Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PURIFIKASI DAN PROFIL PROTEIN OVOTRANSFERRIN DARI EGGSHELL MEMBRANE TELUR AYAM RAS DAN BURAS Risa Fazriyati Siregar; Ahmad Ni’matullah Al–Baarri; Antonius Hintono; Yoyok Budi Pramono; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 27 No. 1 (2016): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.356 KB) | DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.87

Abstract

Eggs consumption in Indonesia increases every year resulting in egg shell waste. In addition, the functional components including ovotransferrin existing in this waste has not been yet studied well. This research has been done to explore ovotransferrin in egg shell membrane from local Indonesia and leghorn hens. The ion exchange chromatography using SP-Sepharose Fast Flow was used to purify the ovotransferrin from egg shell membrane. The fractions from salt elution were analyzed for protein concentration and protein profile using sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS - PAGE). The result showed that the best concentration of salt elution to obtain ovotransferrin was 0.1 mM NaCl since the single band was detected among other fractions. The ovotransferrin concentration (%) per single egg was also calculated as much as 0.75±0.017 and 0.16±0.005 for leghorn dan local Indonesia hen, respectively. This result may provide the beneficial information to purify ovotransferrin from egg shell membrane which conceivably as a food preservative agent.
Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan Kecerahan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) yang Dikukus pada Berbagai Lama Waktu Pemanasan Lutfi Amalia Shaliha; Setya Budi Muhammad Abduh; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.618 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan aktivitas antioksidan, tekstur dan kecerahan ubi jalar ungu selama pengukusan hingga 50 menit. Ubi jalar ungu dikukus pada suhu 75-85°C selama 50 menit. Pada menit ke-30, 35, 40, 45 dan 50 tiga sampel diambil untuk dihaluskan dengan mortar dan dihomogenkan dengan ribbon mixer. Sampel lalu diuji aktivitas antioksidan secara DPPH, tekstur secara texture profile analysis dan kecerahan secara digital. Data lalu dianalisis secara regresi. Seiring lama waktu pengukusan, aktivitas antioksidan dan hardness menurun dengan laju masing-masing sebesar 0,885 %/menit dan 0,794 g/cm2/menit sedangkan cohesiveness, adhesiveness dan lightness meningkat dengan laju masing-masing sebesar 0,0208 mm/h/menit; 0,0094 N/mm; 0,6774 nhg/menit. Dapat disimpulkan bahwa waktu optimal pengukusan adalah 39 menit dengan nilai aktivitas antioksidan, hardness, cohesiveness, adhesiveness, kecerahan masing-masing sebesar 52,75%; 54,35 g/cm2; 0,37 mm/h; 0,53 N/mm; 13,730 nhg.AbstractThis study aimed to determine changes in antioxidant activity, texture and brightness of purple sweet potato during steaming up to 50 minutes. Purple sweet potato steamed at temperature of 75-85°C for 50 minutes. Three samples taken to mash with a mortar and homogenize with a ribbon mixer in minute 30, 35, 40, 45 and 50. Samples were tested the antioxidant activity in DPPH, texture profile analysis and digital colormeter. Data was analyzed by regression. Antioxidant activity and hardness decreased at a rate of respectively 0.885 %/minute and 0.794 g/cm2/minute while cohesiveness, adhesiveness and lightness increased at a rate amounting to 0.0208 mm/h/minute; 0.0094 N/mm; 0.6774 nhg/min a long with steaming time. It can be concluded that the optimal steaming time is 39 minutes with a value of antioxidant activity, hardness, cohesiveness, adhesiveness, brightness respectively by 52.75%; 54.35 g/cm2; 0.37 mm/h; 0.53 N/mm; 13.000 nhg.
Perubahan Total Bakteri, pH, dan Melanoidin Susu Selama Pemanasan Suhu 70°C Muhammad As'ad Wibisono; Setya Budi Muhammad Abduh; Yoyok Budi Pramono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 1 (2016): Februari 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.757 KB) | DOI: 10.17728/jatp.v5i1.7

