Putu Ayu swandewi astuti
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

FAKTOR DETERMINAN KELUHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA PEKERJA SEKS PEREMPUAN DI KECAMATAN TABANAN TAHUN 2012 Ni Made Alit Prabawati; Putu Ayu Swandewi Astuti
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 1 No 2 (2012): Desember (2012)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.113 KB) | DOI: 10.24843/ACH.2012.v01.i02.p02

Abstract

Infeksi menular seksual (IMS) di Bali masih merupakan satu permasalahan kesehatan. Di Tabanan, terjadi peningkatan jumlah kasus IMS sebesar 50% dari tahun 2010 ke tahun 2011, sebagian besar dialami oleh pekerja seks perempuan (PSP). Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi faktorfaktor determinanyang mempengaruhi terjadinya IMS pada PSP. Penelitian ini merupakan penelitain analitik potong lintang. Sebanyak 86 responden dilibatkan dalam penelitian yang terdiri dari 29 PSP langsung dan 57 PSP tidak langsung, responden dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner, kemudian data dianalisis secara deskriptif, dengan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kondom berpengaruh secara bermakna terhadap riwayat keluhan IMS (OR=9,95% CI=1,34-60,39), dan faktor dukungan sosial juga berpengaruh bermakna (OR=9,95% CI=2,52-32,14).  Variabel lain yang juga berpengaruh dalam analisis bivariat adalah sikap negative terhadap pencegahan IMS (p=0,018), akses terhadap kondom (p=0,007), akses ke layanan kesehatan (p=0,016), dan pencucian vagina (p=0,033). Penggunaan kondom dan dukungan sosial merupakan faktor utama yang mempengaruhi riwayat keluhan IMS. Sehingga untuk menurunkan prevalensi IMS, akses terhadap kondom harus ditingkatkan, perlunya upaya mobile screening, serta pemberian layanan dan informasi yang komprehensif seputar kesehatan reproduksi. Disamping itu pembentukan kelompok dukungan serta kerjasama dengan manajer kafe dan mucikari diperlukan untuk mendorong upaya penggunaan kondom dan pemeriksaan kesehatan yang rutin.
UNLINKED ANONYMOUS SEROPREVALEN SURVEY HIV PADA IBU HAMIL DAN PERILAKU BERISIKO TERKAIT DI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI TAHUN 2011 putu Widarini; Putu Ayu Swandewi Astuti; Dinar Lubis; Putu Suariyani
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 1 No 2 (2012): Desember (2012)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.591 KB) | DOI: 10.24843/ACH.2012.v01.i02.p03

Abstract

HIV dan AIDS di Provinsi Bali menduduki prevalensi kedua di Indonesia. Pekerja seks perempuan (PSP) merupakan kelompok berisiko dengan prevalensi HIV yang cukup tinggi dan sangat berpotensi menularkan HIV ke pelanggannya, yang selanjutnya berisiko terjadi penularan dari pelanggan ke pasangannya. Hasil studi yang melibatkan bidan praktek swasta di Denpasar menunjukkan persentase HIV pada ibu hamil sebesar 1,2%. Di Kabupaten Klungkung cukup banyak dijumpai café serta lokasi yang memungkinkan sebagai tempat transaksi seksual antara PSP dan pelanggan, dan belum pernah dilakukan eksplorasi terhadap  prevalensi HIV pada ibu hamil. Oleh karena itu penting untuk mengetahui kejadian HIV/AIDS pada ibu hamil di Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian survei potong lintang yang bersifat anonymous (unlinked anonymous survey) dengan populasi penelitian adalah semua ibu hamil di Kabupaten Klungkung, dan populasi terjangkau adalah ibu hamil yang melakukan ANC ke puskesmas. Jumlah sampel minimal pada penelitian 230 orang, yang dihitung berdasarkan asumsi prevalensi HIV pada ibu hamil (p=1,2%), tingkat kepercayaan 95% (?=5%), dan margin of error =1%. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik, riwayat kehamilan dan riwayat perilaku berisiko dan status HIV. Status HIV ditentukan berdasarkan  hasil pemeriksaan dari di Balai Lab Kesehatan Provinsi Bali. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan perangkat statistik. Ibu hamil rata-rata berusia 28 tahun, dengan pendidikan terbanyak adalah SMP dan SMA, sebanyak 58,7% merupakan kehamilan I dan II. Tidak ada ibu hamil yang HIV+, sehingga prevalensi HIV pada ibu hamil ditemukan sebesar 0%. Riwayat paparan terhadap risiko penularan IMS termasuk HIV&AIDS ditemukan pada 23,3% ibu hamil, yang terbanyak adalah riwayat keluhan infeksi menular seksual dan riwayat suami bekerja di luar kota. Dari penelitian dapat dilihat prevalensi HIV pada ibu hamil sebesar 0%, namun cukup banyak yang memiliki riwayat perilaku/paparan risiko. Rekomendasi untuk pihak terkait agar bisa melakukan pemantauan prevalensi HIV pada ibu hamil dengan mengembangkan program pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT).
ANALISIS SURVIVAL PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI PENGGANTI GINJAL DI RUMAH SAKIT PGI CIKINI PERIODE 2015-2020 Paskalia Clara Siahaan; Putu Ayu Swandewi Astuti
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 8 No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2021.v08.i03.p12

