Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

POTENSI DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) dan BESI (Fe) pada KERANG DARAH (Anadara granosa) di KABUPATEN NUNUKAN Heppi Iromo
Jurnal Harpodon Borneo Vol 3, No 1 (2010): Volume 3 No. 1 April 2010
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.576 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v3i1.435

Abstract

The purpose of this Research is to investigate heavy metal content in meet darah shell (Anadara granosa). Method to collecting of primary data is method survey with direct interview technique and analysed in laboratory. It were analysed heavy metal such as; Fe, and Cu, by used AAS. The result test laboratory for darah shell (Anadara granosa) with AAS is it can consumed because it have not contain dangerous heavy metal like  Cu but it detected contain little heavy metal Fe. Key Words:  Darah shell, Heavy metal Fe and Cu.  
Pengaruh Penambahan Hormon Tiroksin Pada Artemia Salina Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Udang Windu (Penaeus monodon) heppi iromo; muslihak muslihak; Diana Maulianawati
Jurnal Harpodon Borneo Vol 11, No 2 (2018): Volume 11 No.2 Oktober 2018
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/harpodon.v11i2.820

Abstract

Udang windu (P. monodon) adalah salah satu komoditas budidaya yang potensial di Indonesia dan merupakan spesies lokal yang secara alami tersedia dalam berbagai varietas induk yang dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan hormon tiroksin pada Artemia salina terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang windu (P. monodon). Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan dengan penambahan hormon tiroksin diberikan dengan konsentrasi 0 µg/L, 10 µg/L, 50 µg/L dan 100 µg/L. Nilai pertumbuhan berat mutlak berkisar antara 0,012 - 0,053 g, pertumbuhan panjang mutlak berkisar 0,72 - 0,92 cm, tingkat kelangsungan hidup (SR) berkisar antara 73 - 80%. Kualitas air selama penelitian menunjukkan suhu berkisar 25 - 29 °C, oksigen terlarut (DO) berkisar 4,2 - 4,7 mg / L, pH 7,62 - 7,63, salinitas berkisar 31 - 32 ppt dan amonia 0,05 - 0,07 ppm. Berdasarkan analisis varians (ANOVA), perlakuan dengan penambahan hormon tiroksin (0 µg/L, 10 µg/L, 50 µg/L dan 100 µg/L) memberikan hasil yang berbeda nyata pada pertumbuhan benih udang windu. Dosis terbaik adalah perlakuan 50 μg / L.
STUDI KETERSEDIAAN INDUK BETINA KEPITING BAKAU MATANG OVARI DI PULAU TARAKAN KALIMANTAN TIMUR Heppi Iromo, M.Si; Nuril Fahriza, M.Si; Muhammad Amien, M.Si
Jurnal Harpodon Borneo Vol 6, No 1 (2013): Volume 6 No 1 April 2013
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.681 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v6i1.52

Abstract

Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas ekonomis yang banyak terdapat di daerah hutan mangrove. Keberadaan induk yang matang gonad saat ini dalam kondisi yang menguatirkan akibat penangkapan yang besar-besaran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketersediaan dan pemanfaatan induk kepiting bakau matang gonad disekitar Pulau Tarakan. Hasil penelitian adalah telah terkumpulnya induk kepiting bakau sebanyak 816 ekor dengan beragam ukuran; berat dan panjang karapas serta berbeda tingkat kematangan gonad. Induk kepiting bakau yang matang gonad berasal dari pulau- pulau kecil disekitar pulau Tarakan yaitu; Pulau Sadau, Pulau Tibi, Pulau Tias, Pulau Mangkudulis dan Pulau Tarakan. Berdasarkan tingkat kematangan gonad yang tertangkap oleh nelayan mulai dari induk kepiting betina yang matang gonad masih berukuran kecil (180-300 gr) sekitar 15% dan induk matang gonad yang berukuran sedang (301-400 gr) sekitar 62% serta induk yang berukuran besar (401-550) hanya sekitar 23%.
PEMANFAATAN KEONG TEMBERUNGUN (Telescopium-telescopium) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MOULTING KEPITING BAKAU (Scylla serrata) Heppi Iromo, M.Si
Jurnal Harpodon Borneo Vol 5, No 1 (2012): Volume 5 No 1 April 2012
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.813 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v5i1.80

