Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

UPAYA KETERLIBATAN INDONESIA DALAM MENGINTERNASIONALISASIKAN KONSEP BLUE ECONOMY STUDI KASUS: KEPEMIMPINAN INDONESIA DALAM IORA PERIODE 2015-2017 Agung Yudhistira Nugroho; Ktisas Revafiani Dandel Sampe
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v5i2.4168

Abstract

Tulisan ini membahas upaya keterlibatan Indonesia untuk menginternasionalisasikan konsep blue economy dengan mengambil studi kasus pada kepemimpinan Indonesia di IORA periode 2015-2017. Kepemimpinan Indonesia memprakarsai KTT IORA 2017 dan menghasilkan dokumen penting IORA Concord, IORA Action Plan dan Deklarasi Jakarta tentang Ekonomi Biru. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber-sumber yang diperoleh secara dokumenter, studi kepustakaan, dan penelusuran data online untuk memperkuat argumentasi penulis. Blue Economy merupakan konsep yang dikembangkan oleh Gunter Pauli yang memadukan unsur ekonomi dan lingkungan. Agenda Indonesia untuk mengedepankan konsep ini untuk meningkatkan ekonominya, mengukuhkan kepentingan politisnya dan memperkuat pengaruhnya di Samudra Hindia, dan menyelamatkan lingkungan. Penelitian menggunakan teori rezim internasional untuk melihat perkembangan blue economy sebagai aturan dan norma yang menjadi pengikat Indonesia dengan IORA dan teori norm life cycles yang membahas tentang siklus hidup norma blue economy yang menjelaskan tentang kaitan Indonesia dengan kemunculan blue economy mulai periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai Presiden Joko Widodo, kepemimpinan Indonesia dalam mempersuasi dan mensosialisasikan blue economy dan internalisasi blue economy dalam ruang lingkup IORA. Penelitian ini juga membahas output yang didapatkan setelah Indonesia bertindak sebagai blue economy norm entrepreneur yaitu mendapatkan pengakuan internasional tentang kemampuan Indonesia, hal ini sejalan dengan usaha Indonesia yang berusaha untuk mewujudkan Poros Maritim Dunia.Kata Kunci : Blue Economy, IORA, Norm entrepreneur, Norm Life Cycles, Rezim Internasional.
ASPEK KONSTRUKTIVIS DALAM SENGKETA WILAYAH KASHMIR ANTARA INDIA DAN PAKISTAN Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.881 KB) | DOI: 10.52447/gij.v1i2.635

Abstract

Kashmir region is a complex area. Kashmir territorial dispute is caused by the impact on the political interests of both countries and through a unilateral claim of India and Pakistan. Issue a struggle power between India and Pakistan which the two countries mutually detterence launched through testing their nuclear weapons increasingly sharpening conflict between the two countries. The case of a prolonged struggle for Kashmir region forced the United Nations to find a solution as a step to solve the problem in Kashmir. The UN Security Council sends to India and Pakistan by bringing a proposal that suggested the two countries demilitarize over Kashmir to ensure that the polls are offered not take sides with one country. However, the proposal was rejected by India. India considered that the Kashmir issue is a bilateral issue with Pakistan. Resolution will be undertaken by the UN is always doomed to failure. This will be appointed by the author to see the extent of the territorial dispute escalating conflict.
LATAR BELAKANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN VLADIMIR PUTIN ATAS ISU KRIMEA Osvaldo Victor Alfonso; Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v6i2.5009

