Churmatin Nasoichah
Balai Arkeologi Sumatera Utara

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Verklaring: Bukti Tertulis Mobilitas Masyarakat Pribumi Pada Awal Abad Ke-20 Masehi Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 15 No 2 (2012)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3566.057 KB) | DOI: 10.24832/bas.v15i2.121

Abstract

Abstract‘Verklaring’ is an official document serving as a proof of an activity, for instance a ‘Verklaring’related with a travel permit (now passport), or any other information documentations. ‘Verklaring’(prevailing at the Dutch East Indies colonization era in Nusantara) is expected to provide adescription of the then society. An old Dutch script, a collection of Tanjung Pinang City’s StateMuseum, Riau Island, and two privately-owned Dutch scripts are used to conduct an inductiveanalysis. The use of ‘Verklaring’ at the early 20 th century Dutch East Indies suggested two differentkinds of social movement or mobility, horizontal and vertical. In the course of mobility, there was asocial interaction of partnerships among individuals and groups in order to achieve a goal and anintention.AbstrakVerklaring merupakan dokumen resmi yang berfungsi sebagai tanda bukti untuk melakukansesuatu, misalnya verklaring yang berkaitan dengan perihal izin untuk bepergian (saat ini biasadisebut passport ), yang berkaitan dengan perihal surat keterangan baik maupun yang berkaitandengan hal-hal lainnya. Dengan adanya verklaring (yang ada di Nusantara pada masa Hindia-Belanda) diharapkan akan didapat gambaran tentang kehidupan masyarakat pada saat itu. Dalammenganalisis, digunakan penalaran induktif yang beranjak dari data primer berupa naskah Belandakoleksi Museum Negeri Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dan data kedua berupa dua naskahBelanda yang merupakan koleksi pribadi. Keberadaan verklaring pada masa Hindia-Belanda padaawal abad ke-20 memperlihatkan adanya perpindahan atau mobilitas sosial yang berbeda, yaitumobilitas yang bersifat horizontal atau mendatar dan mobilitas yang bersifat vertikal ataunaik/menurun. Dalam melakukan mobilitas sosial tersebut terdapat adanya interaksi sosial yangberbentuk kerja sama antara individu dengan suatu kelompok sehingga maksud dan tujuannya bisatercapai.
Prasasti Sitopayan 1 & 2: Tinjauan Aspek Ekstrinsik dan Intrinsik Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 15 No 1 (2012)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4360.931 KB) | DOI: 10.24832/bas.v15i1.134

Abstract

AbstractSitopayan 1 & 2 inscriptions that were discovered at Biaro Sitopayan complex are currently stored at North Sumatra State Museum.The review of the inscription from both intrinsic and extrinsic aspects reveals material, shape, palaeography or language (extrinsic) and content and other aspects related with Biaro Sitopayan (intrinsic). An analysis is then conducted through those primary and additional data, external/extrinsic and internal/intrinsic criticism acquisition a result of which is a conclusion.AbstrakPrasasti Sitopayan 1 dan Prasasti Sitopayan 2 merupakan prasasti yang ditemukan di Komplek Biaro Sitopayan. Kedua prasasti tersebut saat ini disimpan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Banyak hal yang dapat diungkap dalam menelaah sebuah prasasti baik itu dilihat dari aspek ekstrinsik, yaitu yang berkaitan dengan bahan, bentuk, paleografi, maupun bahasanya, serta aspek intrinsik yaitu yang berkaitan dengan isi serta hal-hal lain yang berkaitan misalnya kaitannya dengan Biaro Sitopayan. Melalui data primer tersebut kemudian dilakukan analisis yang didukung dengan beberapa data penunjang lainnya serta kritik ekstern (ekstrinsik) dan kritik intern (intrinsik) lalu di dapat sebuah kesimpulan.
Uang Kebon : Mata Uang Lokal Perkebunan di Tanah Deli Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 13 No 25 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2423.346 KB) | DOI: 10.24832/bas.v13i25.183

