Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi Antarkelompok Sihabudin, Ahmad; Amiruddin, Suwaib
Mediator Vol 9, No 1 (2008): Isu Komunikasi Kesehatan yang Ter-”Pojok”-kan
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Baduy community is one of ethnics known as Isoated Custom Comunity (Komunitas Adat Terpencil). The research is a quantitative research, using survey methode. The data was colected from sample of population. The research is aimed to describe the correlation and effect among variables by hypotesis test, called as explanatory research. The result shows that social distance in Baduy Dalam Community deeply determines the effectivity of Ciboleger communication. It means, the farther social distance in Baduy Community is the less effective Ciboleger communication is. Discriminations in Baduy Dalam Community does not determine the communication effectiveness in Ciboleger Community. Social distance both in Baduy Dalam and Baduy Luar effects one to another in term of effective communication between them. Social distance in Baduy Dalam effects their communication with Baduy Luar. The farther social distance in Baduy Dalam is, the less effective the communication is. Discrimination in Baduy Dalam community deeply determines the communication effectiveness with Baduy Luar.
JARINGAN SOSIAL PEMASARAN PADA KOMUNITAS NELAYAN TRADISIONAL BANTEN Amiruddin, Suwaib
Jurnal Komunitas: Research and Learning in Sociology and Anthropology Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2949

Abstract

Nelayan tradisional memiliki karakteristik ketergantungan terhadap kondisi alam dan hasil tangkapan yang diperoleh. Selain itu ketergantungan terjadi pula pada aspek permodalan dan jaringan sosial pemasaran. Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik nelayan tradisional, proses dan jaringan sosial pemasaran antar kelompok dan jaringan sosial pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan penelitian adalah pemilik modal, pemilik perahu, nelayan, petugas TPI. Hasil penelitiannya adalah bahwa karakteristik komunitas nelayan tradisional di Lontar melakukan kegiatan penangkapan ikan berdasarkan pada jenis alat tangkap yang dimiliki terdiri dari rejung, jaring insang, ikan karang, rakek (kerang) kapasitas mesin perahu adalah 15-17pk. Jangkauan jarak melaut hanya berkisar 3-4 mill, jarak tempuh sekitar 1-2 jam untuk menjangkau lokasi penangkapan. Bagi nelayan yang memperoleh permodalan untuk melaut melalui langgan, maka pemasaran dikuasai oleh langgan, serta penentuan harga dan pemasaran semuanya dikendalikan oleh langgan. Sedangkan nelayan yang tidak memiliki ikatan pada langgan, maka jaringan sosial pemasaran hasil tangkapan dilakukan secara langsung melalui TPI Lontar. Transaksi di pelelangan, dilakukan mekanisme pengelompokan jenis dan ukuran ikan, dan kemudian diadakan penawaran harga secara terbuka dan disesuaikan dengan harga di pasaran.Traditional fisherman rely on seasonal condition when they do fishing, their fishing product, their capital, and social network marketing.The study aimed to investigate the characteristic of traditional fisherman. Their social system and their marketing strategies. It was a qualitative study using partisipative observation, in-depth interview, and documentation technique. The subjects of the study were capital owner, boat owner, fisherman, and officer of fish auction. The study showed that traditional fisherman community in Lontar did its fishing based on fishing equipment which consisted of rejung, net, reef fish, and clam.The boats capacity were about 15-17 pk, with 3-4 miles distance and 1-2 hours journey to fishing location. Traditional fishermen were highly depent on capital owner (langgan) whom they got the capital from and they gave the fishing products to. Moreover, langgan decided the price and fish marketting. Some of traditional fishermen could directly sold their fishing products themselves because they had their own capital. The fisherman community sold their fishing products in fish auction, which price was determinied by the kinds and sizes of the fishes.
JARINGAN SOSIAL PEMASARAN PADA KOMUNITAS NELAYAN TRADISIONAL BANTEN Amiruddin, Suwaib
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2949

