Anas D. Susila
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentumMill.) secara Hidroponik dengan beberapa Komposisi Media Tanam Endang Wijayanti; Anas D. Susila
Buletin Agrohorti Vol. 1 No. 1 (2013): Januari 2013
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.302 KB) | DOI: 10.29244/agrob.1.1.104-112

Abstract

The objectives of this researchwasto determine the effect of growing media composition on growth and production of two varieties of tomatoes in a hydroponic system. The research used Randomized Complate Block Design (RCBD) with two factors, they were tomato varieties and growing media composition. The tomato varieties were (Arthaloka, Permata) and growing media compotition were 100% husk (v/v), 75% husk + 25% bamboo leaves compost (v/v), 50% husks + 50% bamboo leaves compost (v/v), 25% husk + 75% bamboo leaves compost (v/v), and 100% bamboo leaves compost (v/v). Permata variety better than Arthaloka variety, based the higher number of flower and flower bunches, number of fruit, weight of fruit and grade of fruit. Bamboo leaves compost increased heigh of plant at 2-5 week after transplanting (WAT), number of leaves at 2-4 WAT, number of flower at 4-5 WAT, and 7-8 WAT, and number of flowers bunches at 5–11 WAT. The used of bamboo leaf compost 50% (v/v) and 75% (v/v) increased fruit number of tomato Permata variety at 7 WAT.Keywords: rice husk, bamboo leaf compost, hydroponics, tomato production
Penentuan Dosis Optimum Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild.) Hardi Satria Tarigan; Juang Gema Kartika; Anas D. Susila
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 1 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.826 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i1.24435

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk nitrogen yang dapat memberikan hasil maksimum pada produksi pucuk tanaman dengan menggunakan sistem irigasi selang perforasi. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan University Farm, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga. Bahan tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah setek batang kolesom. Percobaan menggunakan rancangan RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) 1 faktor dan 5 taraf dosis pemupukan dan 4 ulangan. Dosis pupuk yang digunakan terdiri atas 0%, 50%, 100%, 150% dan 200%, dimana 100% N = 67.5 kg ha-1, berdasarkan rekomendasi pemupukan pada penelitian sebelumnya. Setiap satuan percobaan ditanam pada petakan dengan ukuran 5 m x 1 m dan jarak tanam 40 cm x 25 cm, setiap petak terdiri dari 25 tanaman. Pemanenan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 30 HST. Pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval panen 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan N berbagai dosis 0%, 50%, 100%, 150%, 200% pada tanaman kolesom meningkatkan secara kuadratik bobot basah brangkasan, tajuk, batang dan meningkatkan secara linier bobot basah daun. Dosis rekomendasi pemupukan N adalah 108.45 kgN ha-1.
Pengelolaan dan Pemupukan Fosfor dan Kalium pada Pertanian Intensif Bawang Merah di Empat Desa di Brebes Muliana; Syaiful Anwar; Arief Hartono; Anas D. Susila; Supiandi Sabiham
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.407 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.1.27-37

