Ni Putu Darmara Pradnya Paramita
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Heu Meni: Analogi Tanaman Santalum Album Linn Dalam Busana Septalia Anglis Buananda; A.A. Ngurah Anom Mayun K. Tenaya; Ni Putu Darmara Pradnya Paramita
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cendana merupakan salah satu aset negara dikarenakan kayu yang dihasilkan dapat bernilai sangat mahal. Disamping itu pula cendana menjadi pohon yang banyak diinginkan dari berbagai negara seperti contohnya Cina. Penciptaan karya busana ready to wear , deluxe dan semi haute couture ini ditujukkan untuk mewujudkan busana feminine romantic dengan Bunga Cendana sebagai ide penciptaan dan dilaksanakan bersamaan dengan program Studi/Projek Indenpenden bersama mitra GameLab Indonesia. Bunga Cendana diimplementasikan dengan teori analogi dan kata kunci terpilih yaitu: bunga, lonceng, tipis, merah,dan payung menggarpu. Metode penciptaan yang digunakan yaitu terdiri dari delapan tahapan penciptaan “Frangipani” Desain Fashion dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016 meliputi design brief, research and sourching, design development, sample, prototype, dummy, final collection, promoting, branding, sale, production business. Hasil penciptaan ini diharapkan dapat menambah kepustakaan khususnya dibidang fashion dengan teori analogi Bunga Cendana yang diimplementasikan ke dalam wujud busana feminine romantic
Ngale Tatanen: Metafora Tradisi Daerah Indramayu Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan PT Sangkara Indah Sejahtera Ni Kadek Yunik Ariyanti; Nyoman Dewi Pebryani; Ni Putu Darmara Pradnya Paramita
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 2 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi Ngarot merupakan tradisi di desa Lelea, Indramayu, Jawa Barat sebagai ungkapan syukur masyarakat terhadap datangnya musim tanam padi. Tradisi ini diwariskan oleh Ki Kapol yang bertujuan untuk menjalin kondisi sosial yang harmonis dengan melibatkan generasi muda terutama dalam pergaulan. Melalui bertani, nilai-nilai dalam tradisi Ngarot diharapkan dapat membawa generasi muda kearah peragaulan yang sehat dan tetap melestarikan tradisi didesa mereka. Syarat pemuda dan pemudi yang mengikuti rangkaian tradisi ini adalah generasi yang masih menjaga kesucian mereka / masih perawan dan perjaka. Mitos yang diyakini oleh masyarakat Lelea, jika pemudi yang mengenakan mahkota bunga sudah tidak suci maka bunga tersebut akan layu dan tidak wangi. Tradisi ini selalu dilaksanakan setiap hari rabu antara bulan Oktober, November dan Desember karena akhir tahun memasuki musim penghujan karena membawa kesuburan. Penciptaan karya busana Tugas Akhir yang dilatarbelakangi oleh keinginan penulis dalam mengimplementasikan Tradisi Ngarot Lelea dengan mewujudkannya kedalam karya busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture dengan menggunakan teori pendekatan metafora. Kata kunci terpilih yaitu : bujang cuene, suci, persatuan, hujan, dan syukur. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah sembilan penciptaan “Frangipani”design art fashion oleh Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016. Hasil penciptaan ini diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Ngarot yang di visualisasi dengan karya busana Tugas Akhir ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture.
Luwang Watu Saka Bhumi ¬Janggala : Metafora Arsitektur Bangunan Pura Goa Giri Putri Dalam Penciptaan Karya Busana Bergaya Exotic Dramatic Ni Putu Ariska Desi Anjani; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; Ni Putu Darmara Pradnya Paramita
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 2 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Goa Giri Putri merupakan salah satu warisan budaya luhur Indonesia berwujud arsitektur bangunan bertempat di Desa Pakraman Suana, Nusa Penida, Klungkung, Bali. Pengambilan nama pura ini berawal dari lokasinya yang terletak di kaki bukit, dengan etimologi Giri artinya bukit/gunung, dan putri memiliki makna wanita atau keibuan. Dalam konsep ajaran Hindu, kata Putri memiliki sebuah makna simbolis bagi kekuatan/kesaktian Tuhan yang memiliki sifat keibuan atau kewanitaan (Dunia, Dharma, 2007:3). Goa Giri Putri merupakan tempat bersemayamnya kekuatan/kesaktian Tuhan dalam manifestasinya sebagai Hyang Giri Putri sakti dalam wujudnya sebagai Siwa. Arsitektur Bangunan Pura Goa Giri Putri dipilih sebagai ide pemantik untuk memenuhi tugas akhir penciptaan tiga jenis koleksi busana yaitu busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture yang dikemas dengan pengungkapan metafora bergaya exotic dramatic yang mengacu pada lima kata kunci terpilih yaitu, Goa, Stalaktit, Karang Bhoma, Tri Hita Karana, dan Magis. Proses penciptaan karya busana berlandaskan metodologi penciptaan desain oleh Tjok Ratna Cora, yaitu “FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion” (Frangipani, Tahapan-tahapan rahasia dari Seni Fashion). FRANGIPANI terdiri dari sepuluh tahapan proses perancangan desain fashion berdasarkan identitas budaya Bali. Melalui penciptaan tiga koleksi karya busana ini, penulis secara tidak langsung ikut serta berperan dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia yang ditujukan melalui bentuk busana fashion.