Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pengaruh Metode Kanguru terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi BBLR Yusnaini Siagian; Wasis Pujiati; Martina Indah Sinaga
Jurnal SMART Kebidanan Vol 8, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Karya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34310/sjkb.v8i2.500

Abstract

ABSTRAK Kelahiran bayi prematur merupakan salah satu penyebab kematian terbesar saat ini. Tindakan perawatan bayi lahir dilakukan dengan menghangatkan tubuh bayi, secara konvensional menggunakan inkubator namun, teknologi inkubator relatif mahal. Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu teknik perawatan yang efektif bagi bayi prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan berat badan pada bayi BBLR di RSUD Provinsi Kepulauan Riau. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest dengan sampel sebanyak 16 responden, pengambilan sampel menggunakan teknik purposif sampling. Hasil didapatkan rata-rata berat badan bayi sebelum perawatan metode kanguru adalah 1718,88 gram, dan setelah dilakukan perawatan metode kanguru rata-rata berat badan bayi meningkat menjadi 1844,38 gram, dengan peningkatan berat badan sebanyak 125,5 gram dimana p value = 0.000 (α< 0.05 ). Terdapat pengaruh perawatan metode kanguru terhadap peningkatan berat badan bayi BBLR di RSUD Provinsi Kepulauan Riau. Bagi ibu-ibu untuk melakukan perawatan metode kanguru secara rutin dan pemberian ASI yang cukup terhadap bayi BBLR. Kata kunci: metode kanguru; peningkatan berat badan; bayi BBLR ABSTRACTPremature birth is one of the biggest causes of death today. The act of caring for the newborn is carried out by warming the baby's body, conventionally using an incubator, however, incubator technology is relatively expensive. Kangaroo Treatment Method (PMK) is one of the effective treatment techniques for premature babies. The purpose of this study was to determine the effect of the kangaroo method on weight gain in LBW infants at the Riau Islands Province Hospital. The design of this research was a quasi-experimental design with one group pretest posttest with a sample of 16 respondents, sampling using purposive sampling technique. The results obtained that the average baby weight before the kangaroo method was 1718.88 grams, and after the kangaroo method treatment the average baby weight increased to 1844.38 grams, with an increase in body weight of 125.5 grams where p value = 0.000 (α< 0.05 ). There is an effect of kangaroo treatment method on increasing the weight of LBW babies in Riau Islands Provincial Hospital. For mothers to carry out routine kangaroo care and adequate breastfeeding for LBW babiesKeywords: kangaroo method; weight gain; LBW infant
Status Nutrisi Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Yusnaini Siagian
Jurnal Keperawatan Silampari Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Keperawatan Silampari
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.965 KB) | DOI: 10.31539/jks.v2i1.320

Abstract

The purpose of this study was to determine the nutritional intake of hemodialysis patients at the Regional General Hospital of DR. Pirngadi Medan. This research is a quantitative study using descriptive methods. The results of this study found the characteristics of the majority of respondents aged 45-54 years as many as 37 people (40.2%), male sex that is 48 people (52.2%), the highest education level was 42 people (45.7%) ) and no longer work as many as 73 people (79.3%). The majority of respondents with married status are 70 people (76.1%), the majority of respondents have undergone hemodialysis> 3 years which is 48 people (52.2%) and the majority of illnesses that cause respondents to undergo hemodialysis are hypertension namely 52 people (56.5%) . The nutritional intake of respondents more or less than good nutritional intake of 64 people (69.6%). Conclusions, hemodialysis patients at the Regional General Hospital Dr. Pirngadi Medan experiences nutritional status disturbances, making them at risk of complications due to nutritional deficiencies that can reduce their quality of life. Keywords: Hemodialysis, Patients, Nutrition Status
Punggung Sehat dengan Mckenzie Back Exercises Selama Pembelajaran Daring bagi Mahasiswa STIKes Hang Tuah Tanjungpinang Yusnaini Siagian; Soni Hendra Sitindaon
Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK) Vol 3, No 3 (2021): November
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.987 KB) | DOI: 10.36565/jak.v3i3.264

