Muhammad Jamaluddin
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Rematik Pada Lansia di Puskesmas Gayamsari Kota Semarang Muhammad Jamaluddin; Alfian Haris Nugroho
Jurnal Smart Keperawatan Vol 3, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.944 KB) | DOI: 10.34310/jskp.v3i2.107

Abstract

Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun. Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia (Lansia) yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit rematik pada lansia. Jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita rematik di Puskesmas Gayamsari Kota Semarang sebanyak 75 lansia. Sampel sebanyak 63 lansia dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner tingkat pengetahuan tentang penyakit rematik. Analisis data adalah analisis univariat. Umur pada lansia rata-rata adalah 64,67 tahun, jenis kelamin pada lansia mayoritas laki-laki sebanyak 43 responden (68,3%), pendidikan terakhir pada lansia mayoritas SMP sebanyak 32 responden (50,8%) dan lama  menderita rematik rata-rata adalah 9,89 tahun. Tingkat pengetahuan tentang penyakit rematik pada lansia di Puskesmas Gayamsari Kota Semarang sebagian adalah pengetahuan baik sebanyak 28 responden (44,4%). Pengetahuan cukup sebanyak 27 responden (27%) dan pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (28,6%). Kata Kunci           :               Tingkat pengetahuan, rematik, lansia
Pengalaman Penderita Hipertensi MengkonsumsiTeh Roselladi UresosPucang Gading Semarang YUNANI YUNANI; Arista Adityasari Putri; M Jamaluddin
Jurnal Smart Keperawatan Vol 4, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.615 KB) | DOI: 10.34310/jskp.v4i2.140

Abstract

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolinya diatas 90 mmHg. Hipertensi pada populasi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. . Salah satu pengobatan non farmakologis yang telah dilakukan lansia adalah dengan mengkonsumsi teh rosella. Banyak studi yang memperlihatkan efektifitas rosella pada berbagai organ. Hal ini dikarenakan efek anti radikal yang dimiliki oleh kandungan rosella didalamnya mampu mengurangi radikal bebas yang terbentuk dalam aliran darah. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi pengalaman penderita hipertensi mengkonsumsiteh rosella sebagai terapi. Metode penelitian menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi. Partisipan pada penelitian ini adalah lansia penderita hipertensidi URESOS Pucang Gading Semarang. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar partisipan merasakan keluhan hipertensi seperti : pusing, kaku pada leher, sulit tidur dan badan sempoyongan. Pengalaman mengkonsumsi teh rosella didapatkan sebagian besar partisipan mengalami penurunan/berkurangngya keluhan hipertensi.Kata Kunci:  Pengalaman; Rosella; Hipertensi
The Effectiveness of Tea Tree Oil and Eucalyptus Oil Aromaterapy for Toddlers with Common Cold Maftuchah Maftuchah; Priskila Iris Christine; M Jamaluddin
JURNAL KEBIDANAN Vol 10, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v10i2.6360

Abstract

Common cold is a mild viral infection of the upper respiratory tract, nose, and throat. Common cold suffered by each toddler in Indonesia is predicted to occur three to six times a year, which means that a toddler may experience three to six times of coughs and colds every year. Common cold is also a symptom of Covid-19 whose early treatments used symptomatic and non-pharmacological therapy including tea tree oil and eucalyptus oil aromatherapy. Related to this, this paper reveals the effectiveness of tea tree oil and eucalyptus oil aromatherapy for the healing period of 1 to 2-year-old toddlers in T W Independent Midwifery Practice (IMP). This paper employs quasy experiment design with non-equivalent control group model. Sample includes 14 toddlers with the age of 1 to 2-year-old. Seven of them were given tea tree oil, while the rest were given eucalyptus oil aromatherapy with accidental sampling technique. Aromatherapy was given once a day for seven days. Findings showed that the healing period of the control and intervention group was four to five days and according to the Mann Whitney trial, p-value of 0,530 (0,05) was obtained. In conclusion, there is no difference between the healing period of common cold using tea tree oil and eucalyptus oil aromatherapy for 1 to 2-year-old toddlers in T W Independent Midwifery Practice (IMP). Tea tree oil and eucalyptus oil aromatherapy can be used to accelerate the healing period of common cold suffered by toddlers.
Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada Pasien Stroke dengan Terapi Tali Temali M. Jamaluddin; Widiyaningsih Widiyaningsih; Zulfatun Nadhifah
Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol 5 No 2 (2020): JOURNAL OF HEALTH SCIENCE (JURNAL ILMU KESEHATAN)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/jik.v5i2.1076