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri susu terhadap suhu pemanasan 70°C pada lama pemanasan yang berbeda serta mengkaji lebih dalam terhadap kerusakan fisik dan kimiawi susu. Pemanasan  70°C dengan periode 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit diterapkan untuk mengkaji kematian bakteri susu dan risiko kerusakan kimiawi yang mengakibatkan perubahan intensitas pencoklatan susu dan perubahan pH. Total bakteri dihitung dengan metode cawan tuang. Intensitas pencoklatan diamati dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 420 nm. Nilai pH diamati dengan menggunakan pH meter. Data perubahan total bakteri ditampilkan dalam grafik semi-log untuk menentukan nilai D. Perubahan intensitas pencoklatan, dan perubahan nilai pH dianalisa dengan analisa deskriptif terhadap perubahan grafik. Penelitian menunjukkan, waktu yang dibutuhkan untuk mematikan 90% bakteri (Nilai D) pada suhu 70°C adalah sebesar 7552,49 detik. Pemanasan yang dilakukan tidak  mengubah intensitas pencoklatan susu (0,4 – 0,6 abs) tapi meningkatkan pH meski masih dalam batas normal (6,65 – 6,81). Nilai kemiringan (Slope) pada grafik total bakteri menunjukkan angka -1,32x10-4, pada grafik pH menunjukkan angka 4,24x10-5, pada grafik melanoidin menunjukkan angka 1,19x10-5. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penurunan bakteri susu dipengaruhi oleh pemanasan. Nilai D bakteri sebanyak 1 siklus logaritma membutuhkan waktu  sebesar 5789,26 detik. Perubahan pH susu akibat pemanasan terjadi dalam rentang normal sebesar 6,66 hingga 6,85. Intensitas pencoklatan berbanding lurus  dengan periode pemanasan, dengan konstanta laju perubahan intensitas pencoklatan (k) sebesar 8x10-5/s. Nilai kemiringan (Slope) pada total bakteri, pH, dan melanoidin berturut- turut adalah -1,32x10-4;  4,24x10-5; dan  1,19x10-5. Nilai kemiringan pada total bakteri lebih besar dibandingkan pH dan melanodin menunjukkan bahwa susu tahan terhadap suhu yang dihasilkan dari pemanasan dan terjadi kematian bakteri dalam  jumlah besar sesuai dengan tujuan dari pemanasan susu.
Sifat Fisik Edible Film yang Terbuat dari Tepung Pati Umbi Garut dan Minyak Sawit Amalina Noor Shabrina; Setya Budi Muhammad Abduh; Antonius Hintono; Yoga Pratama
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.213 KB) | DOI: 10.17728/jatp.239