Abstract

ABSTRACTThe management and fertilization of shallot cultivation in Brebes is very intensive. The purpose of this research was to study crop management and phosphorus (P) and potassium (K) fertilizations of shallot cultivation by smallholder farmers in four villages in Brebes. The data were collected through survey method, interview, and questionnaires to 14 respondent farmers, and analysis of P and K content of farmer's soil samples. The results showed that the cropping index (IP) was 400-500% comprised of three to four times of shallot cultivation and one rice cultivation. The fertilizations of P and K were 22-171 kg of P2O5 ha-1 and 22-213 kg K2O ha-1, respectively, while the recommended rates were 54 kg P2O5 ha-1 and 78 kg K2O ha-1, respectively. This varied fertilizations were not significantly correlated with productions, except fertilization of K with production in rainy season that was significantly correlated at P < 0.05 (n = 14, r = 0.532). The soil P status was very high at all locations and at all depths (0 - 80 cm), while the soil K status ranged from medium to very high. Keywords: nutrient accumulation, nutrient availability, nutrient residue, nutrient status, smallholder farmersABSTRAKPengelolaan dan pemupukan pada budidaya bawang merah di Brebes sangat intensif. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji pengelolaan pertanaman dan pemupukan fosfor (P) dan kalium (K) bawang merah yang dilakukan petani di empat desa di Brebes. Pengumpulan data dilaksanakan melalui metode survei, wawancara, dan pengisian kuisioner kepada 14 petani responden, dan analisis kadar P dan K sampel tanah lahan petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pertanaman (IP) adalah 400-500% dengan pertanaman bawang merah tiga sampai empat kali dan satu kali pertanaman padi. Pemupukan P dan K berturut-turut berkisar 22–171 kg P2O5 ha-1 dan 22–213 kg K2O ha-1, sementara rekomendasi Distan Brebes berturut-turut adalah 54 kg P2O5 ha-1 dan 78 kg K2O ha-1. Pemupukan bervariasi ini tidak berkorelasi nyata dengan produksi, kecuali pemupukan K dengan produksi pada musim hujan yang berkorelasi nyata pada taraf 5% (n=14, r=0.532). Status P tanah sangat tinggi pada semua lokasi dan pada semua kedalaman (0 – 80 cm), sementara status K tanah lebih bervariasi, yaitu dari sedang sampai sangat tinggi.Kata kunci: akumulasi hara, ketersediaan hara, petani kecil, residu hara, status hara
Penetapan Kebutuhan Air Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) dan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Devie Rienzani Supriadi; Anas D. Susila; Eko Sulistyono
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.333 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.1.38-46

Abstract

ABSTRACTCrop production can not be separated from the management provided, such as cultivation techniques in determining of water requirements. Water availability determines the success of crop production, either vegetative or generative because water is a basic need for plants. This study was conducted from March to June 2016 in a greenhouse of Cikabayan Experimental Station, Bogor Agricultural University. It consisted of 2 sets of experiment. The first experiment used a red pepper (Capsicum annuum L.) and second experiment used a cayenne pepper (Capsicum frutescens L.). Each experiment was arranged in a single factor randomized block design (RBD) with irrigation level treatment (V) consisted of 5 levels, i.e. v1 = 1 kc.Eo, v2 = 2 kc.Eo, v3 = 3 kc.Eo, v4 = 4 kc.Eo, and v5 = 5 kc.Eo. kc is a plant coefficient and Eo is pan evaporation measured every two days before irrigation. The results showed that the response of red pepper (Capsicum annuum L.) and cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) on growth and production parameters were linear. The water requirement of red pepper (Capsicum annuum L.) and cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) was still higher than the highest irrigation level of treatment given in this experiment i.e. 5 kc.Eo.Keywords: evapotranspiration, irrigation, number of flowers, plant coefficient, plant heightABSTRAKKeberhasilan tanaman untuk berproduksi secara maksimal tidak terlepas dari pengelolaan yang diberikan seperti teknik budidaya dalam penetapan jumlah air yang dibutuhkan. Ketersediaan air menentukan keberhasilan produksi tanaman, baik secara vegetatif maupun generatif karena air merupakan kebutuhan dasar bagi tanaman. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2016, bertempat di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini terdiri atas 2 set percobaan, percobaan 1 menggunakan cabai merah (Capsicum annuum L.) dan percobaan 2 menggunakan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Masing-masing percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor perlakuan yaitu tingkat irigasi (V) yang terdiri atas 5 taraf, yaitu: v1 = 1 kc.Eo, v2 = 2 kc.Eo, v3 = 3 kc.Eo, v4 = 4 kc.Eo, dan v5 = 5 kc.Eo. kc adalah koefisien tanaman dan Eo adalah evaporasi panci yang diukur setiap dua hari sekali sebelum irigasi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa respon tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada parameter pertumbuhan dan produksi merupakan respon linier. Kebutuhan air tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tingkat irigasi tertinggi yang diberikan pada percobaan ini yaitu 5 kc.Eo.Kata kunci: evapotranspirasi, irigasi, jumlah bunga, koefisien tanaman, tinggi tanaman
Correlation Study on pottasium in Ultisols for Shallot (Allium ascalonicum L.) Indarti Puji Lestari; Anas D. Susila; Atang Sutandi; Dedi Nursyamsi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.1.41-50

