Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi, Ida Ayu Kade
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Desain Interior Micro Teaching Berbasis Ergonomi Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Suasmini, I Dewa Ayu Sri; Desi In Diana Sari, Ni Luh
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.537 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.201

Abstract

Pembelajaran micro teaching adalah kegiatan pelatihan mengajar untuk mendalami makna bahkan strategi penggunaannya pada setiap proses pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan micro teaching dilaksanakan di kelas khusus, disebut ruangan micro teaching. Demi tercapainya pembelajaran micro teaching yang baik, diperlukan ruangan yang nyaman dan ergonomis, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang ruangan micro teaching. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah tersedianya teori berupa pedoman tertulis dan dokumen desain berupa gambar kerja, sehingga dapat digunakan sebagai model untuk mewujudkan desain interior micro teaching yang ergonomis bagi Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan yang tidak pernah secara khusus mempelajari teori tentang desain interior dan ergonomi. Target khusus pada penelitian ini adalah tersedianya pedoman tertulis dan gambar kerja tentang desain interior micro teaching berbasis ergonomi. Pengumpulan data pada penelitian tahun pertama, dilakukan memakai metode kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan memakai metode deskriptif dan komparatif serta glass-box melalui adanya masukan, proses dan luaran agar diperoleh simpulan yang signifikan. Adapun rincian kegiatan tahun pertama terdiri atas pengumpulan teori desain interior, seni yang berhubungan dengan interior dan ergonomi, wawancara dengan dosen dan mahasiswa LPTK, mengukur antropometri pengguna interior microteaching, observasi pengukuran dan dokumentasi desain interior micro teaching yang sudah ada di Bali, penetapan masalah, analisis serta simpulan.The learning of microteacing is a teaching worksop to explore of meanings and using strategy in every learning processes. Microteacing was arranged particullarly class that is called as microteaching classroom. To achieves good microteaching requires cozy and ergonomic room or scenery. To this requirement, is needed to organize the research of microteaching room. Long terms goals of this research aims theory as a written guidance and a ready-use design document of work charts to apply as model to achieves ergonomy microteaching interior design for vocational collage or academy. The specific target to be achieved in this research are the availabilty of written manual and work-chart about egronomic based interior design of microteaching. In order to achieves the objectives of this research, datas and objects collected by means of literature method, interviewing, observation and documentaries study. Data analisis are ordered by descriptives and comparatives method and glass-box of input and output in order to achieve the significant conclussion. The first year details of activities are interior design theory, art that is related to interior and ergonomy, interview to expert lectures and the students of LPTK, measures anthropometry of interior microteaching user, the observation of measurements and records the documents of microteaching of interior design that are already available in Bali, problems determination, analyzing and conclusing.
TRIGGERED FACTORS OF GRINGSING TENGANAN DOUBLE IKAT COMMODIFICATION IN THE GLOBALIZATION ERA Sri Sukmadewi, Ida Ayu Kade; Anom Kumbara, A.A. Ngurah; Suarka, I Nyoman; Wiasti, Ni Made
E-Journal of Cultural Studies Vol 15 No 1 (2022): Volume 15, Number 1, February 2022
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/cs.2022.v15.i01.p02

Abstract

The double woven cloth of Gringsing, Tenganan, Karangasem Bali serves as a ritual medium in traditional, religious, marriage activities, is sacred, and weaving skills are inherited from generation to generation (habitus) from their ancestors. Globalization and the entry of the tourism industry have influenced the development of the Gringsing double ikat fabric. Development is carried out by commodifying form and meaning, so as to create products with new meanings. The purpose of this study is to identify and understand the factors that cause the commodification of double ikat fabrics in Gringsing Tenganan, Karangasem in the era of globalization. This study used descriptive qualitative method. The techniques used in data collection, namely observation techniques, in-depth interview techniques, and document studies. The collected data were analyzed using analytical techniques, verified (data display), and concluded in narratives, tables, photos, and charts. The theory used in this research is the commodification theory of Barker and Piliang. The results of the study, namely the commodification of double ikat fabrics in Gringsing Tenganan, Karangasem in the era of globalization occurred due to internal and external factors. Internal factors that support the commodification of the Gringsing double ikat fabric are the economic orientation of the Tenganan community, the orientation of equality and freedom of life as well as ideology and outlook on life. External factors such as globalization and tourism development in Tenganan Pagringsingan Village, Karangasem. Keywords: commodification, gringsing double ikat, globalization
Desain Interior Micro Teaching Berbasis Ergonomi Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; I Dewa Ayu Sri Suasmini; Ni Luh Desi In Diana Sari
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.537 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.201