Abstract

Low back pain is pain that originates from the spine in the spinal area, muscles, nerves, tendons, joints, or cartilage due to the wrong position. Individuals who perform activities such as sitting up straight and bending over must be in the correct position. At Stikes Hang Tuah Tanjungpinang, a phenomenon was found that 42.7% of students complained of lower back pain due to wrong sitting habits such as sitting in a bent position when attending online lectures and doing college assignments. Sitting for too long in the wrong position causes muscle tension and spinal ligament strain. The results of interviews with students, most of the students who complain of low back pain do not understand what can be done to reduce or prevent low back pain due to sitting position and sitting too long. One of the non-pharmacological therapies to treat low back pain is McKenzie back exercises.  The purpose of this community service is to provide students with an understanding of low back pain and teach actions to reduce or prevent low back pain. The success indicator of this activity is that students understand and can perform the McKenzie back exercises The method used is to provide health education about low back pain and demonstrate McKenzie back exercises to students.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PASIEN HEMODIALISA Yusnaini Siagian; Dian Ning Alit; Suraidah Suraidah
Menara Medika Vol 4, No 1 (2021): VOL 4 NO 1 SEPTEMBER 2021
Publisher : Menara Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mm.v4i1.2801

Abstract

 Permasalahan pasien gagal ginjal kronis yang sudah menjalani terapi hemodialisa adalah kepatuhan terutama dalam pembatasan asupan cairan. Kelebihan asupan cairan terjadi akibat ketidakpatuhan yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien hemodialisa bahkan kematian. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam merupakan tujuan penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah  desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 orang dari jumlah populasi 184 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sample. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran berat badan pada periode pre dan post HD. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak responden berumur  56 – 65 tahun yaitu 13 orang (35,1%), mayoritas berjenis kelamin laki – laki yaitu 29 orang (78,4%), paling banyak  berpendidikan tinggi  yaitu sebanyak 23 orang (62,2%), sebagian besar sudah tidak bekerja sebanyak 22 orang (59,5%), sebagian besar menjalani lama hemodialisis ≥ 1 tahun  yaitu 19 orang (51,4%),  mayoritas mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 24 orang  (64,9%) dan sebagian besar memiliki perilaku patuh dalam pembatasan asupan cairan  yaitu  sebanyak 22 orang (59,5%). Analisis yang digunakan adalah Pearson, Chi-square dan Spearman. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa adalah variabel lama menjalani HD (p value 0,012, dukungan keluarga (p value 0,00) dan yang tidak berhubungan adalah variabel usia (p value 0,749), jenis kelamin (p value 0,312), pendidikan (p value 0,652) dan pekerjaan (p value 0,956). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan kepatuhan dengan lama menjalani HD dan dukungan keluarga. Tidak ada hubungan kepatuhan dengan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Saran untuk pelayanan keperawatan khususnya unit HD memberikan health education secara simultan baik pada pasien HD maupun keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran pasien untuk patuh dalam pembatasan asupan cairan.
Deteksi Dini Peripheral Arterial Disease pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Linda Widiastuti; Liza Wati; Yusnaini Siagian; Soni Hendra Sitindaon
Media Karya Kesehatan Vol 5, No 1 (2022): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v5i1.35384