Abstract

AbstrakPenelitian ini menggambarkan tentang berbagai latar belakang pengambilan keputusan Putin atas isu Krimea yang melihat dasar-dasar pengambilan keputusan seperti intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasionalitas yang memengaruhi Putin dalam melakukan aksi aneksasi Krimea tersebut. Dalam penulisan skripsi ini, sang penulis menggunakan kerangka teori Pengambilan Keputusan (Decision Making) yang merupakan topik utama sekaligus pisau analisa dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan oleh sang penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh sang penulis dalam memperoleh data adalah melalui wawancara dan studi pustaka yang menelaah sejumlah buku, jurnal, artikel ilmiah, dan media elektronik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pengambilan keputusan Vladimir Putin adalah berdasarkan pilihan rasional dengan melihat pertimbangan materil seperti memberi keuntungan di sektor keamanan, ekonomi, politik, memberikan peluang Rusia menjadi negara adidaya, dan pengamanan jalur pipa gas Rusia di Ukraina dan Krimea. Yang menarik dari tindakan yang diinisiasi oleh Putin itu adalah aksi tersebut dalam merebut suatu wilayah tanpa pencurahan darah. Ini adalah hal yang menarik bagi sang penulis karena bagaimana mungkin suatu intervensi militer di suatu wilayah tidak terjadi penyerangan dari pihak luar ke dalam suatu wilayah, dalam hal ini adalah aksi Rusia kepada Krimea. Politik keamanan, politik identitas, dan politik ekonomi mewarnai Putin dalam pengambilan keputusannya atas isu Krimea tersebut.Kata Kunci: Vladimir Putin, Pengambilan Keputusan, Pilihan                          Rasional, Rusia, Krimea, Ukraina.Abstract This research describes the various backgrounds of Putin's decision making on the Crimean issue which looks at the basics of decision making such as intuition, experience, facts, authority and rationality that influenced Putin in carrying out the Crimean annexation. In writing this thesis, the writer uses the theoretical framework of Decision Making which is the main topic as well as the analysis knife in this research. The research method used by the author in the preparation of this thesis is a qualitative method. The data collection techniques used by the author in obtaining data are through interviews and literature studies that examine a number of books, journals, scientific articles, and electronic media. The results show that the background of Vladimir Putin's decision making is based on rational choices by looking at material considerations such as providing benefits in the security, economic, political sectors, giving Russia the opportunity to become a superpower, and securing Russian gas pipelines in Ukraine and Crimea. What's interesting about the action initiated by Putin is that it seizes an area without shedding blood. This is an interesting matter for the author because how could a military intervention in a region not occur from outside attacks into an area, in this case Russia's action against Crimea. Security politics, identity politics and economic politics colored Putin in his decision making on the Crimean issue. Keywords:  Vladimir Putin, Decision Making, Rational Choice,                          Rusia, Crimea, Ukraine.
TERORISME INTERNASIONAL DAN PENGARUH AL-QAEDA PASCA MENINGGALNYA OSAMA BIN LADEN Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.938 KB) | DOI: 10.52447/gij.v1i1.528

Abstract

al-Qaeda is one of the movement of global terrorism network that has a neat organizational structure and has established a strong chain of command and have an extensive network, greatly influenced by movements in sentiment toward the United States. WTC tragedy and other actions always lead to the infrastructure of Western countries, especially the U.S.. Osama Bin Laden as the leader of the al-Qaeda network has strong power in giving its influence in leading al-Qaeda. It can not be denied that Bin Laden was in first place most wanted people in the world. Under Bin Laden, al-Qaeda terrorist movement became a professional and highly coordinated, it can be seen from their actions is very neat. Osama bin Laden's death in 2011 and then, for some people is the end of the story of al-Qaeda. But the name of al-Qaida continues to appear in the news all over the world. In the name of the late al-Qaeda has been attributed to several events in the form of bomb attacks in Iraq, killing and conflict in Mali, clashes in Yemen, and sporadic raids and several incidents of kidnapping in Afghanistan. Looking at some of these cases the question "How gait or lunge al-Qaeda terrorist network after the death of Osama Bin Laden?
ЅTRАTЕGІ АMЕRІKА ЅЕRІKАT MЕMBЕNDUNG DОMІNАЅІ TІОNGKОK DІ АЅІА MЕLАLUІ ІNDО-PАЅІFІK Agung Yudhistira Nugroho; Wіntа Br Pаndіа
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v6i1.4435