Abstract

Pembelajaran micro teaching adalah kegiatan pelatihan mengajar untuk mendalami makna bahkan strategi penggunaannya pada setiap proses pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan micro teaching dilaksanakan di kelas khusus, disebut ruangan micro teaching. Demi tercapainya pembelajaran micro teaching yang baik, diperlukan ruangan yang nyaman dan ergonomis, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang ruangan micro teaching. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah tersedianya teori berupa pedoman tertulis dan dokumen desain berupa gambar kerja, sehingga dapat digunakan sebagai model untuk mewujudkan desain interior micro teaching yang ergonomis bagi Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan yang tidak pernah secara khusus mempelajari teori tentang desain interior dan ergonomi. Target khusus pada penelitian ini adalah tersedianya pedoman tertulis dan gambar kerja tentang desain interior micro teaching berbasis ergonomi. Pengumpulan data pada penelitian tahun pertama, dilakukan memakai metode kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan memakai metode deskriptif dan komparatif serta glass-box melalui adanya masukan, proses dan luaran agar diperoleh simpulan yang signifikan. Adapun rincian kegiatan tahun pertama terdiri atas pengumpulan teori desain interior, seni yang berhubungan dengan interior dan ergonomi, wawancara dengan dosen dan mahasiswa LPTK, mengukur antropometri pengguna interior microteaching, observasi pengukuran dan dokumentasi desain interior micro teaching yang sudah ada di Bali, penetapan masalah, analisis serta simpulan.The learning of microteacing is a teaching worksop to explore of meanings and using strategy in every learning processes. Microteacing was arranged particullarly class that is called as microteaching classroom. To achieves good microteaching requires cozy and ergonomic room or scenery. To this requirement, is needed to organize the research of microteaching room. Long terms goals of this research aims theory as a written guidance and a ready-use design document of work charts to apply as model to achieves ergonomy microteaching interior design for vocational collage or academy. The specific target to be achieved in this research are the availabilty of written manual and work-chart about egronomic based interior design of microteaching. In order to achieves the objectives of this research, datas and objects collected by means of literature method, interviewing, observation and documentaries study. Data analisis are ordered by descriptives and comparatives method and glass-box of input and output in order to achieve the significant conclussion. The first year details of activities are interior design theory, art that is related to interior and ergonomy, interview to expert lectures and the students of LPTK, measures anthropometry of interior microteaching user, the observation of measurements and records the documents of microteaching of interior design that are already available in Bali, problems determination, analyzing and conclusing.
Desain Interior Microteaching Berbasis Ergonomi Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; I Dewa Ayu Sri Suasmini; Ni Luh Desi In Diana Sari
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i1.9

Abstract

Pembelajaran microteaching adalah kegiatan pelatihan mengajar untuk mendalami makna bahkan strategi penggunaannya pada setiap proses pembelajaran.  Microteaching dilaksanakan secara reguler di kelas biasa, namun sekarang telah mulai disiapkan kelas khusus yang disebut ruangan micro teaching. Untuk mencapai pembelajaran microteaching yang baik maka diperlukan suasana atau ruangan yang nyaman dan ergonomis.Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang ruangan microteaching.   Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah tersedianya teori berupa pedoman tertulis dan dokumen desain berupa gambar kerja  yang dapat digunakan  sebagai model untuk mewujudkan desain interior microteachingyang ergonomis bagi Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan yang tidak pernah secara khusus mempelajari teori tentang desain interior dan ergonomi, bagi para mahasisiwa Program Studi Desain Interior, desain interior dan pihak yang berkesempatann memperoleh penawaran mengerjakan projek jenis ini.Target khusus yang hendak dicapai pada penelitian ini, tersedia pedoman tertulis dan gambar kerja tentang desain interior micro teaching berbasis ergonomi bagi mahasiswa PS Desain interior agar variasi jenis kasus yang ditangani bertambah. Agar tujuan penelitian ini tercapai maka pengumpulan data dilakukan memakai metode kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi.Analisis data dilakukan memakai metode deskriptif dan komparatif serta glass-box melalui adanya masukan, proses dan luaran agar diperoleh simpulan yang signifikan. Adapun rincian kegiatan tahun pertama terdiri atas pengumpulan teori desain interior, seni yang berhubungan dengan interior dan ergonomi, wawancara dengan dosen dan mahasiswa LPTK, mengukur antropometri pengguna interior microteaching , observasi  pengukuran dan dokumentasi desain interior microteaching yang sudah ada di Bali, penetapan masalah, analisis serta simpulan. Kegiatan tahun kedua terdiri atas penyusunan teori desain interior microteaching yang ergonomis, pembuatan dokumen desain berupa gambar kerja desai interior microteaching yang ergonomis, penyusunan laporan hasil penelitian, pengusulan HKI, dan penyusunan bahan ajar. 
The Warrior Of Petang Dasa : Metafora Dresta Sasolahan Gebug Ende Dalam Busana Military Look Ni Kadek Dwi Sumaningsih; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; Nyoman Dewi Pebryani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.484 KB)