Abstract

Penentuan kadar hara tanah memerlukan metode ekstraksi yang sesuai antara tanah dan tanaman yang dikehendaki. Tujuan penelitian adalah untuk menetapkan metode ekstraksi K tanah terbaik untuk bawang merah di tanah Ultisol dengan pendekatan lokasi tunggal. Penelitian dilaksanakan di Lebak, Provinsi Banten pada Maret 2015 – Mei 2016, dengan dua tahapan yaitu pembuatan status hara K tanah dan uji korelasi K tanah melalui penanaman di rumah kaca. Pembuatan status hara K tanah terdiri atas sangat rendah sampai sangat tinggi (0X, 1/4X, 1/2X, 3/4X, dan X), nilai X merupakan nilai erapan hara K tertinggi, sebesar 509.6 kg K2O ha-1. Pada kegiatan tersebut pupuk K diinkubasi selama tiga bulan, selanjutnya pengambilan sampel tanah pada masing-masing petak untuk dianalisis kadar K tanah. Kadar K tanah dianalisis menggunakan lima macam metode ekstraksi yaitu Bray I (larutan 0.025 N HCl + NH4F 0.03 N), Bray II (NH4F 0.03 N + HCl 0.10 N), Mechlich I (0.0125 M H2SO4 + 0.05 M HCl), HCl 25% dan Olsen (NaHCO3 0.5 M, pH 8.5). Uji korelasi K dilaksanakan di rumah kaca menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), jumlah ulangan lima. Hasil penelitian menunjukkan pembuatan status hara K tanah meningkatkan kadar K di dalam tanah dengan indikator bobot kering tajuk memberikan pola respon quadtratik. Metode ekstraksi hara K tanah terbaik untuk bawang merah di tanah Ultisol adalah Mechlich I, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.77. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penetapan rekomendasi pemupukan K pada bawang merah di tanah Ultisol. Kata kunci: Status hara K, ekstraktan K, dosis pemupukan K
POTASSIUM FERTILIZER AND YOUNG SHOOT REMOVAL OF LARGE WHITE GINGER PLANT IMPROVE RHIZOME SEEDS STORABILITY Melati Melati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi; Anas D. Susila
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.92-107

Abstract

The application of the appropriate potassium dosage is expected to produce high quality of rhizome seeds, hence improving its storability.Growing shoots are a strong sink. Thus, shoot removal aims to divert the photosynthate partition of shoots to the rhizome to improve rhizome development. The purpose of the research was to evaluate K dosage and young shoot removal:s effect to improve the production and quality of rhizome seeds of large white ginger. The experiment was arranged in the glasshouse in a split-plot design with four replications. The main plot was shoot removal treatments: 1) un removal, and 2) young shoots removal at six months after planting(MAP). The subplots were five doses of K; 0, 150 kg/ha, 300kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha equivalent to 0, 3.75, 7.5, 11.25 and 15 g/plant respectively. The potassium fertilization was two times at 1 and 3 MAP, half dosage for each application. There was no interaction between young shoot removal and potassium dosage on the rhizome’s yield, physical, and biochemical quality. However, potassium dosage affected seed viability significantly. Potassium dosage presented a quadratic response with 7.5 g K/plant gave the best seed viability, whereas the optimum dosage for plant height was at 6.7 g K/plant. Shoot removal at 6 MAP produced seeds with enhanced storability, up to 9 months. Furthermore, it also improved seed viability as indicated by better seed growth than unremoval shoot treatment.Keywords: optimum dosage, seed quality, yield, Zingiber officinal. AbstrakPEMUPUKAN KALIUM DAN PEMBUANGAN TUNAS MUDA TANAMAN JAHE MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH JAHE PUTIH BESARPemberian pupuk K yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih rimpang yang bermutu tinggi karena dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Tunas yang sedang berkembang merupakan sink yang kuat. Pembuangan tunas bertujuan untuk dapat mengalihkan partisi fotosintat dari tunas ke rimpang. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk K dan mengetahui pengaruh pembuangan tunas muda terhadap produksi benih dan mutu rimpang jahe putih besar (JPB) sehingga memiliki daya simpan lama. Percobaan disusun dengan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah pembuangan tunas yaitu: 1)tanpa pembuangan tunas, dan 2)tunas muda dibuang pada 6 bulan setelah tanam (BST). Anak petak adalah lima dosis pupuk K yang diberikan pada 30 dan 90 BST yaitu: 1) tanpa K, 2) 150 kg/ha, 300 kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha. Dosis pupuk tersebut setara dengan penambahan 0; 3,75; 7,5; 11,25 dan 15 g per tanaman masing-masing 1/2 dosis pada setiap pemberian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor tunggal pembuangan tunas muda pada umur 6 bulan setelah tanam (BST) dan pupuk K tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu fisik serta biokimia rimpang. Dosis pupuk K memengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Viabilitas benih terbaik didapatkan pada penambahan pupuk K dosis 7,5 g/tanaman dengan respon kuadratik dan konsentrasi optimum untuk tinggi tanaman adalah 6,7 g/tanaman. Pembuangan tunas muda tanaman induk pada 6 BST menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu 9 bulan serta viabilitas benih dengan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan tanaman tanpa pembuangan tunas.Kata kunci: dosis optimum, mutu benih, produksi, Zingiber officinal.
POTASSIUM FERTILIZER AND YOUNG SHOOT REMOVAL OF LARGE WHITE GINGER PLANT IMPROVE RHIZOME SEEDS STORABILITY Melati Melati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi; Anas D. Susila
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.92-107