Abstract

Abstract“uang kebon” (money which is used in “plantation”) is a special type of currency issued and used in Deli area of plantation, east of Sumatera. As a medium of exchange,money used by contract workers for the sale and purchase transaction where the money they normally receive as wages in the early and mid of the month. “uang kebon” or token money is often referred to using the unit of dollars and cents with the variaty of shapes and sizes according to the taste of plantation owners. “Uang kebon” is one of tools to bind the contract workers so they cannot escape from the plantation area.
Pustaha Laklak: Antara Karya Satra dan Souvenir Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 12 No 23 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2587.831 KB) | DOI: 10.24832/bas.v12i23.200

Abstract

AbstractPustaha Laklak is the literary of Batak society. It’s needed to improve the idea to create and perpetuate it. To promote, pustaha laklak could be used as souvenir although it’s not the original one.
Tokoh Surrya (Juru Pāndai) dalam Penulisan Prasasti Gunung Tua (Bhatāra Lokanātha) Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 12 No 24 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1963.109 KB) | DOI: 10.24832/bas.v12i24.212

Abstract

AbstractThe mention of the name of Pāndai is rarely to be found in an inscription without any mention of the name of a king, royal official or a person who receives the inscription. His ability in mastering bilingual and expertise in making a statue Lokanātha, which is an important figure in Buddhism, not make an ordinary pāndai. He is mentioned in the inscription by the name of Suryya. In Mandailing society, Suryya is associated with their ancestors named Namora Pande Bosi.
Latar Belakang Penulisan Prasasti Tandihat II Pada Paha Kiri Depan Arca Singa Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 11 No 21 (2008)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2204.537 KB) | DOI: 10.24832/bas.v11i21.226

Abstract

AbstractOne of the Buddhist inscriptions which discovered in Sumatera is Tandihat II inscription. Between inscription it self with the lion statue as a medium, certainly have a special connection.
Perpinsahan Desa Mruwak Berdasarkan Prasasti Mrwak (1108 Śaka/1186 M) Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 11 No 22 (2008)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1279.445 KB) | DOI: 10.24832/bas.v11i22.240

Abstract

AbstractThe tragedy of war is one aspect which contained in some inscriptions. In the other side,it has a very bad effect for the people themselves, e.g. removeling a village location. That event have a direct impact to the life’s pattern which has an interconnection with the environment and their livelihood changing
IDENTIFIKASI DAN PEMAKNAAN SIMBOL-SIMBOL PADA GAMBAR CADAS DI NGALAU TOMPOK SYOHIAH I, NAGARI SITUMBUK, SUMATERA BARAT Nenggih Susilowati; Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.823 KB) | DOI: 10.24832/bas.v21i1.324

Abstract

Ngalau Tompok Syohiah I memiliki indikasi sebagai hunian sementara berkaitan dengan kegiatan ziarah khusus seperti meditasi berkaitan dengan kepercayaan lama (Pra Islam), mencari ilmu kebatinan, serta menyepi guna memperdalam ajaran Islam di masa lalu, dan membayar kaul. Hingga kini gua ini dikeramatkan dan masih menjadi tempat ziarah khusus. Budaya materi yang menjadi kekhasan Ngalau Tompok Syohiah I adalah gambar-gambar maupun pertulisan yang dituangkan dengan media berwarna putih (jenis kapur). Metode penelitian kualitatif menggunakan penalaran induktif dengan melakukan pengamatan terhadap satuan maupun konteksnya. Salah satu teknik yang digunakan untuk menyalin bentuk gambar atau membaca aksara yang terdapat pada dinding Ngalau Tompok Syohiah I menggunakan program Inkscape, kemudian mendeskripsikan dan menganalisa bentuk tersebut. Artikel ini dimaksudkan untuk mengetahui makna simbol-simbol pada gambar cadas di dinding Ngalau Tompok Syohiah I. Kemudian mengetahui latar belakang budaya manusia yang memanfaatkan gua tersebut di masa lalu. Sebagian simbol diidentifikasi sebagai gambar-gambar yang mirip dengan gambar cadas pada situs Prasejarah di Nusantara, indikasi aksara Pasca Palawa, dan aksara Arab dan Arab-Melayu. Gambar-gambar dan pertulisan tersebut bertumpang tindih dan banyak yang aus sehingga sebagian belum dikenali lebih lanjut. Simbol-simbol gambar cadas dikaitkan dengan konteks keruangan gua, serta tinggalan arkeologis lain seperti menhir dan kubur semunya, menggambarkan religi yang dianut oleh orang-orang yang pernah datang ke gua tersebut, dan berkaitan dengan matapencaharian pertanian.
KEBERADAAN PRASASTI DALAM KONTEKS KEPURBAKALAAN HINDU-BUDDHA DI PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA Churmatin Nasoichah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.689 KB) | DOI: 10.24832/bas.v21i2.362