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Jumlah penderita DM di Tanjungpinang tahun 2019 mengalami peningkatan 31,8% dari tahun sebelumnya. Peripheral arterial disease (PAD) merupakan salah satu komplikasi pada penderita DM tipe 2 akan terjadinya ulkus diabetikum dan dapat menyebabkan gangren dan amputasi pada ektermitas bawah. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko PAD melalui anamnesis, pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah,  pemeriksaan kaki dengan menggunakan vascular dopler dan monofilament. Anamnesis  dan pemeriksaan  kesehatan  dilakukan  pada  34  orang  peserta  dalam  satu  waktu  menggunakan screening sensitivitas kaki. Hasil pemeriksaan kesehatan berusia 45-49 tahun, berjenis kelamin perempuan, tekanan darah hipertensi grade 1, dan memiliki kadar glukosa darah hiperglikemia. Mayoritas peserta memiliki faktor risiko tinggi mengalami PAD berdasarkan hasil deteksi dini menggunakan vascular dopler dan monofilament. PAD dapat dicegah melalui deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko secara tepat. Dibutuhkan intervensi  lanjut berupa edukasi tentang gaya hidup sehat dan pencegahan PAD seperti melakukan diabetic foot spa sebagai tindakan mandiri peserta akan menurunkan tingkat ketergantungan dalam perawatan diri guna mempertahankan kesehatannya. Kata kunci : Diabetes melitus, foot spa diabetic, Peripheral Arterial Disease.
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN SUNGAI ENAM KIJANG MARINA MARINA; HOTMARIA JULIA; YUSNAINI SIAGIAN; LIZA WATI
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 3 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v1i3.1487

Abstract

Hypertension is a disease that cannot be cured but can be controlled. Non-pharmacological therapy is used to lower blood pressure, one of the non-pharmacological therapies is using Mozart classical music therapy. Listening to music with a slow rhythm will reduce the release of catecholamines into the blood vessels, so that the concentration of catecholamines in plasma is low. This study aims to determine the effect of Mozart classical music therapy on blood pressure of hypertensive patients in Sungai Enam Kijang Village. The research design was pre-experimental design with one group pretest-posttest design. The number of samples is 20 respondents with purposive sampling technique. Data collection tools using observation sheets and blood pressure measuring devices. Data analysis used the Wilcoxon sign rank test with a significance of 0.05. The results showed that blood pressure before being given Mozart classical music therapy showed a mild category as many as 14 people (70%), while after giving Mozart classical music therapy was normal 3 respondents (21.4%), high normal 3 respondents (21.4%). , mild 7 respondents (50%), moderate 1 respondent (7.1%). Blood pressure before being given Mozart classical music therapy showed a moderate category of 4 respondents (20%), after being given Mozart classical music therapy it became mild 3 respondents (21.4%) and 1 respondent (7.1%). The results of the Wilcoxon sign rank test, p value = 0.008 (?0.05), that there is an effect of Mozart classical music therapy on the blood pressure of hypertension sufferers in Sungai Enam Kijang Village. It is hoped that health workers will be able to optimize classical music therapy as a complementary therapy to reduce blood pressure in patients with hypertension by playing classical songs in the patient's waiting room ABSTRAKHipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Terapi non farmakologi yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah, salah satu terapi non farmakologi yaitu menggunakan terapi musik klasik mozart. Mendengarkan musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Kelurahan Sungai Enam Kijang. Desain penelitian pre eksperimental design dengan one grup pretest-posttest desain. Jumlah sampel 20 responden dengan teknik purposive sampling. Alat pengumpul data dengan menggunakan lembar observasi dan alat ukur tekanan darah. Analisa data menggunakan wilcoxon  sign rank test dengan signifikansi ?0,05. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik mozart menunjukkan kategori ringan sebanyak 14 orang (70%), sedangkan sesudah siberikan terapi musik klasik mozart adalah normal 3 responden (21,4%), normal tinggi 3 responden (21,4%), ringan 7 responden (50%), sedang 1 responden (7,1%). Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik mozart yang menunjukkan kategori sedang 4 responden (20%), sesudah diberikan terapi musik klasik mozart menjadi ringan 3 responden (75%) dan sedang 1 responden (25%).  Hasil uji wilcoxon  sign rank test nilai p value = 0,008 (?0,05), bahwa ada pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Kelurahan Sungai Enam Kijang. Diharapkan petugas kesehatan mampu mengoptimalkan terapi musik klasik sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengatasi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan cara memutar lagu-lagu klasik di ruang tunggu pasien
Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Akibat Penyelaman pada Kelompok Nelayan di Wilayah Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kepulauan Riau Yusnaini Siagian; Liza Wati; Linda Widiastuti; Utari Yunie Atrie; Soni Hendra Sitindaon; Nofia Dwi Sartika; Nur Adila
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 3 No 1 (2023): JAMSI - Januari 2023
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.569

