Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Muhammadiyah's Educational Philanthropy Movement in North Kolaka Muhammad Alifuddin; Suarni Suarni; Nurjannah Nurjannah
Shautut Tarbiyah Vol 26, No 1 (2020): Education in Islamic Societies
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v26i1.1888

Abstract

This study aims to provide an analytical view of the Muhammadiyah Education Philanthropy Movement in North Kolaka. The research data was obtained through a series of in-depth interviews, observations and document studies. All data obtained was assessed in stages using the Miles and Huberman analysis models.Based on data’s found in the field of research, the Muhammadiyah educational philanthropy movement has existed in this region since 1968. The Muhammadiyah philanthropy movement in North Kolaka is a social fact that is inevitable to be appreciated. Imagine, the movement of social movements has been present in a social space that was historically geographically isolated and prone to historically political politics. In such limited conditions, in a period where the eyes of social movements are generally still "quiet" asleep and while the hands of devotion are still rigidly grasped, Muhammadiyah with all its limitations greets the hopes of rural children who are far from educational services, in order to provide formula of literacy as the solution to the thirst for education that they feel and never felt before.Muhammadiyah's ability to fulfill literacy expectations for a number of rural children during the period of education scarcity in North Kolaka which continues to this day, such a nice result of collective sincerity after all. The construction of collective excitement is channeled philanthropically by the Muhammadiyah community on the foundation of humanitarian principles that are rahmatanlilalamin, with one common goal, namely; enrich the life of a nation. These efforts in the political context can be interpreted as wordless nationalism, which is very rarely filtered through proclamation but lives in reality.Keywords: Philantrophy, Education and Muhammadiyah
JEJAK KARYA DAN PEMIKIRAN ABDUL DJABBAR ABU (TH. 1935-2000) MUHAMMAD ALIFUDDIN
Al-MUNZIR No 1 (2017): VOL 10 NO.1 MEI 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.356 KB) | DOI: 10.31332/am.v10i1.799

Abstract

Uraian deskriptif tentang: Jejak Karya dan Pemikiran H.Abdul Djabbar Abu bertujuan untuk membekukan pandangan-pandangan keagamaan beliau dalam sebuah tulisan sehingga pemikiran tokoh tersebut dapat diakses oleh masyarakat muslim secara luas. Berangkat dari data yang diperoleh baik  melalui serangkaian wawancara dan studi dokumen dapat disimpulkan bahwa, Abdul Djabbar Abu adalah tokoh yang penuh inovatif, hal ini dapat dilihat dari buah tangan beliau yang diwariskan kepada masyarakat Muslim yaitu sebuah pesantren Al-Munawwarah Konawe. Selain karya fisik Abdul Djabbar Abu juga memberikan sumbangan pemikiran tentang berbagai hal diantaranya tentang agama, adminsitrasi dan lingkungan hidup.Kata-kata kunci : Jejak, Karya, Pemikiran, Abdul Djabbar Abu 
Deskripsi Analitik atas Gerak Pertumbuhan dan Perkembangan Institusi Pendidikan Tinggi Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara Muhammad Alifuddin; Samritin Samritin; Rosmini Rosmini
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 8 No 1 (2022): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.199 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v8i1.1990

Abstract

Penelitian ini adalah upaya mendeskripsikan secara analitik tentang pertumbuhan dan perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Sulawesi Tenggara. Data-data yang digunakan dalam tulisan ini selain bersumber dari hasil wawancara, pengamatan dan telaah dokumen. Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan paradigma Miles dan Huberman. Penelitian ini menyimpulkan: (1) secara historis pertumbuhan dan perkembangan PTM di Sultraawesi tidak dapat dilepaskan dengan dinamika politik yang sedang berkembang. Lima PTM yang kini eksis, seluruhnya terwujud dalam suasana politik yang terbuka dan atau berbasis pada penilian yang fair, jauh dari praktik politik sektarian/partisan; (2) selain faktor keterbukaan sistem politik, Pertumbuhan dan perkembangan PTM di wilayah ini, terkait erat dengan kemampuan SDM persyarikatan mengelola setiap momen sebagai momentum untuk mewujudkan monumen infrastruktur akal budi. Hal tersebut terjadi karena kekuatan jaringan Muhammadiyah, sifat kolektif kolegial dan kuatnya etos filantropi warga Muhammadiyah. Modal sosial budaya tersebut dapat dikelola dan dimobilisasi secara elegan sehingga pada gilirannya memberi kekuatan bagi penggiat persyarikatan di wilayah ini untuk tidak sekedar mengembangkan PTM yang telah ada tetapi juga membangun PTM baru; (3) peningkatan jumlah dan kualitas PTM di Sultra terjadi karena seluruh kekuatan modal sosial budaya plus jaringan luas yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah dapat dikelola dan diaktualkan melalui proses framing yang cerdas dan elegan. Melalui sosialisasi, promosi dan pemasaran ide yang faktual memantik banyak pihak untuk terlibat guna maju bersama Muhammadiyah untuk membangun dan mengembangkan PTM di Sulawesi Tenggara.
Potret Islam dalam Bingkai Kearifan Lokal: Studi Makna Arsitektur Kampung Naga Muhammad Alifuddin
Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Vol 12, No. 2, November 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.195 KB) | DOI: 10.31332/ai.v12i2.644