Abstract

The application of the appropriate potassium dosage is expected to produce high quality of rhizome seeds, hence improving its storability.Growing shoots are a strong sink. Thus, shoot removal aims to divert the photosynthate partition of shoots to the rhizome to improve rhizome development. The purpose of the research was to evaluate K dosage and young shoot removal:s effect to improve the production and quality of rhizome seeds of large white ginger. The experiment was arranged in the glasshouse in a split-plot design with four replications. The main plot was shoot removal treatments: 1) un removal, and 2) young shoots removal at six months after planting(MAP). The subplots were five doses of K; 0, 150 kg/ha, 300kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha equivalent to 0, 3.75, 7.5, 11.25 and 15 g/plant respectively. The potassium fertilization was two times at 1 and 3 MAP, half dosage for each application. There was no interaction between young shoot removal and potassium dosage on the rhizome’s yield, physical, and biochemical quality. However, potassium dosage affected seed viability significantly. Potassium dosage presented a quadratic response with 7.5 g K/plant gave the best seed viability, whereas the optimum dosage for plant height was at 6.7 g K/plant. Shoot removal at 6 MAP produced seeds with enhanced storability, up to 9 months. Furthermore, it also improved seed viability as indicated by better seed growth than unremoval shoot treatment.Keywords: optimum dosage, seed quality, yield, Zingiber officinal. AbstrakPEMUPUKAN KALIUM DAN PEMBUANGAN TUNAS MUDA TANAMAN JAHE MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH JAHE PUTIH BESARPemberian pupuk K yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih rimpang yang bermutu tinggi karena dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Tunas yang sedang berkembang merupakan sink yang kuat. Pembuangan tunas bertujuan untuk dapat mengalihkan partisi fotosintat dari tunas ke rimpang. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk K dan mengetahui pengaruh pembuangan tunas muda terhadap produksi benih dan mutu rimpang jahe putih besar (JPB) sehingga memiliki daya simpan lama. Percobaan disusun dengan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah pembuangan tunas yaitu: 1)tanpa pembuangan tunas, dan 2)tunas muda dibuang pada 6 bulan setelah tanam (BST). Anak petak adalah lima dosis pupuk K yang diberikan pada 30 dan 90 BST yaitu: 1) tanpa K, 2) 150 kg/ha, 300 kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha. Dosis pupuk tersebut setara dengan penambahan 0; 3,75; 7,5; 11,25 dan 15 g per tanaman masing-masing 1/2 dosis pada setiap pemberian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor tunggal pembuangan tunas muda pada umur 6 bulan setelah tanam (BST) dan pupuk K tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu fisik serta biokimia rimpang. Dosis pupuk K memengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Viabilitas benih terbaik didapatkan pada penambahan pupuk K dosis 7,5 g/tanaman dengan respon kuadratik dan konsentrasi optimum untuk tinggi tanaman adalah 6,7 g/tanaman. Pembuangan tunas muda tanaman induk pada 6 BST menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu 9 bulan serta viabilitas benih dengan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan tanaman tanpa pembuangan tunas.Kata kunci: dosis optimum, mutu benih, produksi, Zingiber officinal.