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik edible film dari tepung pati umbi garut dan minyak sawit dengan perbedaan konsentrasi antar keduanya, serta mengetahui konsentrasi yang tepat antara beberapa perlakuan yang menghasilkan edible film terbaik. Penelitian ini dirancang secara acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor I adalah konsentrasi tepung pati umbi garut (3%, 4%, dan 5% b/v) dan faktor II adalah penambahan konsentrasi minyak sawit (0%, 0,3%, dan 0,6% v/v). Setiap perlakuan dilakukan  sebanyak 3 kali ulangan dengan parameter yang diujikan yaitu berupa ketebalan, water vapor transmission rate, tensile strength, dan persentase pemanjangan. Nilai water vapor transmission rate  terbaik yaitu sebesar 10,691 g/m2/jam dengan formula konsentrasi tepung pati umbi garut 5% (b/v) dan konsentrasi minyak sawit 0,6% (v/v). Pada nilai water vapor transmission rate ini, nilai ketebalan yang diperoleh yaitu 0,1134 mm, tensile strength 2,8 N/mm2 dan presentase pemanjangan 43%. Dalam menentukan nilai, tepung pati umbi garut dan minyak berinteraksi (P<0,05) pada nilai ketebalan, water vapor transmission rate, dan persentase pemanjangan namun tidak berinteraksi (P>0,05) dalam menentukan nilai tensile strength.The purpose of this research is to determine the physical properties of edible film from arrowroot starch flour and palm oil with difference concentration between both of them, and also to investigate the right concentration among some treatment which have best result. This research used Completely Randomized (CRD) is arranged with two factors. The first factor was the concentration of arrowroot stratch flour (3%, 4%, and 5% b/v) and the second was the concentration of palm oil (0%, 0,3%, and 0,6% v/v). Each treatments for 3 replication, with paramaters measured were thickness, water vapor transmission rate, tensile strength and elongation. The best result of water vapor transmission rate that is 10,691 g/mm2/hour, with formula of the concentration of arrowroot starch flour is 5% and then concentration of palm oil is 0,6%. In this value of water transmission rate, the value of thickness is 0,1134 mm, tensile strength 2,8 N/mm2 and elongation 43%. The result showed the interaction between  concentration of arrowroot starch flour and  palm oil against the thickness, water vapor transmission rate, and elongation (P<0,05). But, there is no interaction with tensile strength (P>0,05).
Intensitas Warna Kecoklatan, Sifat Antioksidan, dan Goaty Aroma pada Proses Glikasi Whey Susu Kambing dengan L-psikosa, L-tagatosa, dan L-fruktosa Yanuar Adi Purbo Waskito; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.27 KB)

Abstract

Rare sugar yang ditambahkan dalam whey susu kambing yang dapat dimanfaatkan untuk menekan risiko obesitas dan meningkatkan sifat fungsionalnya. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui perubahan intensitas warna kecoklatan, sifat antioksidan, dan goaty aroma akibat proses glikasi whey susu kambing dengan penambahan L-psikosa, L-tagatosa, dan L-fruktosa.Perlakuan yang diterapkan adalah pengaruh penambahan rare sugar sebanyak4% L-psikosa(T1), 4% L-tagatosa(T2) dan 4% L-fruktosa(T3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rare sugar (4%)memberikan pengaruh yangnyata (P>0,05) terhadap intensitas warna kecoklatan,sifat antioksidan, dan goaty aroma. Intensitas warna kecoklatan menghasilkan angka 0,186-0,611%; sifat antioksidan 14,403-37,610%; dangoaty aroma sebesar 3,88-5,08. Kesi
Intensitas Kecoklatan dan Aroma Skim Susu Kambing Akibat Poses Glikasi dengan Rare Sugar (D- dan L-psicose) dan D-glucose Ririn Hidayanti; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.604 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data secara ilmiah pengaruh penambahan rare sugar (D-psicose, L-psicose) dan D-glucose pada skim susu kambing melalui proses glikasi terhadap intensitas kecoklatan dan aroma. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 kali ulangan untuk pengujian intensitas kecoklatan dan pengujian aroma menggunakan uji organoleptik dengan 25 panelis agak terlatih. Perlakuan yang diterapkan adalah T1 = skim susu kambing dan gula D-psicose 4%, T2 = skim susu kambing dan gula L-psicose 4% dan T3 = skim susu kambing dan gula D-glucose 4%. Data pengaruh perlakuan terhadap intensitas kecoklatan diolah secara ANOVA pada taraf signifikasi 5%, pengaruh yang nyata yang dihasilkan dari perlakuan diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test, adapun data uji aroma dianalisis secara non parametrik dengan metode Kruskal Wallis. Keduanya diolah menggunakan bantuan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai macam gula (D-psicose, L-psicose, D-glucose) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap intensitas kecoklatan namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma skim susu kambing. Nilai intensitas kecoklatan yang ditunjukkan dari nilai absorban yaitu 0,13-0,15 dan kategori aroma adalah dari agak tidak beraroma goaty hingga tidak beraroma goaty. Intensitas kecoklatan yang berbeda dimungkinkan adanya perbedaan letak gugus karbonil antara gula D-psicose dan D-glucose.
Perubahan Mutu Ikan Manyung Selama Pengasapan pada Suhu 60oC Muhammad Fareza; V. Priyo Bintoro; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.886 KB) | DOI: 10.17728/jatp.269

