Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah

The Language of Fatwa: Understanding Linguistic Violence in the Indonesian Ulama Council’s Fatwa on Ahmadiyah Fariz Alnizar; Amir Ma'ruf; Fadlil Munawwar Manshur
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 21, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v21i1.20218

Abstract

This study aims to reveal the linguistic violence in the Indonesian Ulama Council’s fatwa texts on Ahmadiyah. The data in this study is in the form of words, phrases, sentences, and discourses from the MUI fatwa texts in 1980 and 2005 on Ahmadiyah. Some words contain linguistic violence such as “deviant”, “infidel”, and “a state threaten”. This study concludes two forms of linguistic violence in those fatwas: the subtle and abusive forms of violence. In the subtle form, the language is operated to dominate other parties. In addition, the language is also used as an offensive and abusive expression carried out consciously in a discourse. This is used to attack other parties and as a tool to hurt others.Abstrak:Penelitian ini bertujuan  mengungkap kekerasan linguistik dalam teks fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Ahmadiyah. Dalam teks tersebut terdapat kata-kata yang mengandung unsur kekerasan linguistik seperti “sesat menyesatkan”, “berada di luar Islam” dan “bahaya bagi ketertiban dan keamanan negara.” Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, kalimat, dan wacana yang berasal dari teks fatwa MUI tahun 1980 dan 2005 tentang Ahmadiyah tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dua bentuk kekerasan linguistik pada kedua fatwa tentang Ahmadiyah tersebut. Pertama, kekerasan linguistik bentuk halus (subtle form). Kedua, kekerasan linguistik bentuk kasar (abusive form). Pada kekerasan linguistik bentuk halus (subtle form), bahasa dioperasikan sebagai wahana untuk mendominasi pihak lain. Sementara pada kekerasan linguistik bentuk kasar (abusive form) bahasa digunakan sebagai ekspresi ofensif yang dilakukan secara sadar dalam sebuah wacana. Dalam kekerasan linguistik bentuk kasar, bahasa dimanfaatkan untuk menyerang pihak lain seperti memberi label sesat menyesatkan. Selain itu, bahasa juga digunakan sebagai sarana untuk menyakiti pihak lain.
Language, Authority, and Digital Media: The Impact on the Legitimacy of Fatwas Ahmad Suaedy; Fariz Alnizar; Juri Ardiantoro; Said Aqil Siroj
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 23, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v23i1.28875

Abstract

This study aims to uncover the position of the Indonesian Ulama Council (Majelis Ulama Indonesia or MUI) in the current institutional context where it has the authority to issue fatwas. The era of disruption and digital revolution poses challenges for MUI. This qualitative study combines content analysis of a text with actor-network analysis of the actors who produce the text. Content analysis of the text was carried out by analyzing the language used in MUI regional fatwas that indicate symptoms of fatwa de-bureaucratization. The next step is to map the discourse arising from the fatwa de-bureaucratization symptoms. This study uses the Discourse Network Analysis (DNA) tool to map the actors involved. This is useful to answer the discourse map and actors involved in producing a discourse. The study results show that MUI faces two main challenges in the digital revolution era. First, the symptom of de-bureaucratization is marked by the increasing number of national issues discussed and decided by MUI regions. Second, depersonalization is characterized by the emergence of celebrity ulama, who often issue fatwas in forums and religious gatherings they possess. Abstrak: Kajian ini berupaya mengungkap posisi Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat ini yang secara kelembagaan memiliki kewenangan mengeluarkan fatwa. Era disrupsi dan revolusi digital membawa tantangan tersendiri bagi MUI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggabungkan analisis isi dalam sebuah teks dengan analisis jaringan aktor yang memproduksi teks tersebut. Analisis isi teks dilakukan dengan menganalisis data berupa penggunaan bahasa pada fatwa MUI daerah yang menunjukkan gejala debirokratisasi fatwa. Tahap selanjutnya adalah memetakan wacana yang muncul dalam gejala debirokratisasi fatwa. Dalam memetakan aktor-aktor tersebut, penelitian ini menggunakan Discourse Network Analysis (DNA). Hal ini berguna untuk menjawab peta wacana dan aktor yang terlibat dalam memproduksi sebuah wacana. Hasil kajian menunjukkan bahwa ada dua tantangan utama yang dihadapi MUI di era revolusi digital. Pertama, merupakan gejala debirokratisasi yang ditandai dengan semakin banyaknya isu nasional yang dibahas dan diputuskan oleh MUI daerah. Kedua, depersonalisasi ditandai dengan lahirnya ulama selebritas yang kerap mengeluarkan fatwa di forum-forum halakah dan pengajian yang dimiliki.