dan 13 siswa (43.33 %) dalam kategori sangat rendah. Adapun jenis kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan fakta, konsep, prinsip, operasi.