Muriani Emelda Isharyani
Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Kelayakan Aspek Teknis Industri Pengolahan Biofarmaka Berbahan Baku Bawang Tiwai Muhammad Ilham Ramadhan; Muriani Emelda Isharyani; Farida Djumiati Sitania
Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 7 No. 2 (2018): Jurnal Rekayasa Sistem Industri
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.533 KB) | DOI: 10.26593/jrsi.v7i2.2974.99-110

Abstract

From Latin Eleutherina American L. Merr, tiwai onion is one of species of flowering and bulbous plants in Borneo forest that can be developed as biopharmaceutical source for industrial scale. Tiwai onion beverage product is a product that has the benefits of tiwai onion plant in the tea bag form. Industrial development of tiwai onion processing into a tea bag product in UKM Solaindo still has many technical constraints. Therefore, it is necessary to conduct a research which aims to design technical aspect to ensure a smooth production process of tiwai onion tea. This research is expected to overcome the technical constraints faced by UKM Solaindo, so that tiwai onion product into a tea bag product in UKM Solaindo could get bigger and get increased to fulfill the market needs and also to become a competitive local product. Technical aspects examined include determining a factory location, production capacity, machinery and equipment, and factory facility layout. Determining a factory location using qualitative method (ranking procedure) determined that Tenggarong is the best location to establish an industrial factory of tiwai onion with the total score of 15.90. Production capacity is conducted by demand forecasting using weighted moving average method, and forecasting value obtained is 618 units/month or 66,74 Kg/month. Machinery and equipment used for production process from the factory that will be set up in every process are tray, automatic sealer machine, washing machine, oven, chopping machine, stamping equipment, and sealer machine. The most appropriate scoring systems for factory facility layout are ARC, ARD, SRD, and AAD that have 10 facilities such as administration room facilities with area of 80 m2, production facilities 37,5 m2, shipping facilities 7,5 m2, material warehouse facilities 15 m2, finished product warehouse facilities 17,5 m2, reception facilities 7,5 m2, quality control facilities 12 m2, power plants facilities 6 m2, waste shelter facilities 4 m2, and parking facilities 60 m2.  Key-words: Factory layout, machine, production capacity, ranking Procedure, tiwai onions
PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN BUAH NAGA MERAH KALTIM YANG COCOK DIPASARKAN DENGAN SISTEM USAHA GEROBAK WARALABA Fachriza Noor Abdi; Muriani Emelda Isharyani; Deasy Kartika Rahayu; Farida Djumiati Sitania; Wara Widyarini Endah Saptaningtyas
Journal Industrial Servicess Vol 3, No 2 (2018): Maret 2018
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v3i2.3165

Abstract

Potensi hasil pertanian buah naga merah Kaltim umumnya dimanfaatkan untuk penjualan buah segar dan mulai dikembangkan pengolahannya oleh berbagai UKM yang tersebar di Samarinda, Balikpapan dan Samboja, namun pemasarannya masih terbatas pada masyarakat yang melintas di sepanjang jalan antar kota Samarinda dan Balikpapan. Kendala seperti ini mencetuskan pemikiran mengembangkan produk olahan buah naga merah Kaltim yang dapat dipasarkan dengan sistem usaha gerobak waralaba (stall franchise) sehingga menjangkau area pemasaran yang lebih luas. Penentuan atribut mutu produk olahan buah naga merah Kaltim yang cocok dipasarkan dengan sistem usaha gerobak waralaba dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD). Hasil dari metode QFD dijadikan dasar pertimbangan dalam diskusi pakar melalui metode Delphi untuk menentukan alternatif produk olahan yang sesuai dengan sistem usaha gerobak waralaba. Matrik QFD menunjukkan prioritas terhadap formulasi dan komposisi produk, jenis bahan baku pendukung, bahan kemasan dan proses penyiapan produk sebagai karakteristik teknis yang perlu ada pada produk olahan buah naga merah Kaltim. Melalui metode Delphi alternative produk olahan terpilih adalah mie dan es krim dengan i beberapa alternatif formulasi dan komposisi, bahan baku pendukung yang mudah dicari, banyaknya alternatif kemasan produk dan proses penyiapan yang tidak rumit sehingga memberikan kemudahan bagi penjual mempersiapkan produk secara cepat ke konsumen
ANALISIS PERMASALAHAN ERGONOMI DI WORKSHOP CV. PRAWA KARSA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC CHECKPOINT Paula Heline Nisansha; Lina Dianati Fathimahhayati; Muriani Emelda Isharyani
INDUSTRIAL ENGINEERING JOURNAL of the UNIVERSITY of SARJANAWIYATA TAMANSISWA Vol 3 No 1 (2019)
Publisher : Teknik Industri Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/iejst.v3i1.6188

Abstract

Faktor kemampuan dan keterbatasan manusia menjadi aspek yang kurang diperhatikan untuk mencapai target produksi perusahaan, menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu permasalahan ergonomi CV Prawa Karsa yaitu adanya keluhan dari para pekerja yang bekerja duduk seperti nyeri punggung dan ketegangan otot selama bekerja. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diterapkan ilmu ergonomi yang mengatur keserasian manusia dan pekerjaannya, dengan meningkatkan efisiensi kerja dan hilangnya resiko akibat metode kerja yang kurang tepat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hasil evaluasi permasalahan ergonomi dengan metode Ergonomics Checkpoints oleh International Labour Office (ILO) di workshop, CV Prawa Karsa dan memberikan saran perbaikan untuk menyelesaikan permasalahan ergonomi yang ditemukan pada metode Ergonomics Checkpoints, dilanjutkan dengan metode Kipling untuk mengetahui akar permasalahan ergonomi. Hasil pengamatan di area Workshop didapatkan 119 poin sesuai dan 13 poin tidak sesuai dengan kriteria dalam ergonomic checkpoint. Dari 13 poin tidak sesuai, terdapat 5 poin prioritas yang membutuhkan perbaikan segera. Lima poin tersebut adalah checkpoint 14 pada aspek Material Storage and Handling, checkpoint 28 dan 29 pada aspek Handtools, serta Checkpoint 59 dan 60 pada aspek Workstation Design.             Kata Kunci: ergonomi, ergonomi checkpoint, metode kipling, bengkel