Abstract

ABSTRACT            The statement of nUnited States President Donald Trump "You Say Asia-Pacific, I Say Indo-Pacific" suggests for changes in the geopolitical concentration of the United States in Asia to increase influence in the region. The progressive steps taken by America are contained in the concept of "free open Indo-Pacific" which involves several countries in Asia as the US grand strategy. The presence of the United States alliance or the designation in the Indo-Pacific, namely The Quad emphasized the seriousness of the United States in working on the Indo-Pacific concept. The Indo-Pacific which is promoted by the United States aims to stem the influence of China domination after the United States' exit in the Trans Pacific Partnership (TPP) cooperation forum. America needs a new 'container' to be able to increase its influence in the Asian region and the Indo-Pacific concept is the answer. The Indo-Pacific United States which promotes cooperation and investment is prepared as the main strategy using the concepts of geopolitics and geoeconomics. The United States in the Indo-Pacific again reaffirmed the existence of hegemonic power coupled with moving the quad as an additional strength of the United States in the region. Opportunities and challenges will be faced by the United States in implementing this strategy, as well as countries that are members of the quad, it cannot be denied that the interests to be achieved in the future will be different. In addition to the anarchic international system, there is the term that there is no "eternal friend", but eternal importance. Keywords: Indo-Pacific, Strategy, United States, Hegemony, Investment, Cooperation AbstrakPernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump “You Say Asia-Pasifik, I Say Indo-Pacific” mengisyaratkan bagi perubahan konsentrasi geopolitik Amerika Serikat di Asia untuk meningkatkan pengaruh di kawasan. Langkah progesif yang ditempuh Amerika tertuang dalam konsep “free open Indo-Pacific” yang melibatkan beberapa negara di Asia sebagai grand strategy AS. Hadirnya negara aliansi Amerika Serikat atau sebutan dalam Indo-Pasifik, yaitu The Quad menegaskan keseriusan Amerika Serikat dalam menggarap konsep Indo-Pasifik. Indo-Pasifik yang diusung oleh Amerika Serikat bertujuan untuk membendung pengaruh dominasi Tiongkok setelah keluarnya Amerika Serikat dalam forum kerja sama Trans Pacific Partnership (TPP). Amerika membutuhkan ‘wadah’ baru untuk dapat kembali meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia dan konsep Indo-Pasifik adalah jawabannya. Indo-Pasifik Amerika Serikat yang mengedepankan kerja sama dan investasi disusun sebagai strategi utama dengan menggunakan konsep geopolitik dan geoekonomi. Amerika Serikat dalam Indo-Pasifik kembali  menegaskan eksistensi sebagai kekuatan hegemon dibarengi dengan menggerakkan the quad sebagai kekuatan tambahan Amerika Serikat di kawasan. Peluang dan tantangan akan banyak dihadapi oleh Amerika Serikat dalam melaksanakan strategi tersebut, seperti halnya negara-negara yang tergabung dalam the quad, tidak dapat dibantah bahwasanya kepentingan yang ingin dicapai kedepannya akan berbeda. Di tambah dalam sistem internasional yang anarki ada istilah tidak ada “teman abadi”, melainkan kepentingan selamanya yang abadi. Kata Kunci: Indo-Pasifik, Strategi, Amerika Serikat, Hegemoni, Investasi, Kerja sama 
Penerapan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia Melalui Diplomasi Maritim [The Implementation of Indonesian Foreign Policy through Maritime Diplomacy] Indrawati Indrawati; Agung Yudhistira Nugroho
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 10, No 20 (2018): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v10i20.1462

Abstract

Myanmar: Surga Yang Hilang Dewi Maria Herawati; Agung Yudhistira Nugroho
PRoMEDIA Vol 7, No 1 (2021): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v7i1.4551