Abstract

Nelayan dalam melakukan kegiatan melaut seringkali menghadapi marabahaya dan resiko tinggi yang mengancam keselamatan. Risiko kesehatan selalu mengikuti setiap gerak nelayan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya terutama nelayan penyelam tradisional. Nelayan tradisional rentan mengalami masalah kesehatan seperti keluhan nyeri dada, sesak napas, nyeri kepala, nyeri telinga hingga mengalami ketulian. Hal ini disebabkan karena menyelam dalam waktu yang lama dengan peralatan yang tidak sesuai standar. Jika hal tersebut terus dilakukan maka akan berdampak pada masalah kesehatan yang lebih serius bahkan kematian. Permasalahan yang dihadapi mitra adalah banyak penyelam belum mengetahui cara menyelam yang benar dan aman seperti nelayan menyelam dengan tahan napas saja dan ada yang hanya menggunakan alat bantu selam kompresor udara. Tujuan kegiatan ini adalah melaksanakan Program Kampung Nelayan Sehat di Kelurahan Kawal. Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan terkait resiko masalah kesehatan nelayan penyelam tradisional dan teknik pemanasan sebelum menyelam. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tradisional terkait risiko masalah kesehatan nelayan penyelam tradisional. Selain itu nelayan juga mampu melakukan gerakan pemanasan sebelum menyelam. Nelayan antusias mengikuti program ini karena dapat membuka wawasan dan menimbulkan kesadaran bagi nelayan terkait risiko masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat pekerjaannya.
Pendidikan Kesehatan dan Pelatihan Dasar Keselamatan Penyelaman Masyarakat Pesisir sebagai Upaya Pencegahan Barotrauma Telinga Utari Yunie Atrie; Linda Widiastuti; Liza Wati; Yusnaini Siagian; Soni Hendra Sitindaon
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Peduli Masyarakat: Maret 2023
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v5i1.1540

Abstract

Mayoritas para nelayan yang ada di wilayah pesisir Indonesia merupakan jenis penyelam tradisional, yaitu nelayan yang melakukan penyelaman secara turun-temurun tanpa berbekal ilmu pengetahuan kesehatan dan keselamatan penyelaman yang memadai (safety diving). Berbagai resiko penyakit penyelaman dapat dialami oleh nelayan penyelam tradisional, salah satunya barotrauma telinga. Barotrauma merupakan salah satu kegawatdaruratan penyelaman yang sering diabaikan oleh nelayan tradisional. Tujuan dari PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir khususnya nelayan tradisional di Desa Malang Rapat mengenai keselamatan penyelaman. Metode pendidikan kesehatan dilakukan secara ceramah, diskusi dan pelatihan prosedur penyelaman yang tepat. Kegiatan PKM dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2022 dengan target responden adalah nelayan penyelam tradisional yang berjumlah 74 orang di Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Hasil PKM menunjukkan bahwa rata-rata nilai pre-test responden adalah 42,78 (SD 12.083), sedangkan rata-rata nilai post-test responden setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dan pelatihan dasar keselamatan penyelaman adalah 83,22 (SD 13.407). Berdasarkan uji paired t test menunjukan bahwa p-value adalah 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan partisipan setelah mengikuti pendidikan kesehatan dan pelatihan dasar keselamatan penyelaman masyarakat pesisir di Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Pendidikan kesehatan dan pelatihan terkait keselamatan terbukti efektif dalam meningkatkan aspek kognitif dan keterampilan nelayan penyelam tradisional. Melalui upaya ini diharapkan dapat memberikan upaya preventif terhadap masalah-masalah kesehatan yang dapat dialami oleh penyelam, merubah perilaku dan meningkatkan keterampilan para penyelam dalam melakukan penyelaman yang aman dan sehat sehingga terhindar dari berbagai masalah kesehatan akibat penyelaman.
Edukasi Keamanan Penyelaman dan Deteksi Dini Kesehatan Nelayan Pesisir Kawal Pantai Linda Widiastuti; Wiwiek Liestyaningrum; Utari Yunie Atrie; Liza Wati; Yusnaini Siagian
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Peduli Masyarakat: Maret 2023
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v5i1.1543