Abstract

ABSTRAK Penyakit Ginjal Kronis (PGK) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi sebesar 10-16% populasi orang dewasa di seluruh dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui survival pasien serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap survival pasien PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan studi hystorical cohort. Sebanyak 405 pasien digunakan sebagai kohort. Data dianalisis dengan metode Life Table, Kaplan Meier, Log Rank Test, dan uji Cox Regression. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata survival pasien PGK dengan terapi pengganti ginjal adalah 50,7 bulan. Faktor yang berpengaruh bermakna terhadap survival pasien adalah kadar albumin (HR=0,499; 95% CI=0,345 – 0,846; p=0,001), umur pertama kali menjalani terapi pengganti ginjal (HR=1,027; 95% CI=0,997 – 1,041; p=0,009), dan jenis asuransi kesehatan. Penanganan yang komperhensif terhadap kebutuhan nutrisi dan peradangan diperlukan untuk meningkatkan kadar albumin pasien. Pengambilan keputusan untuk pelaksanaan terapi pengganti ginjal pada pasien usia lanjut perlu dilakukan oleh dokter untuk meningkatkan survival pasien. Edukasi kesehatan serta pengoptimalan fungsi Posbindu PTM merupakan tindakan preventif terhadap penyakit PGK. Kata Kunci: Analisis Survival, Penyakit Ginjal Kronis, Terapi Pengganti Ginjal
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI SASARAN PEMANTAUAN KESEHATAN IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN Ni Made Dian Kurniasari; Putu Ayu swandewi astuti; Tangking Widarsa; Hari Mulyawan
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 1 No 1 (2012): Juni (2012)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1396.628 KB) | DOI: 10.24843/ACH.2012.v01.i01.p04

Abstract

Indonesian Maternal Mortality Rate (MMR) in 2007 was 228 per 100.000 live births. A program toreduce MMR was Local Area Monitoring of Maternal Health and was conducted by Public HealthCenters (PHCs) throughout Indonesia. This study aims to apply geographic information system(GIS) as a tool to provide maps which describe the target of local area monitoring of maternalhealth, the distribution of maternity health centers, and level of poverty in the catchment area ofSouth Denpasar I PHC in November to December 2010.This study used descriptive research with a cross sectional approach. Samples were pregnant women, mothers that had giving birth and maternity health centers in the catchment area ofSouth Denpasar I PHC from November to December 2010.The results showed GIS can be used to create maps to describe various data of maternal healththat relates to Local Area Monitoring. The type of maps that were generated for this study werechoropleth maps, dot density maps, point location maps, a combination of choropleth maps withpoint location maps and bu? ering maternity health center maps.The recommendation is that PHCs should consider using GIS as a tool for presenting data relatedto local area monitoring of maternal health. More advanced uses of GIS as a tool to analyze dataand to visualize the results of other research which is related to maternal health and geographicconditions is worth exploring.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK PADA RESTORAN DI KABUPATEN TABANAN: ANALISA REGRESI LOGISTIK Putu Melda Kuswandari; Ni Made Dian Kurniasari; Putu Ayu Swandewi Astuti
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 8 No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2021.v08.i02.p05