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui perubahan mutu ikan selama proses pengasapan dengan kabinet pengasap pada suhu 60oC. Setidaknya 3 sampel ikan diasap dengan durasi: 20, 40, 60, 80, 100 menit. Mutu ikan kemudian diuji dengan metode sebagai berikut. Kadar air secara gravimetri, aktivitas air dengan aw meter, kadar protein secara metode Kjeldahl, tekstur secara texture profile analysis dan warna dengan digital color meter. Analisis regresi terhadap data mutu menghasilkan persamaan sebagai berikut. Kadar air: y= -0.0361x+75.578, aw: y = -0.0001x+0.9609, protein y= -0.0441x+19.538, tekstur:  hardness, cohesiveness, adhesiveness dan springiness berturut-turut yaitu y= 2.5417x+110.89, y= 2E-06x3–0.0003x2+0.0118x+ 0.4625, y= 1E-05x2+6E-05x+0.039, dan y= 0.007x+3.0857, warna: y= -0.321x+65.592. Berdasarkan persamaan yang diperoleh, untuk mendapatkan ikan asap dengan kadar air sesuai SNI yaitu sebesar 60 % diperlukan durasi pengasapan selama 431,52 menit. Durasi pengasapan ini diduga menghasilkan ikan asap dengan kadar air sebesar 60% dan akan memiliki nilai aktivitas air sebesar 0,917, kadar protein 0,508%, tekstur hardness, cohesiveness, adhesiveness dan springiness berturut-turut yaitu 1207,684 g-force, 110,397 g-force, 1,926 g-force, dan 6,106 g-force sedangkan intensitas warna L* -68,925.
SIFAT FISIK, ORGANOLEPTIK, DAN KESUKAAN YOGURT DRINK DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH NANGKA Nur Azizah; Yoyok Budi Pramono; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.834 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui adanya pengaruh dari penambahan ekstrak buah nangka terhadap sifat fisik, organoleptik, dan kesukaan yogurt drink. Yogurt dibuat dengan memfermentasi susu skim (4 ulangan) dengan starter (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium longum ATCC 15707) dan ditambahi ekstrak nangka (0, 1, 3 dan 5 %) pada jam ke-3 berupa supernatan yang dibuat dari daging buah yang dibuburkan, lalu disaring dengan kain ukuran 45 mesh dan disentrifugasi pada 6000 rpm selama 20 menit. Fermentasi dihentikan ketika keasaman mencapai 0,8 %. Uji sifat fisik yang meliputi pH dan kekentalan menghasilkan nilai masing-masing sebesar 4,34 - 4,45 dan 7,17 - 18,04 cP sedangkan uji organoleptik dengan 25 orang panelis menghasilkan rentang citarasa yogurt berkisar antara asam hingga tidak asam sedangkan kesukaan panelis terhadapnya berada dalam rentang agak suka hingga sangat suka. Analisis sidik ragam mengindikasikan level ekstrak nangka tidak berkontribusi terhadap nilai pH namun secara nyata menurunkan kekentalan. Berdasar Uji Wilayah Ganda Duncan, penurunan ini seiring dengan semakin banyak ekstrak buah nangka yang ditambahkan. Analisis Kruskal-Wallis terhadap data dari 25 panelis mengindikasikan ekstrak nangka mengurangi rasa asam pada uji organoleptik, meningkatkan kesukaan panelis namun tidak berpengaruh terhadap tekstur.
Perubahan Konsentrasi Biomassa, Kadar Asam Sianida (HCN), pH dan Tampilan Sensori dari Koro Pedang Selama Proses Fermentasi 4 Hari Felia Wahono; Setya Budi Muhammad Abduh; Nurwantoro Nurwantoro
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.254 KB) | DOI: 10.17728/jatp.194