Abstract

Provinsi Kepri yang memiliki laut seluas 24.121.530,0 ha (95,79%). Sebagian besar mata pencaharian masyarakat kepulauan riau yang ada di pesisir adalah nelayan tradisional. Aktifitas yang dilakukan yaitu menyelam. Kegiatan menyelam yang dilakukan penyelam tradisional untuk mencari ikan maupun biota laut dengan memanah maupun menyelam dengan mengunakan alat kompresor seringkali tidak memperhatikan aspek keselamatan, sehingga risiko cedera penyelaman meningkat. Nelayan penyelam tradisional kebanyakan belum mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang teknik penyelaman secara formal. Cedera penyelaman dapat ringan sampai dengan kematian, sehingga edukasi tentang pencegahan dan pengenalan gangguan penyakit yang dapat terjadi akibat penyelaman perlu dilakukan. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam dua kegiatan yang bersamaan: edukasi mengenai keamanan penyelaman dan deteksi dini kesehatan dengan cara pengobatan gratis. Hasil didapatkan 40 orang nelayan 77,5% dengan latar belakang pendidikan SD, 87,5% masa kerja nelayan tradisional 5-10 tahun, 70% lama menyelam didalam laut ≥ 5 jam, sebanyak 5 penyelam tradisional dengan keluhan dekompresi gejala yang dirasakan kebas pada kaki bagian bawah dan penurunan pendengaran serta nyeri kepala. Hasil pemeriksaan kesehatan didapatkan nelayan tradisional mengalami hipertensi 27 orang (67,5%), diabetes melitus 6 orang (15%) memiliki kadar glukosa darah hiperglikemia, rematik 7 orang (17,5%) asam urat tinggi. Mayoritas peserta memiliki faktor risiko penyakit dekompresi akibat penyelaman tradisional dan penyakit tidak menular (PTM).
Lama, Kedalaman dan Frekuensi Penyelaman terhadap Kejadian Barotrauma Telinga pada Nelayan Penyelam Tradisional Utari Yunie Atrie; Linda Widiastuti; Liza Wati; Yusnaini Siagian; Soni Hendra Sitindaon
Jurnal Keperawatan Silampari Vol 6 No 2 (2023): Jurnal Keperawatan Silampari
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.514 KB) | DOI: 10.31539/jks.v6i2.5289

Abstract

This study aims to analyze the effect of length, depth, and conversion frequency on the incidence of ear barotrauma in traditional fishermen in Malang, Meeting Village, and Bintan Regency, Riau Archipelago. The method used in this quantitative research is analytic observational with a case-control research design. The results showed that there was a relationship between length, depth, and frequency of isolation on the incidence of ear barotrauma in traditional healing in Malang, which was demonstrated through the results of the Chi-Square test analysis on various factors, namely p = 0.048 (time of rescue), p = 0.001 ( healing depth) and p=0.001 (healing frequency). The multiple logistic regression test results obtained p-value = 0.00 (p <0.05). In conclusion, duration, depth, and frequency of diving affect health problems, especially ear barotrauma in traditional healing fishermen. Of the various adaptation factors, depth is the factor that most influence ear barotrauma incidence in traditional diving fishermen. Keywords: Ear Barotrauma, Frequency of healing, Depth of healing, Long Dive, Fisherman Traditional Diving