Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI AUSTRALIA DENGAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI LOKAL TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Bacillus subtilis Nofita Nofita; Selvi Marcellia; Lukman Diarto
Jurnal Farmasi Malahayati Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Farmasi Malahayati (JFM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.097 KB) | DOI: 10.33024/jfm.v4i2.5463

Abstract

Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) ditemukan di seluruh kawasan Indonesia. Daunnya mengandung metabolit skunder seperti polifenol, tannin, flavonoid dan alkaloid yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas ekstrak etanol daun jambu biji Australia dan daun jambu biji lokal sebagai antibakteri.  Daun jambu biji dibuat ekstrak dengan etanol 96% menggunakan metode ultrasonik dan didapatkan rendemen daun jambu biji Australia 30,67% sedangkan daun jambu biji lokal 29,80%. Analisis fitokimia yang dilakukan pada kedua ekstrak didapat kandungan senyawa polifenol, tannin, flavonoid dan alkaloid. Kemudian dilakukan analisi kadar menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan hasil kadar flavonoid dan alkaloid kedua ekstrak berbeda jauh, sedangkan kadar polifenol dan tannin hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode disc cakram dengan media yang digunakan yaitu MHA. Ekstrak dibuat 4 konsentrasi yaitu 25%, 50% ,75% dan 100% dengan masing-masing 3 pengulangan. Masing-masing konsentrasi dilakukan uji efektifitas  terhadap bakteri Escherichia coli and Bacillus subtillis. Kedua ekstrak memeiliki efektifitas antara 30,23 sampai 40,52 terhadap bakteri Escherichia coli  dan tidak memiliki efektifitas terhadap bakteri Bacillus subtillis. Kemudian dianalisis dengan menggunakan ANOVA, dengan nilai P < 0,05 maka dapat dilanjutkan uji LSD. Hasil uji LSD (Least Significant differences) dibandingkan antara masing-masing konsentrasi ekstra didapatkan nilai P > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji Australia dibandingkan dengan daun jambu biji lokal memiliki efektifitas yang tidak berbeda bermakna.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR EKOLOGI TERHADAP KEPADATAN PUPA AEDES AEGYPTI SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BANDAR LAMPUNG Selvi Marcellia; Sitti Rahmah Umniyati; Mahardika Agus Wijayanti
Jurnal Farmasi Malahayati Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Malahayati
Publisher : Jurnal Farmasi Malahayati (JFM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.105 KB) | DOI: 10.33024/jfm.v2i1.1546

Abstract

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Jumlah kasus DBD tertinggi di salah satu provinsi yang ada di Indonesia yaitu di Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung yang merupakan bagian dari Provinsi Lampung memiliki jumlah kasus DBD tertinggi karena jumlah penduduk yang cukup padat. Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 1000 m dpl dengan suhu antara 25o-30oC dan kelembaban optimal yang dibutuhkan antara 65%–80%. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor ekologi yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap kepadatan pupa Ae. aegypti sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan studi cross sectional dengan pengamatan yang dilakukan one point in time. Populasi dalam penelitian ini adalah semua larva dan pupa Ae. aegypti yang dikoleksi dari Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Korpri Raya, dan Kelurahan Gunung sulah yang termasuk wilayah endemis di Bandar Lampung. Kelurahan Korpri Raya di Kota Bandar Lampung memiliki faktor ekologi seperti temperatur udara, kelembaban udara, dan ketinggian tempat paling berpengaruh terhadap kepadatan populasi pupa Ae. aegypti karena nilai adjusted R2 pada Kelurahan Korpri Raya paling tinggi yaitu 20,9%. Berdasarkan nilai Standarized Coeficient Beta masing-masing wilayah sebesar 0,388; 0,255; 0,652 menunjukkan bahwa pada Kelurahan Gunung Sulah dan Kelurahan Korpri Raya variabel yang memiliki hubungan paling berpengaruh terhadap kepadatan populasi pupa Ae. aegypti adalah temperatur udara.
EFEKTIVITAS FORMULASI KRIM EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia- pericappium) SEBAGAI PENGOBATAN LUKA SAYAT STADIUM II PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR WISTAR Ade Maria Ulfa; Selvi Marcellia; Entin Rositasari
Jurnal Farmasi Malahayati Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Jurnal Farmasi Malahayati (JFM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.946 KB) | DOI: 10.33024/jfm.v3i1.2434

Abstract

Kulit jeruk nipis merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional, kandungan seperti flavonoid, alkaloid, saponin dalam kulit jeruk nipis memiliki efektivitas antibakteri yang membantu penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah sediaan krim ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) memiliki efektifitas sebagai penyembuh luka. Metode yang digunakan yaitu dengan mengekstrak simplisia kulit jeruk nipis dan dibuat dalam formulasi sediaan krim dan diaplikasikan pada tikus galur wistar jantan yang telah diberikan luka eksisi, selama 11 hari dengan interval pengamatan 2 hari. Tikus dibagi menjadi 6, kelompok 1 dengan betadine, kelompok 2 dengan formulasi M/A dengan ekstrak, kelompok 3 dengan formulasi M/A tanpa ekstrak, kelompok 4 dengan formulasi A/M dengan ekstrak, kelompok 5 dengan formulasi A/M tanpa ekstrak dan kelompok 6 tanpa perlakuan (kontrol negatif). Penyembuhan luka pada formulasi dengan ekstrak diketahui terjadi penurunan diameter luka awal 10 mm menjadi 0 mm pada hari ke-7 lebih lambat dari betadine yaitu penurunan diameter luka awal 10 mm terjadi pada hari ke-5 namun lebih baik dari formulasi tanpa ekstrak dimana penurunan diameter luka awal 10 mm menjadi 0 mm baru terjadi pada hari ke-9 dan kontrol negatif mengalami penurunan diameter luka awal 10 mm menjadi 0 mm pada hari ke-11. Dan pada uji homogenitas krim yang baik adalah krim formulasi M/A. Berdasarkan penelitian diketahui ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efektifitas sebagai penyembuh luka pada pengamatan hari    ke-7.
EFEKTIVITAS FORMULASI SPRAY EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (Allium cepa L.) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Isnaini Hatta Putri; Tutik Tutik; Selvi Marcellia
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 3 (2022): Volume 9 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v9i3.7921

Abstract

Kulit bawang merah (Allium cepa L. ) yang kurang termanfaatkan memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai repellent yaitu senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sediaan spray ekstrak kulit bawang merah efektif sebagai repellent dalam pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti dan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak kulit bawang merah yang efektif untuk dibuat dalam sediaan spray sebagai  repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.  Ekstraksi kulit bawang merah menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 3L hasil ekstraksi kulit bawang merah sebanyak 28 gram dengan rendemen 18,66%. Evaluasi sediaan spray ekstrak kulit bawang merah meliputi uji pH, uji kejernihan, bobot jenis dan uji iritasi memenuhi persyaratan sehingga aman untuk digunakan. Sediaan spray ekstrak kulit bawang merah pada konsentrasi 5% sudah memiliki efektivitas sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti pada 30 detik pertama dengan nilai daya proteksi 97,5% tetapi setalah 6 jam daya proteksi berkurang dengan hasil 71,20%.