Abstract

Pada tahun 2018, Balai Arkeologi Sumatera Utara melakukan survei arkeologi dan menemukan 1 (satu) buah prasasti bernama Prasasti Bahagas. Adapun Permasalahannya adalah apakah makna keberadaan Prasasti Bahagas bagi kesejarahan di kawasan kepurbakalaan Hindu-Buddha Padang Lawas, Sumatera Utara? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna keberadaan Prasasti Bahagas bagi kesejarahan di kawasan kepurbakalaan Hindu-Buddha Padang Lawas, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa Prasasti Bahagas dibuat dari batuan andesit, berbentuk lapik arca, menggunakan aksara pasca-palawa atau paleo-sumatera, dan berbahasa Batak yang diartikan sebagai bangunan yang kuat dan kokoh. Terkait dengan masyarakat pendukung budayanya, penyebutan kata bahagas ini dapat menambah asumsi bahwa masyarakat pendukung kepurbakalaan Hindu-Buddha di Padang Lawas adalah masyarakat ber-etnis Batak.
KAJIAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA PENULISAN PUSTAHA LAKLAK PODA NI TABAS NA RAMBU DI PORHAS Churmatin Nasoichah; Manguji Nababan; Mehammat Boru Karo Sekali; Tomson Sibarani
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 23 No 1 (2020)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2002.943 KB) | DOI: 10.24832/bas.v23i1.382

Abstract

Pustaha Laklak Poda Ni Tabas Na Rambu Di Porhas merupakan karya sastra masyarakat Mandailing yang isinya tentang mantra. Terdapat dua unsur dalam mengkaji karya sastra yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana bentuk unsur intrinsik dan ekstrinsik Pustaha Laklak Poda Ni Tabas Na Rambu Di Porhas? Tujuannya untuk mendeskripsikan unsur intrinsik dan ekstrinsik naskah kuno tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pustaha laklak ini bertema nasihat dari mantra Rambu Di Porhas untuk melawan musuh. Naskah kuno ini memperlihatkan bahwa penulis merupakan orang yang pintar, sangat penting dan berpengaruh dalam kegiatan ritual. Dari sisi tipografi, naskah ini ditulis menggunakan aksara Batak (tulak-tulak). Tidak ditemukan pemenggalan kata dan jeda. Enjambemen pada naskah ini tetap terlihat meskipun tidak sesuai dengan baris ataupun tanda baca. Akuilirik dan sekaligus penulis naskah ditemukan dengan adanya penggunaan kata ganti orang pertama tunggal dan kata ganti milik orang pertama tunggal. Rima tidak ditemukan pada naskah ini. Citraan penulis digambarkan sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas dan hebat. Ragam bahasa yang digunakan adalah hata sibaso atau hato hadatuan. Pustaha ini ditulis di Mandailing pada waktu pengaruh agama Islam dan kolonial di Mandailing namun masyarakatnya masih menganut kepercayaan roh leluhur. Kebiasaan perang antar huta atau etnis lain juga tergambar jelas dari isi pustaha yang sebagian besar berisi mantra dan ramalan.