Abstract

Penciptaan busana dilatar belakangi dengan pemilihan konsep Tradisi Gebug Ende yang merupakan pertunjukan adu ketangkasan dibawakan kaum laki-laki dengan membawa rotan dan ende guna memohon turun hujan dan sebagai pertunjukan hiburan. Tradisi Gebug Ende berasal dari Desa Seraya, Karangasem, Bali. Penciptaan ini bertujuan untuk mewujudkan ide Tradisi Gebug Ende ke dalam busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture, menyusun strategi promosi, pemasaran, branding, penjualan koleksi busana, menyusun sistem produksi dan bisnis koleksi busana. Koleksi busana ini menggunakan metode penciptaan yaitu Frangipani terdiri dari delapan tahapan: (1) ide pemantik (design brief), (2) riset dan sumber (research and sourching), (3) pengembangan desain (design development), (4) tahap sampel (sample, prototype, construction), (5) koleksi akhir (final collection), (6) tahapan promosi (promotion,sales, and branding), (7) tahapan produksi (production), dan (8) bisnis (the business) disertai dengan teori gaya ungkap metafora, teori bentuk atau wujud, teori strategi pemasaran serta teori produksi. Military look diangkat dalam penciptaan ini agar keseluruhan tampilan dalam berbusana bergaya atau terlihat seperti militer atau prajurit. Strategi pemasaran yang dilakukan dengan cara periklanan di media sosial, membuat logo, label dan pagelaran busana serta sistem bisnis yang dilakukan dengan pembuatan rancangan anggaran biaya produksi dan business model canvas. Penciptaan busana ini ikut berkontribusi terhadap dunia fashion yaitu menambah khazanah fashion atau kekayaan fashion, sedangkan pada masyarakat dapat menambah wawasan tentang fashion dengan mengusung konsep sebuah tradisi.
Badama Cakra: Metafora Sosio Kultural dalam Busana Gaya Exotic Dramatic Ni Kadek Gina Sonya; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.268 KB)

Abstract

Tradisi siat sampian adalah tradisi yang digelar di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Tradisi siat sampian adalah ritual upacara sekaligus perang-perangan dalam suasana sakral yang diselenggarakan empat hari setelah pujawali bertepatan dengan Purnama Jiyestha, bulan 11 kalender Bali atau sekitar bulan Mei pada kalender Masehi. Ciri khas dari tradisi ini adalah penggunaan sisa sarana upacara yaitu sampian sebagai sarana peperangan. Penting untuk dapat mengetahui cara mengungkapkan tradisi ini dalam bentuk busana, dengan tujuan mengetahui makna yang terkandung dalam tradisi siat sampian, suasana dan arti perang yang berbeda dari biasanya serta nilai-nilai sosio kultural yang dituangkan kedalam wujud busana. Perancangan dalam koleksi busana “Badama Cakra” menggunakan metode Frangipani yaitu delapan (8) tahapan penciptaan, diantaranya design brief (ide pemantik), research and sourcing (riset dan sumber), design development (pengembangan desain), samples, prototypes, and construction (kontruksi), the final collection (koleksi akhir), promotion-marketing, branding and sales (promosi), production (produksi), the business (bisnis) (Cora, 2016: 203-205) yang disertai dengan teori metafora, estetika, pemasaran serta bisnis. Berdasarkan penciptaan yang telah dilakukan, tradisi siat sampian diwujudkan ke dalam koleksi busana “Badama Cakra”, yaitu ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture dengan mengusung trend neo medieval. Gaya exotic dramatic diangkat dalam penciptaan ini untuk menambah kesan budaya sehingga menciptakan busana yang ekspresif. Pembuatan busana yang mengandung unsur feminine dan edgy look juga diterapkan dalam koleksi ini untuk menampilkan kesan berani, tampil beda, memiliki karakter yang kuat, dengan kesan feminine.
Teroesir : Metafora Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Dalam Penciptaan Busana Dengan Edgy Style Ni Nengah Zinnia Aribaten; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; Tjok Istri Ratna Cora S.
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.472 KB)