Abstract

Latar belakang : Stroke merupakan gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak. Menurut WHO sekitar 15 juta orang menderita serangan stroke pertama setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini dapat mengakibatkan kematian. Masalah yang dialami penderita stroke adalah gangguan gerak. Maka perlu dilakukan terapi non farmakologis berupa terapi tali temali. Bersifat meningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi karena dengan menggerakan sendi dapat melancarkan peredaran darah untuk mengurangi kekakuan fleksibilitas sendi. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui peningkatan fleksibilitas sendi pada pasien stroke dengan terapi tali temali Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan Pre Experimental Design. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita gejala post stroke non hemoragik di Poliklinik Saraf RSUD Ungaran dengan sampel sebanyak 20 orang. Teknik sampling pada penelitian ini adalah Purposive Sampling Hasil penelitian : Uji normalitas menggunakan Uji Sapiro Wilk didapatkan hasil sebelum terapi 0,062 (> 0,05) dan didapatkan hasil setelah terapi 0,068 (> 0,05). Uji statistik menggunakan Uji Paired T-Test menunjukan p-value 0.000 atau < 0,05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh terapi tali temali terhadap fleksibilitas sendi. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi tali temali terhadap fleksibilitas sendi pada pasien stroke di RSUD Ungaran.
TERAPI KECEMASAN DENGAN ANIMAL ASSISTED TEHRAPY W Widiyaningsih; Y Yunani; M Jamaluddin
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 11 No. 1, Januari 2020
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.512 KB) | DOI: 10.34035/jk.v11i1.420

Abstract

Data litbang Save Our Soccer (SOS) selama 2017 terdapat korban meninggal sebanyak 65 orang dari kericuhan sepak bola Indonesia serta kerusakan dari infrastruktur yang ada di stadion. Pengontrolan kecemasan pada atlet sepakbola anak dapat diterapi dengan menggunakan pendekatan non farmakologi yang minimal efek samping. Pengelolaan kecemasan yang baik dapat menstabilkan fungsi fisik dan psikis sebelum permainan di lapangan. Manfaat sosial lain adalah terkontrol sportivitas selama di lapangan dan mengurangi angka kejadian kekerasan misal tawuran dalam suatu pertandingan sepakbola. Ikan cupang merupakan salah satu hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai animal assisted therapy untuk mengatasi kecemasan. Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh animal assisted therapy ikan cupang terhadap kecemasan pada atlet sepak bola anak. Metode penelitian menggunakan quasy experiment with one group pre and post test design. Penelitian ini menggunakan 30 responden atlet sepak bola anak yang terdaftar di sekolah sepak bola anak di Semarang menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian untuk mengukur kecemasan menggunakan Kuesioner Depression Anxiety Stres Scale (DASS) 42. Pengambilan data dilakukan 30 menit sebelum pertandingan sepakbola dimulai. Pertama peneliti mengambil data pretest untuk mengukur kecemasan. Setelah itu peneliti memberikan intervensi animal assisted therapy dengan ikan cupang selama 15 menit dengan cara memberikan kesempatan pada responden untuk melihat dan memberikan makan pada ikan cupang yang ditaruh dalam akuarium ikan. Posttest pengukuran kecemasan dilakukan setelah pemberian intervensi AAT ikan cupang. Intervensi diulang selama tiga kali pertandingan. Analisa data dengan dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan p value 0.000 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh animal assisted therapy terhadap kecemasan pada atlet sepakbola anak. Save Our Soccer (SOS) R & D data during 2017 there were 65 people died from the chaos of Indonesian football and damage to the infrastructure in the stadium. Controlling anxiety in children's soccer athletes can be treated using a non-pharmacological approach that minimizes side effects. Good anxiety management can stabilize physical and psychological functions before playing in the field. Other social benefits are controlled sportsmanship while on the field and reduce the number of violent events such as brawls in a soccer match. Betta fish is one animal that can be used as animal assisted therapy to overcome anxiety. The purpose of this study was to analyze the effect of animal assisted therapy in betta fish on anxiety in children's soccer athletes. Research method was quasy experiment with one group pre and post test design This study used 30 respondents of children's soccer athletes enrolled in children's soccer schools in Semarang using purposive sampling. The research instrument for measuring anxiety used the Depression Anxiety Stress Scale (DASS) Questionnaire 42. Data was collected 30 minutes before the soccer match begins. First the researchers took the pretest data to measure anxiety. After that the researchers gave animal assisted therapy intervention with betta fish for 15 minutes by giving respondents the opportunity to see and feed the betta fish placed in a fish aquarium. Posttest measurement of anxiety was done after the administration of betta AAT intervention. The intervention was repeated for three matches. Data analysis used Wilcoxon test obtained p value 0,000 so that it was concluded there was an influence of animal assisted therapy on anxiety in children's soccer athletes.