Abstract

This research aims to describe the form and meaning of house in Naga in term of emic and ethic perspectives. This study focuses on the form and space of house arcithecture as well as the symbolic meaning of house for people living in Naga. The data is generated through a series of interview, participant observation and library research. The research shows that the form of Naga’s house is closely related to their belief in which the world is divided into three, i.e: upper world, middle and the lower one. In addition, that form also reflects their views on the place of men and women within the house. Though separation is required by their tradition, they also provide the neutral room in which male and female could meet together. Their houses also provide the sacred room to reflect the existencse of God within their life. To sum up, those beliefs are, to some extent, in line with the Islamic norms practiced by Muslim in their daily life. Basically, symbols in the house contain universal symbol, except for goah which is believed as Dewi Sri’s room. However, the house’s design, form, and arrangement are quite similar to Islamic architecture with some restrictions states as Islamic portrait within local wisdom framework
PENDIDIKAN BERBASIS SASTRA LISAN (LUKISAN ANALITIK ATAS NILAI PEDAGOGI DALAM FOLKLOR ORANG WAKATOBI) (Education Based on Oral Literature (An Analytical Description of Pedagogical Values in Wakatobi People Folklore)) Muhammad Alifuddin; Sumiman Udu; Laode Anhusadar
Kandai Vol 18, No 2 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i2.2599

Abstract

This research is an analytic painting about the content of educational values in the oral literature of the people of Wakatobi. All data in this study were sourced from in-depth interviews, observations, and document studies. Considering this research is related to aspects of oral literature in the socio-cultural space, the data analysis was carried out using a hermeneutic phenomenology approach. Folklore in the form of folklore (tula-tula) and kabanti (folksong) are two forms of oral literature that are still used as educational media by Wakatobi people. This study found that the contents of the tula-tula and kabanti that grew in the cultural space of the Wakatobi people functioned as treasures of knowledge and entertainment value and contained ethical values. Through oral literature, the Wakatobi people consciously try to build values in order to maintain harmony with nature, microcosmic relations between humans, and macrocosm relations to the Creator. The characteristics of the learning model in the tula and kabanti, are more information-giving, in the form of facts and memories, generally one-way, and the style of the speaker/teacher is preferred in conveying messages, intonation, improvisation, enthusiasm, and systematic message. Penelitian ini merupakan lukisan analitik tentang muatan nilai pendidikan dalam sastra lisan orang Wakatobi. Seluruh data dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara mendalam, pengamatan, serta studi dokumen. Mengingat penelitian ini terkait dengan aspek sastra lisan dalam ruang sosial budaya, analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi hermeneutik. Folklor dalam bentuk cerita rakyat (tula-tula) dan kabanti (folksong) adalah dua bentuk sastra lisan yang hingga kini masih digunakan sebagai media pendidikan oleh orang Wakatobi. Penelitian ini menemukan bahwa muatan tula-tula dan kabanti yang tumbuh dalam ruang budaya orang Wakatobi tidak hanya berfungsi sebagai khazanah pengetahuan dan bernilai hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai etika. Melalui sastra lisan, orang Wakatobi secara sadar berusaha membangun nilai dalam rangka menjaga harmoni dengan alam, hubungan mikrokosmis sesama manusia, dan hubungan makrokosmos kepada sang Pencipta. Karakteristik model pembelajaran dalam tula-tula dan kabanti lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta dan ingatan, umumnya bersifat satu arah, dan gaya penutur/guru lebih diutamakan dalam menyampaikan pesan, intonasi, improvisasi, semangat, dan sistematika pesan.
ISTEK AISYIYAH: Aktualisasi Pemikiran Progresif Komunitas Perempuan SULTRA Muhammad Alifuddin; Muallimah Muallimah; Irma Irayanti; Rosmini Rosmini
Jurnal Pemerintahan dan Kebijakan (JPK) Vol 4, No 1 (2022): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jpk.v4i1.17992

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan pemikiran progresif Aisyiyah dalam bidang pendidikan serta bagaimana startegi Aisyiyah Sultra mengelola kesempatan dan memobilisasi kekuatannya untuk mewujudkan layananan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Data-data penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.  Seluruh data dianalisis dengan menggunakan paradigma Miles dan Huberman.  Merujuk pada data serta analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). Aisyiyah Sultra mampu dengan baik mendorong energi positif warganya untuk mengaktualkan ide menjadi monument sekaligus membuktikan diri sebagai perempuan berkarakter progressive, kerja keras, dan berbudaya filantropis. ISTEK adalah penanda identitas dan eksistensial bahwa Aisyiyah Sultra terus bergerak membangun kebaikan semesta. Ruang kesempatan poltik yang terbuka dimanfaatkan secara elegan untuk semakin maksimal dalam menunjukkan bakti kepada negeri. (2). Bahwa dalam faktanya Aisyiyah tidak memiliki fundamental ekonomi sebagai sumber pembiayaan, tidak kemudian menjadikannya lesu dara dan kehilangan semangat. Daya filantropi sebagai karakter DNA Aisyiyah di manage secara elegan oleh aktor dengan cara menyuntikkan narasi-narasi positif (framing) yang kemudian mampu memicu, melipatgandakan semangat berderma elemen Aisyiyah, sehingga dalam waktu dua tahun, ISTEK sebagai penanda gerakan dan pikira progresif Aisyiyah di bidang pendidikan terwujud.  (3). Sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia Timur yang diinisiasi oleh organ perempuan, ISTEK merupakan bukti ril bahwa Aisyiyah adalah komunitas perempuan yang tidak hanya progresif dalam ide, tetapi sekaligus dapat menunjukkan kemampuannya untuk merubah momen menjadi monument.