Abstract

Metafora umumnya digambarkan melalui simbol-simbol ataupun perumpamaan dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang tergolong dalam perfilman Nusantara, dimana film ini mengandung budaya Minangkabau dan Makassar. Penciptaan ini merupakan salah satu upaya apresiasi terhadap perfilman Indonesia melalui perwujudan busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture, sehingga dapat menjadi bentuk kekayaan baru berbasis pada kearifan lokal.Proses kreatif menggunakan metodelogi desain Tjok Ratna Cora, yaitu “FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion” yang terdiri atas sepuluh tahapan dalam proses perancangan desain fashion berdasarkan identitas budaya Bali. Berdasarkan uraian metafora pada kisah cinta Zainuddin dan Hayati, maka tercipta busana dengan style edgy. Edgy merupakan busana yang tergolong tidak biasa atau out of the box dengan ciri warna hitam yang mendominasi. Dalam karya ini didasari oleh pemeran utama yaitu Zainuddin, terlahir dari orang tua yang berbeda suku. Warna hitam sebagai sisi ayahnya, yaitu ciri warna pada baju adat pria Minangkabau, sedangkan warna ungu sebagai sisi ibunya, yaitu warna baju adat Makassar pada wanita janda. Warna hitam mendominasi dikarenakan Minangkabau (tanah kelahiran ayah Zainuddin) sebagai latar tempat pada film ini. Ketiga busana ini menggunakan print fabric yang mengilustrasikan kisah film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pada busana ready to wear terdiri tiga pieces, yaitu dress, outer, dan mini skirt. Pada busana ready to wear deluxe terdiri atas tiga pieces, yaitu shirt, outer, dan pants. Dan pada busana haute couture terdiri atas dua pieces, yaitu gown dan balloon sleeves.
NGETER BOBOK : METAFORA TRADISI TER-TERAN DALAM BUSANA EDGY Ratu Paranaswari A.A. Sagung; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; A.A Ngurah Anom Mayun KT
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1072.852 KB)

Abstract

“Ngeter Bobok” adalah judul koleksi busana Tugas Akhir bertemakan Diversity of Indonesia yang terinspirasi dari tradisi Ter-teran di desa Jasri, Karangasem dengan memadukan style edgy. Koleksi ini merupakan jenis busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture. Penciptaan koleksi Ngeter Bobok menggunakan delapan tahapan yang bertajuk “Frangipani”, Tahapan – tahapan Rahasia dari Seni Fashion Art. Ide pemantik ini diimplementasikan melalui gaya ungkap metafora yang akan diuraikan pada teori semiotika dan keyword berupa perang, semangat, daun kelapa kering, gelap, gotong royong, edgy. Keyword tersebut kemudian diolah sedemikian rupa dan diaplikasikan pada koleksi busana dengan teori estetika mencakup prinsip desain dan elemen desain yang tampak dari desain busana, detail dan pemilihan bahan sehingga terbentuk nilai keindahan dalam koleksi busana ini. Adapun warna yang dipilih merupakan warna – warna yang berkaitan dengan konsep tradisi Ter-teran yaitu hitam, coklat, merah, orange dan kuning. Melalui perpaduan material utama, yaitu katun twill, linen, kanvas, vilore dan duchess. Proses pengerjaan koleksi Tugas Akhir Ngeter Bobok terdapat gradasi warna api yang nantinya akan diwarna menggunakan teknik airbrush, pemasangan eyelet (mata ayam) serta teknik payet yang membentuk sesuai dengan desain. Selain itu terdapat teknik aplikasi dibeberapa bagian – bagian pada busana.
SA’O RIA TENDA BEWA: PENCIPTAAN KARYA BERKONSEP RUMAH ADAT SUKU LIO-ENDE DENGAN KAIN TENUN DAN TEKNIK ECO PRINT Florentina Yuniati Lori; I Made Radiawan; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1343.933 KB)