Abstract

AbstractMyanmar has a diversity of tribes and cultures, as well as unspoiled natural scenery to be one of the best potentials in its tourism sector. This can be a positive image for the country. However, Myanmar is also a country that has a long and winding history. Starting from a rich kingdom, colonized, independent, coup and the existence of divisions, to reforms which then experienced a coup again. Judging from the long history of this country, this article describes the nation branding inherent in Myanmar due to the intrigue that occurs in it. To see this phenomenon, the theoretical approach of Anholt's Nation Branding theory is used as a literature review. From this theory, it is concluded that the politically unstable state of the country certainly has a negative impact on the image of the country itself. The country's political instability has hampered economic growth, infrastructure and human resource development, causing the tourism sector to suffer. All of these things affect the nation branding for Myanmar. Therefore, the journey to change Myanmar's image as a competitive tourism destination in the eyes of the world will be a long journey.Keywords: Myanmar, Anholt, Nation BrandingAbstraksiMyanmar memiliki keberagaman suku dan budaya, serta panorama alam yang masih alami untuk dapat menjadi salah satu potensi terbaik di sektor pariwisatanya. Hal ini dapat menjadi citra yang positif bagi negara tersebut. Namun, Myanmar juga merupakan negara yang memiliki sejarah panjang yang cukup berliku. Mulai dari kerajaan yang kaya, dijajah, merdeka, dikudeta dan adanya perpecahan, hingga reformasi yang kemudian mengalami kudeta kembali.  Melihat dari panjangnya sejarah negara ini, maka artikel ini menggambarkan nation branding yang melekat di Myanmar diakibatkan intrik yang terjadi didalamnya. Untuk melihat fenomena tersebut, pendekatan teoritis dari teori Nation Branding dari Anholt digunakan sebagai telaah literatur. Dari teori tersebut, disimpulkan bahwa kondisi negara yang tidak stabil secara politik tentu berdampak negatif bagi citra negara itu sendiri. Ketidakstabilan politik negara mengakibatkan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia menjadi terhambat sehingga menyebabkan sektor pariwisata pun mendapatkan imbasnya. Semua hal tersebut saling mempengaruhi nation branding bagi Myanmar. Oleh karena itu, perjalanan untuk mengubah citra Myanmar sebagai tujuan pariwisata yang kompetitif di mata dunia akan menjadi perjalanan yang panjang.Kata Kunci: Myanmar, Anholt, Nation Branding
PENGARUH ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) TERHADAP EKSPOR IMPOR SINGAPURA PADA TAHUN 2017-2021 Siti Ghina Fauziah; Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v7i1.5929

Abstract

region, ASEAN formed the ASEAN Free Trade Area (AFTA) agreement. This aims to reduce or even eliminate existing trade barriers in the region and make ASEAN the world's production base. Singapore imports commodities that have not been fulfilled by its country, one of which is raw goods and Singapore exports its superior commodities and ready- to-use goods that have been processed from imported raw goods. This is relate with the theory used in this study, namely the theory of trade liberalization and the theory of comparative advantage. The existence of AFTA has the effect of increasing Singapore's exports and imports when compared to the year before the implementation of AFTA (2003 and back). The purpose of this study was to determine the effect of the ASEAN Free Trade Area (AFTA) on the value of Singapore's exports and imports. The method used in this research is a qualitative research method using literature study. Keywords : Singapore, Trade Liberalization, Comparative Advantage , Export, Import AbstrakUntuk mewujudkan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara, ASEAN membentuk perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA). Hal ini bertujuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan hambatan perdagangan yang ada di kawasan serta menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia. Singapura mengimpor komoditas yang belum terpenuhi oleh negaranya salah satunya yaitu barang mentah dan Singapura mengekspor keunggulan komoditasnya serta barang siap pakai yang telah diolah dari barang mentah yang di impornya. Hal ini selaras dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori liberalisasi perdagangan serta teori keunggulan komparatif. Adanya AFTA membawa pengaruh peningkatan ekspor serta impor Singapura jika dibandingkan dengan tahun sebelum implementasi AFTA (tahun 2003 kebelakang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ASEAN Free Trade Area (AFTA) terhadap nilai ekspor dan impor Singapura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi pustaka.  Kata kunci : Singapura, Liberalisasi Perdagangan, Comparative Advantage, Ekspor, Impor
Studi Komparatif Industri Musik Di Indonesia, Korea Selatan Dan Jepang Sebagai Inovasi Ekonomi Kreatif Desra Yanti Gea; Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v7i2.6585