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Tabanan memberlakukan peraturan kawasan tanpa rokok pada restoran, namun dalam penerapannya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan penerapan KTR oleh pengelola dengan memerhatikan larangan merokok total pada restoran di Kabupaten Tabanan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan crossectional. Sampel penelitian yaitu pengelola restoran yang berada di Kabupaten Tabanan. Besar sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 110 restoran, dengan jumlah yang berpartisipasi 87 restoran (79% response rate). Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan restoran dalam menerapkan larangan merokok total sebesar 26,44%. Faktor yang memengaruhi kepatuhan penerapan KTR yaitu umur pengelola (OR=3,45; 95% CI: 1,10-10,84), pengetahuan pengelola (OR=3,56; 95% CI: 0,96-13,16), sikap pengelola (OR=2,45; 95% CI: 0,72-8,30), serta persepsi dampak bisnis pengelola (OR=4,62; 95% CI: 1,12-19,07) berpeluang meningkatkan kepatuhan KTR. Kepatuhan pengelola restoran di Kabupaten Tabanan terhadap penerapan larangan merokok total relatif rendah. Masih banyak terdapat indikator yang belum terpenuhi dalam implementasi kepatuhan restoran. Perlu adanya dukungan berbagai sektor dalam meningkatkan kepatuhan seperti pengelola, pengunjung, maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Kata Kunci: rokok, kepatuhan, KTR, restoran. ABSTRACT Tabanan regency applied smoke-free by law (SFL) in restaurant but the implementation was still low. This study aimed to determine the factors that influence the compliance of the implementation of smoke-free area by restaurant owners through looking complete smoking ban restaurant in Tabanan Regency. This was a quantitative analytic study with a cross-sectional design. The study samples were restaurant owners/managers in Tabanan Regency. The number of sampling on this study was set by respondent’s rate respond (79% response rate). Data was analyzed using logistic regression. The results showed that the compliance of restaurant manager to total smoking ban was low (26.44%). The factors that influence compliance SFL such as the age of the manager (OR=3.45; 95% CI: 1.10-10.84), the manager's knowledge (OR=3.56; 95% CI: 0.96-13.16), the manager’s attitude (OR=2.45; 95% CI: 0.72-8.30), as well as the perception of the impact of the manager's business (OR=4.62; 95% CI:1.12-19.07) has significantly association with compliance. The compliance of restaurant managers in Tabanan Regency on the implementation of total smoking ban was relatively low. There are still many indicators that have not been fulfilled. There needs concrete support to improving the compliance such as managers, customers, and government as policy makers. Key Words: cigarrete, compliance, smoke-free area, restaurant.
COVID-19 Pandemic: Opportunity to Accelerate e-Health in Indonesia Nyoman Sutarsa; Putu Ayu Swandewi Astuti; Melinda Choy; Malcolm Moore
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 8 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.289 KB) | DOI: 10.53638/phpma.2020.v8.i1.p01

Abstract

The COVID-19 pandemic has catalysed the transformation of health care provision across the globe, including Indonesia. However, adopting and implementing e-health technologies in health care system has to be done gradually with careful planning and assessment to minimise negative consequences and to ensure equity. Strategies are required to address availability of basic infrastructure, broadband internet access, health system preparedness and acceptability from the community and health professionals. Promoting e-health also means transforming the overall landscape of health systems and the societal culture around health-seeking behaviour. It will not happen overnight, it takes time and substantial investment; but the process has to start now to leverage the ‘magic’ momentum presented by the COVID-19 pandemic.
COVID-19 Pandemic: an opportunity to enhance tobacco control in Indonesia Putu Ayu Swandewi Astuti
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 9 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.316 KB) | DOI: 10.53638/phpma.2021.v9.i2.p00

Abstract

Indonesia has been suffering huge burden from tobacco use with more than two million morbidities and US 45.9 billion macro-economic lost due to tobacco use in 2015.23 With the comorbidity of smoking and COVID-19 pandemic, this is the crucial time for the Indonesia government to improve coordinate responses between ministries and the community on tobacco control and COVID-19 recovery.
Status Kesehatan Ibu di Dusun Muntigunung, Karangasem, Bali, 2009: A Need for Comprehensive Approach Putu Ayu Swandewi Astuti; Partha Muliawan; A.A.S. Sawitri
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2010): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Association of Public Health Scholars based in Faculty of Public Health, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.016 KB)