Abstract

Pencemaran lingkungan karena limbah telah memberikan dampak buruk bagi bumi , yang akan berdampak pula bagi Kesehatan dan kenyamanan bersama. Misalnya saja lingkungan tempat tinggal menjadi tidak nyaman karena air tercemar oleh limbah pewarnaan garment, banyak ikan mati karena racun limbah tersebut, hingga lapisan ozon yang menipis akibat dari kegiatan produksi di pabrik.Maka dari itu, solusi untuk mengantisipasi masalah tersebut salah satunya yakni menerapkan sistem mode yang berkelanjutan. Disisi lain industri mode dunia bergerak cepat, berbagai kalangan dengan latar kebudayaan yang beragam berlomba mencuri perhatian penikmat mode dunia. Menyikapi kenyataan tersebut, sebuah ide penciptaan busana berkonsep kebudayaan mengangkat kearifan local merupakan salah satu pergerakan yang mempunyai nilai lebih, didukung dengan penggunaan bahan alami seperti tenuntradisional dan kain eco print . Simbol-simbol, sejarah, serta makna filosofi yang terkandung dalam rumah adat suku Lio-Ende direpresentasikan secara metafora, sehingga perwujudan busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture menjadi bentuk hasil karya yang autentik.Perwujudan karya ini dilakukan dengan metode penciptaan yang dituangkan dalam 8 tahapan desain frangipani, terdiri dari : (1) ide pemantik, (2) riset dan sumber, (3) pengembangan desain, (4) tahap sampel, (5) koleksi akhir, (6) tahapan promosi, (7) tahapan produksi, (8) bisnis.Dengan menggunakan beberapa tambahan teori seperti teori bentuk/wujud, teori kebudayaan, teori terkait strategi pemasaran, branding, dan penjualan, serta teori terkait produksi dan bisnis, koleksi busana “Sa’o Ria Tenda Bewa” dengan style exotic dramatic bercampur dengan etnik tercipta suatu karya yang autentik yang diharapkan dapat menambah warna dalam industry mode dunia.
Laksmi Labdawara: Analogi Upacara Ngerasakin Dalam Busana Bergaya Etnik Glamour Made Ayu Widia; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; Ni Kadek Yuni Diantari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.776 KB)

Abstract

Upacara Ngerasakin adalah salah satu tradisi yang berada di Desa Kalisada, Kabupaten Buleleng yang dilakukan 1 hingga 2 kali setahun. Upacara Ngerasakin merupakan tradisi secara turun-temurun dari nenek moyang masyarakat setempat dalam rangka mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen lahan pertanian mereka. Filosofi upacara Ngerasakin ini menjadi inspirasi penulis untuk menciptakan karya busana. Penciptaan karya busana ini menggunakan gaya ungkap analogi. Ada sepuluh tahapan dalam proses penciptaan yang diadaptasi dari penciptaan frangipani pada “Wacana Fesyen Global dan Pakaian di Kosmopolitan Kuta”, yaitu (1) finding the brief idea based on culture identity of Bali, (2) research and sourching of art fashion, (3) analizing of fashion element taken from the richness of balinese culture, (4) narrating of art fashion idea by 2d or 3d visualitation, (5) giving a soul-taksu to art fashion idea by making sample,dummy and construktion, (6) interpreting of singularity art fashion will be showed in the final collection, (7) promoting and making a unique art fashion, (8) afirmation branding, (9) navigating art fashion producting by humanist capitalism method, dan (10) introducing the art fashion business.Upacara ngerasakin ini divisualisasikan dengan beberapa kata kunci sasih kapat, poleng, sawah, tamas, etnik dan glam. Penerapan kata kunci sasih kapat divisualisasikan dengan daun yang berguguran di musim kering. Warna poleng terinspirasi dari bagian busana sanggah jro gede. Sawah divisualisasikan ke dalam padi. Tamas menginspirasi corak dan warna cokelat. Payet dan make up yang tegas digunakan untuk memberi kesan glamor.