Abstract

Nelayan tradisional memiliki karakteristik ketergantungan terhadap kondisi alam dan hasil tangkapan yang diperoleh. Selain itu ketergantungan terjadi pula pada aspek permodalan dan jaringan sosial pemasaran. Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik nelayan tradisional, proses dan jaringan sosial pemasaran antar kelompok dan jaringan sosial pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan penelitian adalah pemilik modal, pemilik perahu, nelayan, petugas TPI. Hasil penelitiannya adalah bahwa karakteristik komunitas nelayan tradisional di Lontar melakukan kegiatan penangkapan ikan berdasarkan pada jenis alat tangkap yang dimiliki terdiri dari rejung, jaring insang, ikan karang, rakek (kerang) kapasitas mesin perahu adalah 15-17pk. Jangkauan jarak melaut hanya berkisar 3-4 mill, jarak tempuh sekitar 1-2 jam untuk menjangkau lokasi penangkapan. Bagi nelayan yang memperoleh permodalan untuk melaut melalui langgan, maka pemasaran dikuasai oleh langgan, serta penentuan harga dan pemasaran semuanya dikendalikan oleh langgan. Sedangkan nelayan yang tidak memiliki ikatan pada langgan, maka jaringan sosial pemasaran hasil tangkapan dilakukan secara langsung melalui TPI Lontar. Transaksi di pelelangan, dilakukan mekanisme pengelompokan jenis dan ukuran ikan, dan kemudian diadakan penawaran harga secara terbuka dan disesuaikan dengan harga di pasaran.Traditional fisherman rely on seasonal condition when they do fishing, their fishing product, their capital, and social network marketing.The study aimed to investigate the characteristic of traditional fisherman. Their social system and their marketing strategies. It was a qualitative study using partisipative observation, in-depth interview, and documentation technique. The subjects of the study were capital owner, boat owner, fisherman, and officer of fish auction. The study showed that traditional fisherman community in Lontar did its fishing based on fishing equipment which consisted of rejung, net, reef fish, and clam.The boats capacity were about 15-17 pk, with 3-4 miles distance and 1-2 hours journey to fishing location. Traditional fishermen were highly depent on capital owner (langgan) whom they got the capital from and they gave the fishing products to. Moreover, langgan decided the price and fish marketting. Some of traditional fishermen could directly sold their fishing products themselves because they had their own capital. The fisherman community sold their fishing products in fish auction, which price was determinied by the kinds and sizes of the fishes.
Supply Chain Strategy and Economic Activities in Traditional Fishing Communities of Families in Serang Regency, Indonesia Amiruddin, Suwaib
International Journal of Supply Chain Management Vol 9, No 1 (2020): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract- This study encompasses the supply chain model of distribution of the fishing industry.  A family is a place where interactions between individuals and the larger community happen. The first social interactions that children have are with their mother and other family members. This was a qualitative study using a case study approach to thoroughly understand the family-based culture of fishing families in Banten Province, Indonesia. The results of the study revealed that family-based childcare was liberal, and the children were allowed to choose their own activities. Childcare within a family whose mother worked abroad was undertaken by the father, and part of the economic needs were fulfilled by the mother. For families that had more fishing gear, some were able to give fishing equipment to their children, both married and unmarried, to help with their family's economic needs.
PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI ASPEK KLINIS DAN SOSIAL PANDEMI COVID-19 BAGI TENAGA KESEHATAN Perdani, Roro Rukmi Windi; Purnama, Dara Marissa Widya; Amiruddin, Suwaib; Darwis, Iswandi
Anoa : Jurnal Pengabdian Masyarakat Sosial, Politik, Budaya, Hukum, Ekonomi Vol 1, No 3 (2020): Edisi Khusus Covid-19
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.601 KB) | DOI: 10.52423/anoa.v1i3.13639