Abstract

Latar Belakang:Dusun Muntigunung terletak di ujung timur Pulau Bali dan dikenal sebagai daerah asal pengemis yang biasanya dijumpai di beberapa kota di Bali. Berdasarkan observasi awal di daerah ini, beberapa masalah kesehatan dihadapi oleh masyarakat termasuk masalah kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,diadakan eksplorasi terhadap masalah kesehatan dalam hal ini termasuk status kesehatan ibu.Metode: Penelitian ini merupakan survey potong lintang yang melibatkan 212 sampel ibu rumah tangga yang mempunyai balita. Sampel dipilih secara acak sistematik. Data survey dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pengumpulan data juga dilakukan secara kualitatif melalui diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan piranti lunak computer dan analisis tematik untuk data kualitatif.Hasil: Dari survey didapatkan lebih dari setengah (55.7%) ibu adalah grande multipara, dengan rata-rata paritas 4.1. Sebagian besar persalinan dan ditolong oleh suami atau anggota keluarga lainnya (77%). Persalinan tersebut dilakukan dirumah dengan hygiene yang buruk dan tali pusat dipotong dengan bambu (“ngad”). Pemeriksaan ANC masih rendah (61.5%) dengan rata-rata kunjungan sebanyak 2 kali. Sebanyak 19% ibu menderita kekurangan energi kronis (KEK) dan 60.5% menderita anemia. Beberapa faktor yang terkait dengan kondisi ini adalah rendahnya status social ekonomi, kondisi geografis yang sulit dan kering, rendahnya tingkat pendidikan dan kepercayaan kalau persalinan yang normal adalah persalinan di rumah.Kesimpulan: Kondisi kesehatan ibu yang rendah merupakan masalah serius yang akan memberikan dampak pada anak serta masyarakat di Muntigunung. Untuk meningkatkan status kesehatan ibu ini upaya penanggulangan yang komprehensif dan kolaboratif sangat diperlukan. Upaya yang mungkin ditempuh antara lain 1) pendidikan dan promosi kesehatan tentang masalah kesehatan dan juga cara bercocok tanam di daerah kering, 2) meningkatkan status sosial ekonomi melalui income generation program, 3) meningkatkan akses yang secara tidak langsung bisa terkait peningkatan social ekonomi dan 4) perbaikan sistem pelayanan kesehatan.Kata kunci: Kesehatan ibu, KEK, anemia, sosial ekonomi lemah dan persalinan di rumah
Perbedaan karakteristik pasien kasus gigitan hewan penular rabies di Puskesmas Kuta Utara periode Agustus – Oktober tahun 2021 Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi; Putu Ayu Swandewi Astuti; I Gusti Agung Alit Naya
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.461 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1308