Abstract

Feeding with a balanced formulation of nutrition, can help the process of growth  and moulting of mub crab,Scylla serrata. In general, the Soca crab aquaculture  utilize  feed that is still competitive with humans thereby increasing the cost operasional, while in the intensive aquaculture require  the availability of feed in a number of good quality, inexpensive, sustainable and high production value. One of an alternative food for the growth of mud crab is  temberungun snail (Telescopium-telescopium), which is a waste of traditional farming in ponds. This study aimed to compare the effect of  temberungun snail as a feed with other feeds that high economic value for the  growth and moulting of mud crab. The research was carried on  January to May in traditional ponds in the small island of Tarakan. Four feed treatments were applied:  A = trash fish, B = temberungun snails (Telescopium-telescopium), C =  crustaceans (Penaeid sp), D = squid (Loligo sp).   The results of the studi showed that the use of   non-economical feed of  temberungun snail was not significantly different with the other natural feed that high economic value   to growth and moulting of mud crab. Keywords : Scylla serrata, growth, moulting, snail temberungun
PELURUSAN PEMAHAMAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BUDIDAYA KEPITING BAKAU DI KALIMANTAN UTARA Heppi Iromo; Yahya Ahmad Zein
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v3i2.1098

Abstract

Provinsi Kalimantan Utara mengambil kepiting bakau menjadi andalan komoditi unggulannya. Keadaan sosial ekonomi masyarakat petani tambak di Kaltara bisa dikatakan membaik nasibnya sejak meningkatnya harga beli kepiting. Penurunan nilai penangkapan kepiting bakau di wilayah ini diduga akibat dari permen KKP no 56/2016 yaitu tentang larangan penangkapan kepiting dengan ukuran tertentu dan penangapan kepiting bertelur di alam. Tujuan dari pelaksanaan pengabdian msyarakat ini adalah untuk meluruskan kesalah fahaman tentang peraturan pemerintah dalam upaya mengatur usaha perdagangan kepiting bakau di Kalimantan Utara. Pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini ini adalah dengan dengan wawancara, kuesioner, dokumen, dan lain-lain. Hasil kegiatan ini menunjukan bahwa Provinsi Kaltara memiliki sumberdaya kepiting bakau melimpah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah sehingga dibutuhkan regulasi daerah untuk mendukung pengelolaan sumberdaya tersebut dalam bentuk peraturan gubernur. Secara filosofi lahirnya peraturan menteri No.56 Tahun 2016 tersebut pada dasarnya memiliki nilai yang sangat baik sehingga harus sejalan dengan dasar hukum yang ada di atasnya yakni UU No. 45 Tahun 2009 yang memiliki tujuan utama dalam pengelolaan perikanan adalah agar tercapainya kesejahtraan masyarakat dan produktivitas sumberdaya hayati yang berkelanjutan.
OPTIMALISASI REPRODUKSI INDUK UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN POPULASI UDANG WINDU DI PERAIRAN TARAKAN KALIMANTAN UTARA Muhammad Amien; Heppi Iromo
Jurnal Harpodon Borneo Vol 7, No 2 (2014): Volume 7 No 2 Oktober 2014
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.223 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v7i2.116