Abstract

 ABSTRAKIndustri musik merupakan salah satu sektor dari ekonomi kreatif Indonesia sebagai inovasi baru pengembangan perekonomian negara. Bagi Indonesia, industri musik dinyatakan sebagai sektor prioritas atau jiwa ekonomi kreatif. Seperti produk industri pada umumnya, musik juga memiliki nilai jual yang bisa berdampak pada peningkatan popularitas suatu negara hingga pada pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik. Menjadikan industri musik sebagai sumber ekonomi negara bukan hal baru dimana bertahun-tahun lalu beberapa negara telah mempraktekannya termasuk Korea Selatan dan Jepang yang memasarkan K-Pop dan J-Pop sebagai produk ekonomi kreatif yang diorientasikan untuk kepentingan nasional. Hal tersebut dicetuskan oleh pemerintah masing-masing negara sebagai cara untuk menambah pemasukan negara. Berkaca dari popularitas K-Pop sebagai produk industri musik Korea Selatan dan J-Pop sebagai produk industri musik Jepang yang pernah populer melampaui batas negaranya sehingga strategi pemerintah dari kedua negara ini dijadikan perbandingan bagi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Perbandingan yang bersifat deskriptif dengan menggunakan teori komparatif yang bertujuan untuk mendorong pengelolaan industri musik Indonesia melalui pengembangan ekonomi kreatif. Penelitian ini menggunakan teori ekonomi kreatif untuk melihat bagaimana negara berdaptasi di era transformasi ekonomi yakni ekonomi kreatif dan dampaknya terhadap pencapaian kepentingan nasional terutama dalam hal pengelolaan dan pengembangan industri musik.Kata kunci : Ekonomi kreatif, industri musik, kebijakan pemerintah.ABSTRACTThe music industry is one of the sectors of Indonesia's creative economy as an innovation in developing the country's economy. For Indonesia, the music industry is stated as a priority sector or the spirit of the creative economy. Like industrial products in general, music also has a selling value that can have an impact on increasing a country's popularity to economic growth if managed properly. Making the music industry the source of the country's economy is not new, which in the past years several countries have practiced it, including South Korea and Japan, which market K-Pop and J-Pop as creative economic products oriented towards national interests. The governments of each country as a way to increase state income initiated this. Reflecting on the popularity of K-Pop as a product of the South Korean music industry and J-Pop as a product of the Japanese music industry which was once popular beyond its borders, the strategies of the governments of these two countries are used as a comparison for the actions taken by the Indonesian government. A descriptive comparison using comparative theory, which aims to encourage the management of the Indonesian music industry through the development of the creative economy. This study used creative economic theory to see how the country adapts in the era of economic transformation, namely the creative economy and its impact on the achievement of national interests, especially in terms of management and development of the music industry. Keywords: Creative economy, music industry, government policy.
PERANAN DAN PENGARUH FRIEDRICH VON HAYEK DAN KOMUNITAS EPISTEMIK DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NEO-LIBERAL Agung Yudhistira Nugroho
GLOBAL INSIGHT JOURNAL Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/gij.v7i2.3729

Abstract

Setelah perang dunia kedua, kebijakan ekonomi internasional banyak berdasarkan pada pemikiran Keynesian yang mengembangkan teori-teori dari Keynes dimana pemerintah harus ikut serta secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi Full Employment, sebab mekanisme ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan secara otomatis, Namun pada tahun 1970an kebijakan ekonomi internasional banyak didasari oleh kebijakan-kebijakan neo-liberal dan juga oleh rejim internasional seperti WTO dan IMF. Pemikir-pemikir seperti Friederich von Hayek, Milton Friedman, dan John Rawl banyak membawa perubahan-perubahan pola ekonomi internasional yang dahulunya orentiasi pada pemikiran Keynesian semata.  Makalah ini akan menguraikan tentang pemikiran Friederich von Hayek dan peneliti-peneliti lain yang sejalan seperti James Buchanan, Milton Friedman, dan George Stidler dalam kerangka komunitas epistemik dan dapat membawa pengaruh pada pembuatan kebijakan dalam rejim internasional dan seberapa siknifikan pengaruh tersebut dalam aplikasinya di masa mendatang.Kata Kunci: ekonomi internasional, Keynesian, neo-liberal, Friederich von Hayek