Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KETERKAITAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP KUALITAS DAN CITRA RUANG PUBLIK DI KORIDOR KARTINI SEMARANG PADA MASA PRA-PEMBONGKARAN (Studi Kasus : Penggal Jl.DR.Cipto – Jl.Barito) Retno Wijayaningsih
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.617 KB)

Abstract

ABSTRAK Dominasi kegiatan perdagangan kaki lima koridor jalan Kartini telah mempengaruhi perubahan kualitas serta citra ruang kota pada koridor jalan Kartini, namun sejauh manakah keterkaitan antara pedagang kaki lima tersebut terhadap kualitas dan citra ruang publik kawasan? Diperlukan Pendekatan  fenomenologi digunakan untuk mengetahui norma-norma, kondisi fisik dan non fisik kawasan, serta regulasi pemerintah. Studi menggunakan literatur dan peraturan/ pengalaman terkait dengan kegiatan kaki lima untuk merumuskan aspek yang dipertimbangkan dan komponen ruang yang perlu diatur secara normatif. Pengamatan dilapangan berguna untuk mengetahui karakteristik pedagang kaki lima dalam keterkaitannya dengan kualitas dan citra ruang tersebut. Pada dasarnya, penentuan metode penelitian ditentukan berdasarkan fakta dan fenomena yang terjadi dilapangan dan berlangsung secara terus menerus diperoleh gambaran dari perilaku dan aktifitas pengguna ruang terbuka kota pada koridor kawasan kartini. Meskipun proporsi pendapat keempat responden - pedagang kaki lima, pelanggan pedagang kaki lima, pemilik kegiatan sekitar, dan pengguna jalan lainnya - tidak selalu sama, mereka sepakat bahwa pedagang kaki lima yang ada di koridor Jalan Kartini telah menyebabkan beberapa persoalan, contohnya yaitu aksesibilitas, eksternalitas sampah, dan keharmonisan ruang. Hasil rumusan ini kemudian digunakan sebagai kerangka untuk menganalisis hal-hal apa saja menyangkut keterkaitan yang terjadi serta dampaknya pada ruang publik di koridor jalan Kartini.                                       Kata kunci : kualitas dan citra ruang publik, pedagang kaki lima, koridor ABSTRACT The dominance activities of street vending on Kartini’s corridor has influence alteration of public space image and quality, but how far relevancy between street vending to public space image and quality of the area?It is needed fenomenology approach to find out a normative, condition of physical and non-physic areas, also government regulation. Study use literatur and regulation deal with street vending activity to build issue of concerns as well as scope of issue in normatic sense. Supply approach prepared by field observation to recognize existing condition of studied location including street vending physical characteristic in relevancy with public space image and quality. Basically, determination of research method is determined pursuant fact and phenomenon that happened continually on the field so it is obtained an illustration from behavior and activity of public space user in corridor of Kartini areas/. Although the proportion is in variance, street vendors, consumers, the surrounding formal activity owners and others who use Kartini corridor deal that street vending settled on these corridors has induced problems. For example, the problems are about space for good circulation and visual access, garbage management, and an harmonious sense. Then, these are used as a frame to identify community preferences to control vending activity, especially the activity established in their local area. Key words: public space image and quality, corridor, street vending.
UTILIZATION OF EMPTY SPACE UNDER FLY OVER AS AN OPEN PUBLIC SPACE Rona Fika Jamila; Retno Wijayaningsih
MODUL Vol 22, No 1 (2022): MODUL vol 22 nomor 1 tahun 2022 (7 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mdl.22.1.2022.36-41

Abstract

The development of transportation facilities is also important to accommodate the mobility of city residents both by private vehicles and by public transportation. One way to break up the transportation complications is to build an overpass or commonly known as a fly over, and this effort is usually quite successful. However, there is another side that often escapes the government's fly over planning, namely the creation of new spaces under the overpass that are not clearly utilized, so that spontaneously, the spaces that are formed are used "at will" by the community. The purpose of this study is to obtain a variety of shapes and dimensions, as well as where the location of residual space under the fly over, Obtaining community use of residual space under the fly over, Obtaining community behavior in utilizing the residual space under the fly overThis research is a basic research that has a Level of Technology 1 and has a target output in the form of national accredited national journals.
KETERIKATAN MASYARAKAT SEMARANG TERHADAP ALUN-ALUN BARU KOTA SEMARANG BERDASARKAN TEORI PLACE ATTACHMENT Rona Fika Jamila; Retno Wijayaningsih
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.002

Abstract

Setelah puluhan tahun, alun-alun Semarang hilang karena beralih fungsi menjadi pasar Yaik yang menyambung dengan Kawasan pasar Johar. Setelah itu, selama hampir 50 tahun berikutnya di tengah kota, Simpang Lima sudah eksis menjadi jantung kota baru. Kemudian pada tanggal 9 Mei tahun 2015 terjadi kebakaran yang membuat bangunan cagar budaya pasar Johar habis dilalap api, disusul dengan kebakaran di Pasar Yaik Baru pada tanggan 27 Februari 2016, kemudian kebakaran terjadi Kembali pada 18 Juni 2016 di blok E Pasar Kanjengan. Kondisi ini tentu saja membuat Pemerintah Kota Semarang harus melakukan pembangunan kembali Kawasan Pasar Johar yang pernah menyandang predikat Kawasan perdagangan terbesar se-Asia Tenggara ini. Dan uniknya adalah dalam perencanaan ini Pemerintah Kota Semarang menyertakan rekonstruksi atau pembangunan Kembali Alun-alun Semarang yang sudah punah.Dan pada tahun 2020 seharusnya sudah dilakukan peresmian Alun-alun baru ini, namun karena kondisi pandemi covid19, ruang terbuka kota seperti Alun-alun Semarang tidak terlalu diekspose karena dianggap berpotensi mengundang keramaian. Keadaan ini cukup menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pandangan masyarakat  terutama warga Semarang mengenai Alun-alun baru ini. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya, yang berjudul “Presepsi Masyarakat Terhadap Simpang Lima Sebagai Alun-Alun Kota Semarang”  dan sekarang peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Semarang terhadap alun-alun baru kota Semarang, apakah masyarakat memiliki keterikatan dengan alun-alun baru ini. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah masyarakat masih memiliki keterikatan terhadap Alun-alun Semarang. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterikatan masyarakat terhadap Alun-alun Semarang. Metode yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan Place Attachment. Hasil dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa secara keseluruhan, para responden memiliki keterikatan yang baik terhadap Alun-alun ini.