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin memanfaatkan induk betina udang windu afkir untuk pembenihan udang. Permintaan induk udang windu matang gonad untuk hatchery di Tarakan cukup tinggi. Induk yang digunakan umumnya berasal dari penangkap di perairan lokal sekitar pulau Tarakan. Induk udang yang dibutuhkan oleh pihak perusahaan adalah induk udang yang sudah matang gonad tingkat II dan III. Induk matang gonad yang diperlukan pertahun jumlahnya sekitar 16.000 ekor namun pemanfaatanya belum optimal karena induk-induk tersebut hanya digunakan sekali pemijahan. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi kelangkaan induk dimasa yang akan datang.  Perlu adanya upaya pengamanan terhadap keberadaan induk udang windu alam agar terjaga keseimbangan populasinya, yaitu dengan cara pemanfaatan kembali induk udang afkir agar dapat bereproduksi secara optimal sehingga dapat mengurangi penangkapan induk di alam dan tetap dapat memenuhi kebutuhan benih udang windu. Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah adalah mengumpulkan induk-induk udang windu afkir sehingga terbentuk bank induk. Calon induk yang akan digunakan untuk memproduksi benih dipilih dengan cermat dan memenuhi kriteria sebagai induk.  Selanjutnya calon induk terpilih diadaptasikan dan dilakukan ablasi untuk mempercepat pematangan gonad. Tahap kedua adalah proses pemeliharaan larva yang berasal dari induk udang windu afkir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang induk afkir masih dapat digunakan untuk reproduksi ulang. Tingkat kematian yang masih tinggi pada udang afkir sehingga menyebabkan perbedaan yang nyata (P0.05) dengan induk matang gonad dari alam disebabkan kondisi yang stres pasca pemijahan awal. Kelangsungan hidup larva yang berasal dari induk afkir menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P0.05) dengan larva dari induk matang gonad di alam.   Kata Kunci : Udang windu afkir, matang gonad, larva.
The Effect of Ethanol Extract Karamunting (Melastoma Malabathricum) Leaf of Ovarian Maturation of Mud Crab (Scylla sp) in Traditional Ponds Awaludin Awaludin; Nuril Fahrizah; Heppi Iromo; Muhammad Muhammad
Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan Vol 11 No 1 (2020): Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan
Publisher : Faculty of Science and Technology University Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.509 KB) | DOI: 10.35316/jsapi.v11i1.610

Abstract

Karamunting is a plant that contains cholesterol. Cholesterol is needed by mud crabs as precursors of reproductive hormones in ovarian development. This study aims to determine the effect of karamunting leaf extract which is injected with mangrove crabs (Scylla sp) on the level of ovarian maturity. The stages of the research included extraction of karamunting leaves using ethanol 70%, experiments by injecting the parent crabs consisting of 3 treatments A (control), B treatment (0.25 mg / g body weight), C treatment (0.5 mg / g body weight) maintained for 20 days by feeding trash fish and measuring parameters including morphological ovarian development, somatic gonad index (GSI), and hepatosomatic index (HSI). The results showed that by giving karamunting extract at the end of the GSI study on control (1.70%), treatment A (5.61%), treatment B (4.24%) while on ovarian development with morphological observation at the end of the study on treatment ovarian control develops in the TKG II phase, A treatment in the TKG V phase while treatment B in TKG IV. This shows that by giving karamunting extract can provide the development of mud crab ovaries.
STUDI BUDIDAYA KEPITING SOKA (Soft Crab) DI TAMBAK TRADISIONAL PULAU TARAKAN KALIMANTAN UTARA Heppi Iromo; M. Amien; Suliadi Suliadi
Jurnal Borneo Saintek Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/borneo_saintek.v2i1.637

Abstract

Teknologi budidaya kepiting soka belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan kajian tentang budidaya kepiting soka di beberapa lokasi budidaya yang berkembang di Tarakan. Tujuan dari penelitian ini untuk menggali informasi tentang beberapa beberapa teknik budidaya kepiting soka di Pulau Tarakan Kalimantan Utara. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan metode survei, dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang diperoleh melalui sampling, pengukuran, pengamatan dan wawancara. Data sekunder meliputi data penelitian atau kajian yang dipublikasikan secara umum. Komponen data yang dibutuhkan dalan penenlitian ini terdiri atas beberapa parameter antara lain; Luas lahan yang digunakan, sumber bibit kepiting, cara memilih bibit, Jumlah kebutuhan bibit, dan teknik budidaya kepiting soka serta beberapa parameter kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya kepiting soka di pulau Tarakan menggunakan dua teknik pemotongan organ (multilasi) pada kepiting yaitu pemotongan kaki jalan saja dan pemotongan kaki jalan dan kaki renang. Hasil budidayanya masih menunjukkan tingginya kematian pada kepiting soka yang disebabkan stress pada bibit.