Muliari Muliari
Department Of Aquaculture, Faculty Of Agriculture, Universitas Almuslim. Jl. Almuslim, Matang Glumpang Dua, Peusangan, Bireuen 24261, Aceh

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN (TUTORIAL) PADA MATA KULIAH SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DENGAN MENGGUNAKAN CAMTASIA STUDIO Muamar, M. Rezeki; Muliari, Muliari
Jurnal Pendidikan Almuslim Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Pendidikan Almuslim
Publisher : Jurnal Pendidikan Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

STUDY OF CORAL REEF AFTER TSUNAMI IN WEH AND ACEH ISLANDS WATERS Muliari, Muliari; Soedharma, Dedi; P. Zamani, Neviaty; Herdiana, Yudi
Jurnal Pendidikan Almuslim Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Pendidikan Almuslim
Publisher : Jurnal Pendidikan Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Phytoplankton community as bioindicators in aquaculture media Tilapia (Oreochromis niloticus) exposed to detergent and pesticide waste Yusrizal Akmal; Rindhira Humairani; Muliari Muliari; Hanum Hanum; Ilham Zulfahmi
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.akuatikisle.5.1.7-14

Abstract

Phytoplankton is a bio-indicator of fertility in waters. This study aims to determine the impact of detergent and pesticide waste on the phytoplankton community structure in in tilapia aquaculture media. The phytoplankton identification stage was carried out at the MIPA Laboratory Almuslim University. The parameters studied were phytoplankton abundance, diversity index, uniformity index, dominance index, and water quality parameters. The results of this study showed that detergent and pesticide waste at the end of the study had caused a decrease in the abundance value of phytoplankton by 3,250 individual/L and 3,750 individual/L. In the control treatment, the highest phytoplankton composition was dominated by Chaetoceros sp., while the pesticide and detergent treatments were dominated by Golenkenia sp. and Microcystis sp. Exposure to detergent and pesticide waste reduced the diversity index value, the phytoplankton uniformity index value. At the beginning of the study, it has a moderate diversity index (H '= 2.485–3.072), while at the end of the study it shows low diversity (H' = 2.111–2.375). Furthermore, at the beginning and at the end of the study there was a decrease in the uniformity index value (E = 0.87–1.01) and (H '= 0.88–0.94).
PENGARUH SUHU TERHADAP DERAJAT PENETASAN TELUR DAN PERKEMBANGAN LARVA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Derli Aidil; Ilham Zulfahmi; Muliari Muliari
JESBIO : Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 5 No 1 (2016): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh suhu terhadap derajat penetasan telur dan perkembangan larva ikan Lele Sangkuriang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan suhu (A: 25 oC; B : 28 oC; C: 30 oC; D: 32 oC) dan 3 pengulangan. Analisis dilakukan terhadap derajat penetasan telur, tingkat kelangsungan hidup danabnormalitas larva.  Analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa  derajat penetasan telur tertinggi terdapat  pada perlakuan B (85,67 %)  dan cenderung menurun pada Perlakuan C (67,67 %) dan D (42,67 %). Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan B(82,67%) dan terendah pada perlakuan D(40,00%). Pengaturan suhu pada perlakuan Bmemberikan pengaruh yang nyata terhadap derajat tetas telur, kelangsungan hidup dan abnormalitas larva ikan Lele Sangkuriang(p<0,05). Kata kunci: Derajat penetasan, Tingkat kelangsungan hidup, Abnormalitas larva.
PENGARUH SUHU TERHADAP DERAJAT PENETASAN TELUR DAN PERKEMBANGAN LARVA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Derli Aidil; Ilham Zulfahmi; Muliari Muliari
JESBIO : Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 5 No 1 (2016): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.835 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh suhu terhadap derajat penetasan telur dan perkembangan larva ikan Lele Sangkuriang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan suhu (A: 25 oC; B : 28 oC; C: 30 oC; D: 32 oC) dan 3 pengulangan. Analisis dilakukan terhadap derajat penetasan telur, tingkat kelangsungan hidup danabnormalitas larva.  Analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa  derajat penetasan telur tertinggi terdapat  pada perlakuan B (85,67 %)  dan cenderung menurun pada Perlakuan C (67,67 %) dan D (42,67 %). Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan B(82,67%) dan terendah pada perlakuan D(40,00%). Pengaturan suhu pada perlakuan Bmemberikan pengaruh yang nyata terhadap derajat tetas telur, kelangsungan hidup dan abnormalitas larva ikan Lele Sangkuriang(p<0,05). Kata kunci: Derajat penetasan, Tingkat kelangsungan hidup, Abnormalitas larva.
Variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan (Decapoda: Ocypodidae) yang ditangkap di Kawasan Mangrove Jaboi, Pulau Weh, Indonesia Djamani Rianjuanda; Ilham Zulfahmi; Kavinta Melanie; Chairun Nisa; Epa Paujiah; Irfannur Irfannur; Muliari Muliari; Rena Marlinda
Depik Vol 9, No 3 (2020): December 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.095 KB) | DOI: 10.13170/depik.9.3.16887

