Yoko Mine
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Agronomy, Utilization and Economics of Indigenous Vegetables in West Java, Indonesia Edi Santosa; Utami Prawati; , Sobir; Yoko Mine; Nobuo Sugiyama
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.929 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.125-134

Abstract

ABSTRACTIndigenous vegetables have become popular in recent Indonesian diet, but agronomic and economic studies on these crops are limited. The objective of this research was to investigate the cultural technique of indigenous vegetables, their uses and economic importance in West Java, Indonesia. Initial market observation was conducted in Bogor to determine the economic value of indigenous vegetables. In depth observations of the indigenous vegetables and interviews with merchants, farmers and consumers were conducted in three districts, i.e., Bogor, Cianjur and Tasikmalaya, focusing on four indigenous vegetables familiar to local people, i.e., genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau), kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), leunca (Solanum americanum Miller) and poh-pohan (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd.). This study showed that indigenous vegetables have been produced in extensive and semi-intensive cultivations and are sold in local markets daily, although local people do not consume them frequently. Indigenous vegetables held a market share of less than 5% at local markets, and accounted for less than 10% in household vegetable consumption. The reasons for consumers to choose indigenous vegetables were familiarity to these crops, moderate prices, family members’ preference, availability and ease of preparation. Generally, younger family members (<30 years old) bought indigenous vegetables less frequently than older ones (>30 years old), possibly due to lack of information on its use, unfamiliar flavor and high availability of other commercial vegetables commonly grown worldwide.Keywords: Cosmos caudatus, Limnocharis flava, local knowledge, Pilea melastomoides, Solanum americanumABSTRAKPopularitas sayuran indigenus terus meningkat di Indonesia, namun studi agronomi dan ekonominya masih terbatas. Penelitian bertujuan mengkaji budidaya, pemanfaatan dan nilai ekonomis sayuran indigenus di Jawa Barat, Indonesia. Penelitian pendahuluan dilakukan di pasar di wilayah Bogor. Penelitian mendalam dilakukan dengan mewawancarai pedagang, petani dan konsumen, serta mengamati di lahan petani di tiga kabupaten yakni Bogor, Cianjur dan Tasikmalayauntuk empat sayuran indigenus utama yakni genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau), kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), leunca (Solanum americanum Miller) dan poh-pohan (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd.). Studi menunjukkan bahwa sayuran indigenus diproduksi secara intensif dan semi intensif, serta dijual di pasar setiap hari, walaupun penduduk setempat tidak mengkonsumsi secara teratur. Sayuran indigenus mengisi celung pasar kurang dari 5% dan memenuhi kurang dari 10% kebutuhan sayuran rumah tangga. Konsumen memilih sayuran indigenus karena sudah terbiasa mengkonsumsi, harga terjangkau, disukai anggota keluarga,ketersediaan dan kemudahan mengolah. Secara umum, anggota keluarga muda (usia < 30 tahun) lebih jarang membeli sayuran indigenus dibanding yang lebih tua (usia > 30 tahun), kemungkinandisebabkan keterbatasan informasi nilai guna, adanya aroma asing, dan ketersediaan sayuran lain.Kata kunci: Cosmos caudatus, Limnocharis flava, pengetahuan lokal, Pilea melastomoides, Solanum americanum
Canopy Achitecture, Biomass and Fruit Production of Solanum nigrum L. as Determined by Nitrogen Application Edi Santosa; Marcella Putriantari; Hajime Nakano; Yoko Mine; Nobuo Sugiyama
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.118 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.3.162-170

Abstract

ABSTRACT Demand on fruits of Leunca (Solanum nigrum L.) is increasing in Indonesia due to a rapid expansion of ethnic restaurants, especially Sundanese restaurants. Most fruits come from semi-intensive cultivation in intercropping system, leading to low productivity. In order to improve productivity, nitrogen experiment was carried out at field of Leuwikopo Farm of Bogor Agricultural University, Bogor-Indonesia, during rainy season from December 2013 to April 2014. Four levels of nitrogen, i.e., 0, 60, 120, and 180 kg N ha-1, were arranged in a randomized complete block design with four replicates. The results revealed that canopy architecture, dry matter and fruit production, and fruit quality were highly affected by nitrogen application. Increasing nitrogen levels increased biomass and fruit production. Plants treated with nitrogen at level of 60 kg ha-1 produced ideal height for local labor and stable weekly fruit production than other levels. Hence, N fertilizer is essential for achieving high productivity of S. nigrum.Keywords: canopy shape, fruit load, indigenous vegetable, leunca, ranti kebo ABSTRAK Permintaan buah Leunca (Solanum nigrum L.) terus meningkat di Indonesia sejalan dengan perkembangan restoran etnis khususnya restoran Sunda. Sebagian besar buah leunca berasal dari tanaman sampingan secara tumpangsari, sehingga produktivitas rendah. Dalam rangka meningkatkan produktivitas, percobaan pemberian nitrogen dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Bogor pada musim hujan Desember 2013 sampai April 2014. Nitrogen diberikan empat taraf yaitu 0, 60, 120, dan 180 kg N ha-1, yang disusun dalam rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Hasil menunjukkan bahwa bentuk kanopi, produksi bahan kering dan produksi buah serta kualitas buah dipengaruhi oleh pemberian nitrogen. Peningkatan dosis nitrogen meningkatkan bahan kering dan produksi buah. Tanaman dengan perlakuan 60 kg N ha-1 menghasilkan tinggi yang ideal bagi pemanen, dan hasil mingguan yang stabil dibandingkan dengan taraf yang lebih besar. Oleh karena itu, pemupukan nitrogen penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas leunca.Kata kunci: beban buah, bentuk kanopi, leunca, ranti kebo, sayuran tradisional