Abstract

Covid-19 menjadi pandemic global dan menjadi bencana non alam nasional di Indonesia. Tenaga kesehatan dituntut untuk dapat menangani kasus Covid-19 dengan baik, mulai dari pencegahan hingga penatalaksanaan sesuai dengan panduan terbaru. Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang terus berkembang. Setiap detiknya terdapat penelitian terbaru yang dihasilkan dari Covid-19 ini di Dunia. Hal tersebut mengharuskan tenaga kesehatan di Provinsi Lampung untuk berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan sehingga dapat terselesaikannya pandemic covid-19. Sasaran dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah seluruh tenaga kesehatan baik yang ada di Provinsi Lampung maupun yang berada di luar Lampung. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bahwa di Provinsi Lampung masih terdapat tenaga kesehatan yang kurang mengerti mengenai covid-19 baik pencegahan hingga penatalaksanaan terbaru. Seperti yang bisa kita lihat saat ini bahwa di provinsi lampung angka kasus terkonfirmasi positif dan meninggal semakin bertambah. Bahkan saat ini pemerintah sudah menetapkan Bandar Lampung sebagai wilayah transmisi lokal per 28 April 2020. Salah satu strategi solusi yang ditawarkan adalah dilakukan kegiatan webinar aspek klinis dan sosial di masa pandemic covid-19 pada anak dan dewasa yang ditujukan untuk seluruh tenaga kesehatan. Target luaran dari program pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan terhadap aspek klinis dan sosial di masa pandemic covid-19 pada anak dan dewasa. Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah ceramah dalam bentuk webinar mengenai aspek klinis dan sosial di masa pandemic covid-19 pada anak dan dewasa.
JARINGAN SOSIAL PEMASARAN PADA KOMUNITAS NELAYAN TRADISIONAL BANTEN Amiruddin, Suwaib
Komunitas Vol 6, No 1 (2014): March 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i1.2949

Abstract

Nelayan tradisional memiliki karakteristik ketergantungan terhadap kondisi alam dan hasil tangkapan yang diperoleh. Selain itu ketergantungan terjadi pula pada aspek permodalan dan jaringan sosial pemasaran. Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik nelayan tradisional, proses dan jaringan sosial pemasaran antar kelompok dan jaringan sosial pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan penelitian adalah pemilik modal, pemilik perahu, nelayan, petugas TPI. Hasil penelitiannya adalah bahwa karakteristik komunitas nelayan tradisional di Lontar melakukan kegiatan penangkapan ikan berdasarkan pada jenis alat tangkap yang dimiliki terdiri dari rejung, jaring insang, ikan karang, rakek (kerang) kapasitas mesin perahu adalah 15-17pk. Jangkauan jarak melaut hanya berkisar 3-4 mill, jarak tempuh sekitar 1-2 jam untuk menjangkau lokasi penangkapan. Bagi nelayan yang memperoleh permodalan untuk melaut melalui langgan, maka pemasaran dikuasai oleh langgan, serta penentuan harga dan pemasaran semuanya dikendalikan oleh langgan. Sedangkan nelayan yang tidak memiliki ikatan pada langgan, maka jaringan sosial pemasaran hasil tangkapan dilakukan secara langsung melalui TPI Lontar. Transaksi di pelelangan, dilakukan mekanisme pengelompokan jenis dan ukuran ikan, dan kemudian diadakan penawaran harga secara terbuka dan disesuaikan dengan harga di pasaran.Traditional fisherman rely on seasonal condition when they do fishing, their fishing product, their capital, and social network marketing.The study aimed to investigate the characteristic of traditional fisherman. Their social system and their marketing strategies. It was a qualitative study using partisipative observation, in-depth interview, and documentation technique. The subjects of the study were capital owner, boat owner, fisherman, and officer of fish auction. The study showed that traditional fisherman community in Lontar did its fishing based on fishing equipment which consisted of rejung, net, reef fish, and clam.The boats capacity were about 15-17 pk, with 3-4 miles distance and 1-2 hours journey to fishing location. Traditional fishermen were highly depent on capital owner (langgan) whom they got the capital from and they gave the fishing products to. Moreover, langgan decided the price and fish marketting. Some of traditional fishermen could directly sold their fishing products themselves because they had their own capital. The fisherman community sold their fishing products in fish auction, which price was determinied by the kinds and sizes of the fishes.