Abstract

The objective of the present study was to analyze the morphometrics variation of three male fiddler crab species collected from Jaboi mangrove area, Weh island, Indonesia. A total of 50 male fiddler crab species from each species (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans and Austruca perplexa) were collected from three research station used digging method and direct capture. The number of morphological characters that measured was 18 characters. The water quality and soil parameters observed were salinity, pH of water and soil, water temperature, C-organic concentration in substrate and sediment type. ANOVA (confidence interval of 95%) and Discriminant Function Analysis was used for analizing the morphometric variation beetwen species. The results showed that the mangrove area of Jaboi, Weh island provides a suitable habitat characteristic for male fiddler crab. Tubuca dussumieri and Gelasius vocans tend distributed in the area with sediment type of mud, while Austruca perplexa tends distributed in the area with sediment type of sand. The result of statistical analysis showed that there were ten separate characters between Tubuca dussumieri and Gelasimus vocans, 17 separate characters between Tubtubuca dussumieri and Austruca perplexa, and 13 separate characters between Gelasimus vocans and Austruca perplexa. Morphometrics variation can be observed in the carapace, propodus, mouth, walking legs, and eye stalks.Keywords:Morphometric variationCarapacs lengthBig propudusSmall propudusWalking legsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan yang ditangkap di kawasan mangrove Jaboi Pulau Weh, Indonesia. Sebanyak 50 ekor kepiting biola jantan dari masing masing jenis (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans dan Austruca perplexa) dikoleksi dari tiga titik stasiun penelitian menggunakan metode digging dan pengambilan langsung. Jumlah karakter morfometrik kepiting jantan yang diukur adalah sebanyak 18 karakter. Parameter kualitas air dan tanah yang diukur meliputi salinitas, pH air, pH tanah, suhu air, kandungan C-organik subtrat dan tipe sedimen. Analisis terhadap data morfometrik dilakukan menggunakan ANOVA (selang kepercayaan 95%) dan Discriminant Function Analysis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kawasan mangrove Jaboi, Pulau Weh memiliki karakteristik habitat yang sesuai bagi kepiting biola. Tubuca dussumieri dan Gelasimus vocans cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen lumpur yang lebih tinggi, sementara Austruca perplexa cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen pasir yang lebih tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat 10 karakter pembeda antara Tubuca dussumieri dengan Gelasimus vocans, 17 karakter pembeda antara Tubtubuca dussumieri dengan Austruca perplexa dan 13 karakter pembeda antara Gelasimus vocans dengan Austruca perplexa. Variasi morfometrik tersebut dapat terlihat pada bagian karapas, capit, mulut, kaki gerak dan tangkai mata.Kata kunci:Variasi morfometrikPanjang karapasCapit besarCapit kecilKaki gerak
Variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan (Decapoda: Ocypodidae) yang ditangkap di Kawasan Mangrove Jaboi, Pulau Weh, Indonesia Djamani Rianjuanda; Ilham Zulfahmi; Kavinta Melanie; Chairun Nisa; Epa Paujiah; Irfannur Irfannur; Muliari Muliari; Rena Marlinda
Depik Vol 9, No 3 (2020): December 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.3.16887

