Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kawin Tangkap di Sumba dan Ketidakadilan Gender Konradus Doni Kelen
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 8 No 2 (2022): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Mei)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v8i2.795

Abstract

This research starts from concerns about the custom in Sumba which recognizes capture marriage as one of the choices of several ways to propose to a woman. The purpose of this research is to unravel the tangled threads of gender inequality in Sumba and to enlighten the Sumba people in general and women in particular about the importance of gender justice and the importance of respecting the human rights of a woman. The method used in this research is etnography with a qualitative descriptive approach. The results of this study show that the practice of capture marriage, which is a forced marriage practice, is actually very degrading to a womans dignity because marriage occurs without love but with the agreement of their parents. The data in this study will be obtained from field studies, observations and interviews and after that analyzed using reciprocity theory. The results of this study are hoped to be used as evaluation material for the Sumba people to immediately stop the practice of capture marriage. Penelitian ini bertolak dari keprihatinan akan adanya kebiasaan di Sumba yang mengenal kawin tangkap sebagai salah satu pilihan dari beberapa cara meminang seorang perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengurai benang kusut ketidakadilan gender di Sumba dan ingin memberi pencerahan kepada masyarakat Sumba pada umumnya dan Perempuan pada khususnya akan pentingnya keadilan gender dan pentingnya menghargai hak-hak asasi seorang perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan praktek kawin tangkap yang adalah sebuah praktek kawin paksa sesungguhnya sangat merendahkan martabat seorang perempuan karena perkawinan terjadi tanpa cinta melainkan atas kesepakatan orang tua. Data dalam penelitian ini didapat dari studi lapangan, observasi dan wawancara dan setelah itu dianalisis dengan menggunakan resiprositas. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi masyarakat Sumba supaya segera menghentikan praktek kawin tangkap.
Ironi Budaya dan Dehumanisasi Terhadap Tokoh Perempuan dalam Novel Belis Karya Kebamoto Konradus Doni Kelen
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 8 No 1 (2022): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Februari)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v8i1.654

Abstract

Penelitian ini berangkat dari sebuah keprihatian akan ketidakadilan terhadap perempuan sekaligus ingin memperjuangkan hak mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi pencerahan kepada pembaca dan perempuan sekaligus masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif kualitatif, merujuk pada buku Novel Belis karya Kebamoto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini berisi tentang praktik budaya dan kepercayaan yang ironi karena sebuah perjodohan bisa dilakukan tanpa sepengetahuan seorang perempuan, bahkan perjodohan itu sudah bisa dilakukan sejak orang masih dalam kandungan. Data dari penelitian ini didapat dari membaca secara cermat buku sumber dan dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra feminisme. Hasil penelitian ini dapat menjadi kaca pembesar untuk melihat, mengevaluasi, dan mengubah kehidupan sosial yang sedang tidak adil. This research based on a concern for injustice against women as well as wanting to fight for their rights. So the main purpose of this research is to enlighten the readers and women as well as society.The method used in this research is a library study, with a qualitative descriptive approach, reference to the book Belis by Kebamoto, published by Inside Technologi. The results show that this novel is about a cultural practice and belief which is ironic because an arranged marriage can be done without the knowledge of a woman. The data from this study were obtained from carefully reading the book and analyzed using the sociological theory of feminism literature. The results of this research can be a big glass to see, evaluate and change social life that is currently unfair.
Titik Temu Pastoral Perkawinan Antara Agama Katolik dan Budaya Lokal di Sumba-Nusa Tenggara Timur Yanto Umbu Lede; Konradus Doni Kelen
Educational Journal of Islamic Management Vol. 1 No. 2 (2021): Vol. 1 No. 2 (2021): Artikel Volume 1 Nomor 2, November 2021
Publisher : Information Technology and Science (ITScience)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.704 KB) | DOI: 10.47709/ejim.v1i2.1233

Abstract

Agama adalah salah satu unsur dari kebudayaan. Kebudayaan menjadi pembungkus sekaligus payung yang membentuk dan melindungi keberlangsungan unsur-unsurnya, termasuk agama.  Dalam arti ini bisa disimpulkan bahwa, kebudayaan menjadi alas dasar sekaligus penumbuh eksistensi dari agama itu sendiri. Agama diwarnai oleh kebudayaan yang melingkupinya sekaligus menggerakannya untuk maju, membuka diri dan berubah. Relasi antara agama dan kebudayaan ini pada gilirannya membuat kita harus sadar dan paham bahwa, agama tidak bisa berjalan sendiri dengan pikirannya yang abstrak, tetapi juga harus mengkontekskan diri dengan situasi sekitarnya agar bisa menyapa dan mambantu umat Allah di mana agama itu ada dan bertumbuh. Ada dua ekstrim yang seringkali muncul dalam melihat dan membaca hubungan antara agama dan kebudayaan. Ekstrim pertama adalah, dari kaca mata agama modern, budaya lokal seringkali dicap sebagai yang primitif dan mengahalangi evangelisasi. Segala yang berbauh unsur kebudayaan, dianggap sebagai kendala utama dalam pastoral. Ekstrim kedua adalah bahwa, orang yang hidup dalam suatu kultur tertentu dengan pemahaman dan praktek budayanya yang kuat, seringkali merasa bahwa agama-agama modern adalah sesuatu yang asing dan bahkan menjadi penghancur kebudayaan itu sendiri. Sikap yang muncul dari anggapan ini adalah, agama-agama pada akhirnya ditolak. Penelitian ini mencoba mencari titik temu pastoral antara Agama Katolik dan Budaya lokal Sumba dalam perkawinan yang selama sering menyulut konflik horisontal. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dalam mengumpulkan data, sementara pembahasannya menggunakan metode kualitatif etnografis (deskriptif). Tujuan jangka panjang dari hasil penelitian ini adalah menjadi pedoman pastoral untuk pastoral perkawinan di Sumba. Selain itu dapat memeberikan pemahaman dan solusi berpastoral yang selama ini dianggap berat dan sulit karena benturan budaya.
Pencegahan Stunting Melalui Edukasi Pada Masyarakat Desa Bondo Boghila-Sumba Barat Daya Kanisius Kami; Konradus Doni Kelen; Miseri Cordia; Petrus Lende; Dorotea Novi Lubur; Yohanes Ari Wea; Novelia Yodia Ole Awa; Patrisius Rivon Lubul
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 1 (2023): Januari - Maret
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i1.3677

Abstract

Persoalan stunting di Indonesia masih tergolong tinggi dengan menyentuh angka 21,6 %. Angka ini masih jauh dari standar WHO yaitu 20%. Angka prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur tahun 2022 sebesar 35,3 %, dengan angka prevalensi stunting yang cukup tinggi yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya sebesar 44,3%. Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Bondo Boghila Kabupaten Sumba Barat Daya tentang pencegahan stunting. Metode yang digunakan adalah ceramah interaktif dan tanya jawab. Hasil penyuluhan menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan masyarakat tentang stunting sebelum sosialisasi adalah 18,4 dan setelah sosialisasi meningkat menjadi 81,6. Dampak pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan stunting dengan perbedaan nilai rata-rata skor pengetahuan peserta penyuluhan pada saat sebelum dan sesudah sosialisasi dengan angka 63,2. Untuk itu disarankan kepada masyarakat khususnya pada ibu untuk melakukan pencegahan stunting dengan pemenuhan asupan gizi selama hamil, melahirkan dan anak sebelum usia 2 tahun