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan biomassa, kadar asam sianida, pH, tekstur objektif dan tampilan sensori koro pedang yang difermentasi dengan jumlah inokulum yang berbeda selama 4 hari. Koro pedang kering, direndam dalam air selama 2 hari kemudian dikukus selama 30 menit sebelum ditambahkan inokulum berupa ragi tempe yang telah diketahui kepadatan selnya, sebanyak 1%, 2% dan 3% (b/b). Koro kemudian dibungkus dengan plastik yang telah dilubangi sekitar 10% dari luas areanya. Koro lalu diinkubasi selama 4 hari pada suhu 27 °C. Setiap 24 jam, mutu koro pedang diamati. Biomassa ditentukan secara TPC (Total Plate Count), kadar asam sianida ditentukan secara spektrofotometri, dan tampilan sensori dilakukan secara sensori. Selama fermentasi hingga 4 hari, koro pedang dengan inokulum 1%, biomassanya semakin banyak, asam sianidanya semakin rendah, pH-nya semakin rendah, tampilannya semakin kompak dan berwarna putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi inokulum 1% menghasilkan pola fermentasi yang konsisten dan mudah dipahami sesuai teori dengan mutu pada hari ke-4 yang masih dapat diterima. Penurunan kadar asam sianida yang terjadi mengindikasikannya sebagai efek dari dihasilkannya produk metabolit primer. This study was purposed observe the changes in some paramaters i.e. biomass, concentration of cyanide acid (HCN), pH, and sensory characteristic of Canavalia ensiformis during fermentation for four days. An amount of sun-dried Canavalia ensiformis were soaked in water for 2 days and then steamed for 30 minutes prior to addition of inoculum in 1%, 2% and 3% (w/w). Samples then were wrapped in 10%-hollowed transparetnt plastic bags and incubated for 4 days at 27°C. Every 24 hours, the quality of the fermented Canavalia ensiformis were observed. Biomass concentration was determined by mean of TPC (Total Plate Count), cyanide acid was determined by mean of spectrophotometry, whereas the visual appearance was determined by sensory assessment. During fermentation, Canavalia ensiformis with 1% inoculum resulted in a lowering concentration of cyanide, lowering concentration of biomass, lowering in pH, and more compact and white visual appearance. The results indicated that 1% inoculum yielded a consistent pattern in fermentation and easily understood in accordance with some theories. It also resulted in an acceptable final product. The lowering concentration in cyanid indicated that it was influenced by the production of primary metabolites.
Intensitas Warna Kecoklatan, Sifat Antioksidan, dan Goaty Aroma pada Proses Glikasi Whey Susu Kambing dengan L-psikosa, L-tagatosa, dan L-fruktosa Yanuar Adi Waskito; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Setya Budi Muhammad Abduh
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.27 KB)

Abstract

Rare sugar yang ditambahkan dalam whey susu kambing yang dapat dimanfaatkan untuk menekan risiko obesitas dan meningkatkan sifat fungsionalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan intensitas warna kecoklatan, sifat antioksidan, dan goaty aroma akibat proses glikasi whey susu kambing dengan penambahan L-psikosa, L-tagatosa, dan L-fruktosa. Perlakuan yang diterapkan adalah pengaruh penambahan rare sugar sebanyak 4% L-psikosa (T1), 4% L-tagatosa (T2) dan 4% L-fruktosa (T3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rare sugar (4%) memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap intensitas warna kecoklatan, sifat antioksidan, dan goaty aroma. Intensitas warna kecoklatan menghasilkan angka 0,186-0,611%; sifat antioksidan 14,403-37,610%; dan goaty aroma sebesar 3,88-5,08. Kesimpulan dari penelitian ini adalah whey susu kambing dengan penambahan rare sugar sebesar 4% meningkatkan sifat fungsional intensitas warna, sifat antioksidan, dan menurunkan goaty aroma whey susu kambing.