Abstract

The objective of the present study was to analyze the morphometrics variation of three male fiddler crab species collected from Jaboi mangrove area, Weh island, Indonesia. A total of 50 male fiddler crab species from each species (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans and Austruca perplexa) were collected from three research station used digging method and direct capture. The number of morphological characters that measured was 18 characters. The water quality and soil parameters observed were salinity, pH of water and soil, water temperature, C-organic concentration in substrate and sediment type. ANOVA (confidence interval of 95%) and Discriminant Function Analysis was used for analizing the morphometric variation beetwen species. The results showed that the mangrove area of Jaboi, Weh island provides a suitable habitat characteristic for male fiddler crab. Tubuca dussumieri and Gelasius vocans tend distributed in the area with sediment type of mud, while Austruca perplexa tends distributed in the area with sediment type of sand. The result of statistical analysis showed that there were ten separate characters between Tubuca dussumieri and Gelasimus vocans, 17 separate characters between Tubtubuca dussumieri and Austruca perplexa, and 13 separate characters between Gelasimus vocans and Austruca perplexa. Morphometrics variation can be observed in the carapace, propodus, mouth, walking legs, and eye stalks.Keywords:Morphometric variationCarapacs lengthBig propudusSmall propudusWalking legsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan yang ditangkap di kawasan mangrove Jaboi Pulau Weh, Indonesia. Sebanyak 50 ekor kepiting biola jantan dari masing masing jenis (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans dan Austruca perplexa) dikoleksi dari tiga titik stasiun penelitian menggunakan metode digging dan pengambilan langsung. Jumlah karakter morfometrik kepiting jantan yang diukur adalah sebanyak 18 karakter. Parameter kualitas air dan tanah yang diukur meliputi salinitas, pH air, pH tanah, suhu air, kandungan C-organik subtrat dan tipe sedimen. Analisis terhadap data morfometrik dilakukan menggunakan ANOVA (selang kepercayaan 95%) dan Discriminant Function Analysis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kawasan mangrove Jaboi, Pulau Weh memiliki karakteristik habitat yang sesuai bagi kepiting biola. Tubuca dussumieri dan Gelasimus vocans cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen lumpur yang lebih tinggi, sementara Austruca perplexa cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen pasir yang lebih tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat 10 karakter pembeda antara Tubuca dussumieri dengan Gelasimus vocans, 17 karakter pembeda antara Tubtubuca dussumieri dengan Austruca perplexa dan 13 karakter pembeda antara Gelasimus vocans dengan Austruca perplexa. Variasi morfometrik tersebut dapat terlihat pada bagian karapas, capit, mulut, kaki gerak dan tangkai mata.Kata kunci:Variasi morfometrikPanjang karapasCapit besarCapit kecilKaki gerak
Variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan (Decapoda: Ocypodidae) yang ditangkap di Kawasan Mangrove Jaboi, Pulau Weh, Indonesia Djamani Rianjuanda; Ilham Zulfahmi; Kavinta Melanie; Chairun Nisa; Epa Paujiah; Irfannur Irfannur; Muliari Muliari; Rena Marlinda
Depik Vol 9, No 3 (2020): December 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.3.16887

Abstract

The objective of the present study was to analyze the morphometrics variation of three male fiddler crab species collected from Jaboi mangrove area, Weh island, Indonesia. A total of 50 male fiddler crab species from each species (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans and Austruca perplexa) were collected from three research station used digging method and direct capture. The number of morphological characters that measured was 18 characters. The water quality and soil parameters observed were salinity, pH of water and soil, water temperature, C-organic concentration in substrate and sediment type. ANOVA (confidence interval of 95%) and Discriminant Function Analysis was used for analizing the morphometric variation beetwen species. The results showed that the mangrove area of Jaboi, Weh island provides a suitable habitat characteristic for male fiddler crab. Tubuca dussumieri and Gelasius vocans tend distributed in the area with sediment type of mud, while Austruca perplexa tends distributed in the area with sediment type of sand. The result of statistical analysis showed that there were ten separate characters between Tubuca dussumieri and Gelasimus vocans, 17 separate characters between Tubtubuca dussumieri and Austruca perplexa, and 13 separate characters between Gelasimus vocans and Austruca perplexa. Morphometrics variation can be observed in the carapace, propodus, mouth, walking legs, and eye stalks.Keywords:Morphometric variationCarapacs lengthBig propudusSmall propudusWalking legsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan yang ditangkap di kawasan mangrove Jaboi Pulau Weh, Indonesia. Sebanyak 50 ekor kepiting biola jantan dari masing masing jenis (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans dan Austruca perplexa) dikoleksi dari tiga titik stasiun penelitian menggunakan metode digging dan pengambilan langsung. Jumlah karakter morfometrik kepiting jantan yang diukur adalah sebanyak 18 karakter. Parameter kualitas air dan tanah yang diukur meliputi salinitas, pH air, pH tanah, suhu air, kandungan C-organik subtrat dan tipe sedimen. Analisis terhadap data morfometrik dilakukan menggunakan ANOVA (selang kepercayaan 95%) dan Discriminant Function Analysis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kawasan mangrove Jaboi, Pulau Weh memiliki karakteristik habitat yang sesuai bagi kepiting biola. Tubuca dussumieri dan Gelasimus vocans cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen lumpur yang lebih tinggi, sementara Austruca perplexa cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen pasir yang lebih tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat 10 karakter pembeda antara Tubuca dussumieri dengan Gelasimus vocans, 17 karakter pembeda antara Tubtubuca dussumieri dengan Austruca perplexa dan 13 karakter pembeda antara Gelasimus vocans dengan Austruca perplexa. Variasi morfometrik tersebut dapat terlihat pada bagian karapas, capit, mulut, kaki gerak dan tangkai mata.Kata kunci:Variasi morfometrikPanjang karapasCapit besarCapit kecilKaki gerak