Abstract

Background: The bite of an animal that transmits rabies is still a problem in Indonesia, one of which is in the province of Bali. The high dog population and the habit of straying dogs cause the risk of rabies transmission due to dog bites to be higher. North Kuta District is one of the areas where the case of bites of animals that transmit rabies is found. The purpose of this study was to determine the differences in the characteristics of patients with rabies-transmitting animal bites at the North Kuta Health Center from August to October 2021. Methods: The study used a quantitative analytical design with a cross-sectional approach. The sample is patient medical record data at the North Kuta Health Center for the period August to October 2019. Data analysis was carried out using descriptive tests to describe patient characteristics. Bivariate test using Chi-square or Fisher’s Exact test was carried out to determine the differences in the characteristics of patients bitten by rabies-transmitting animals who received the Anti Rabies Vaccine (VAR) with a p value of <0.05 showing a significant value. Results: There were 96 patients with rabies-transmitting animal bites at the North Kuta Health Center for the period August – October 2019. The characteristics of the patients showed that most of them were 20 years old (37.50%), bitten by a stray dog (70.83%), the condition of the animal when it was found. still alive (68.75%), bitten on the right leg (37.50%), and received VAR (52.08%). The highest cases of animal bites that transmit rabies occurred during the month of October (41.67%). The results of the Chi-square test showed that the amount of VAR administration was significantly different based on the characteristics of the biting animal species (p<0.0001) and the animal's condition (p<0.0001). Conclusion: There are still cases of animal bites that transmit rabies in North Kuta District. There was a significant difference in the amount of VAR administration based on the characteristics of the biting animal species and the animal's condition.   Latar Belakang: Gigitan hewan penular rabies masih menjadi permasalahan di Indonesia, salah satunya di Provinsi Bali. Populasi anjing yang tinggi serta kebiasaan meliarkan anjing menyebabkan risiko penularan rabies akibat gigitan anjing menjadi semakin tinggi. Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu daerah ditemukannya kasus gigitan hewan penular rabies. Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan karakteristik pasien kasus gigitan hewan penular rabies di Puskesmas Kuta Utara periode Agustus hingga Oktober 2021. Metode: Penelitian menggunakan rancangan kuantitatif analitik dengan pendekatan potong lintang. Sampel merupakan data rekam medis pasien di Puskesmas Kuta Utara periode Agustus hingga Oktober 2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji deskriptif untuk menggambarkan karakteristik pasien. Uji bivariate menggunakan Chi-square atau Fisher’s Exact test dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik pasien gigitan hewan penular rabies yang memperoleh Vaksin Anti Rabies (VAR) dengan nilai p<0,05 menunjukan nilai signifikan Hasil: Terdapat 96 pasien kasus gigitan hewan penular rabies di Puskesmas Kuta Utara periode Agustus – Oktober 2019. Gambaran karakteristik pasien memperlihatkan sebagian besar berusia ≤20 tahun (37,50%), digigit oleh anjing liar (70,83%), kondisi hewan saat ditemukan masih hidup (68,75%), digigit di kaki kanan (37,50%), dan memperoleh VAR (52,08%). Kasus gigitan hewan penular rabies tertinggi terjadi selama bulan Oktober (41,67%). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa jumlah pemberian VAR berbeda signifikan berdasarkan karakteristik jenis hewan penggigit (p<0,0001) dan kondisi hewan (p<0,0001). Kesimpulan: Masih terdapat kasus gigitan hewan penular rabies di Kecamatan Kuta Utara. Terdapat perbedaan bermakna jumlah pemberian VAR berdasarkan karakteristik jenis hewan penggigit dan kondisi hewan.
Employment and Education as Risk Factors of Cataract Incidence on Patients Treated in Eye Health Centre Mataram City West Nusa Tenggara Ni Nyoman Santi Tri Ulandari; Putu Ayu Swandewi Astuti; I Nyoman Adiputra
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 2 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53638/phpma.2018.v2.i2.p05

Abstract

Background and purpose: The purpose of the study was to determine the risk factors of employment, education and other risk factors on the occurrence of cataracts in patients seeking treatment at Eye Health Center in the City of Mataram, West Nusa Tenggara. Methods: The study was a case-control with a sample of cases and controls, respectively amounted to 40 (1: 1). The dependent variable was patients with cataract and independent variables were: education, employment, income, diabetes mellitus, history of cataracts, smoking behavior, and exposure to smoke and sun exposure. Data were collected by means of interviews using questionnaires and tracking documents of patients’ medical records. Data analysis was performed using univariate, bivariate to determine the comparability between cases and controls and to see the crude of OR. Multivariate analyses were performed to determine the adjusted OR. Results: Four variables were found to be risk factors to the occurrence of cataracts: education, income, occupation and exposure to sunlight with each crude OR of 10.50 (95% CI: 3.39 to 32.52); 6.23 (95% CI: 2.35 to 16.51), 10.52 (95% CI: 3.56 to 31.12); and 3.11 (95% CI: 1.25 to 7.78). While diabetes mellitus, family history of cataracts, smoking behavior and exposure to smoke was not statistically proven as a risk factor for cataracts. The multivariate analysis showed that most risk factors played a role in the occurrence of cataract was employment with OR=9.81 (95% CI: 1.85 to 52.02) and education with OR=6.53 (95% CI: 1.42 to 29.92). Conclusion: Employment and education were significant risk factors to the occurrence of cataracts in patients who visited the Eye Health Center in the City of Mataram, West Nusa Tenggara.