Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Kualitas Tidur dan Aktivitas Fisik pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Ngajum, Kabupaten Malang Fitria Nugraha Aini; Dewi Martha Indria; Rizky Setia Firdaus; Ardhita Okky Riyana Dewi; Roziq Siroj Ramadhan; Cornellia Agnes Fransiska Putri
Jurnal Kesehatan Islam : Islamic Health Journal Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Kesehatan Islam : Islamic Health Journal
Publisher : Publikasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jki.v11i1.16105

Abstract

Sleep quality affects overall health and quality of life, including blood pressure. Increased blood pressure or hypertension is one of the factors causing cardiovascular disease that is often found in primary health care. Based on Riskesdas data in 2018, 25.8% of the Indonesian population suffers from hypertension. This study aims to determine the effect of sleep quality and level of physical activity with the incidence of hypertension in patients at the Ngajum Public Health Center, Malang Regency. Method: The research design used is a case control study. This research was conducted on 60 respondents in the working area of the Ngajum Health Center, Ngajum District, Malang Regency in December 2019. Sampling was carried out using the purposive sampling method. The research instrument used a sleep quality questionnaire adopted from the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and a physical activity questionnaire adopted from the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Results: The case group consisted of 30 hypertensive patients and the control group consisted of 30 non-hypertensive patients. In the hypertension group, 23.3% of patients had good sleep quality and 76.7% had poor sleep quality. In the group of non-hypertensive patients, 73.3% had good sleep quality and 26.7% had poor sleep quality (p≤0.05). Meanwhile, the level of physical activity in hypertensive patients was 60.0% who had high activity, 6.7% had moderate activity, and 33.3% had low activity. Then in the control group there were 70.0% who had high activity, 20.0% had moderate activity, and 10.0% had low activity (p≤0,05). Conclusion: Based on the results of the study, it can be concluded that the quality of sleep and activity had a significant effect on the incidence of hypertension in patients at the Ngajum Public Health Center, Ngajum District, Malang Regency.
PENINGKATAN KADAR SERUM GLUTAMIC OXALOACETIC TRANSAMINASE (SGOT) TANPA PERUBAHAN MASSA OTOT DENGAN PENGUKURAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) PADA LANSIA SEHAT DI KOTA MALANG Faqihatul Azizah Devitasanti; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.822 KB)

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Penuaan merupakan proses alami individu yang ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, salah satunya massa otot. Untuk mengetahui adanya penurunan massa otot menggunakan metode Bioelectrical Impedence Analysis (BIA) dan kadar SGOT. Penelitian dilakukan karena sebelumnya belum ada penelitian yang menggunakan kedua metode secara bersamaan dengan membandingkan usia antara dewasa muda dan lansia.Metode: Penelitian ini menggunakan metode Descriptive Analityc Cross Sectional dengan sampel wanita dewasa muda 19-23 tahun (n=40) dan lansia 59-66tahun (n=40). Penilaian massa otot menggunakan Bioelectrical Impadance Analysis (BIA) dan kadar SGOT diukur dengan metode kinetik enzimatik. Data dianalisa dengan uji Mann-Whitney dan dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman dengan p<0.05 dianggap signifikan.Hasil dan Pembahasan: Nilai rata-rata massa otot wanita dewasa muda 34.302±3.6776 dan lansia 35.862±3.6741 (p=0.088). Nilai rata-rata kadar SGOT wanita dewasa muda adalah 18.78±8.113 dan lansia 20.65±4.583 (p=0.004). Hasil korelasi usia dengan massa otot tidak memiliki korelasi (r=-0.143, p=0204), sedangkan usia dengan SGOT memiliki korelasi lemah (r=0.260, p=0.020). Hal ini diduga terjadi karena pengaruh dari aktifitas fisik yang cukup baik sehingga massa otot tetap terjaga, akan tetapi adanya kemungkinan kerusakan sel pada organ lain yang mengalami penuaan dapat terdeteksi dengan adanya peningkatan kadar SGOT.Kesimpulan: Penuaan meningkatkan kadar SGOT namun tidak mempengaruhi massa otot wanita sehat di Kota MalangKata Kunci : Usia, penuaan, SGOT, massa otot, BIA
Pengaruh Tingkat Konsumsi Diet Tinggi Natrium dan Lemak Dengan Prevalensi Hipertensi Pada Masyarakat di Kabupaten Malang Alisa Qotrunnada Kirom; Fitria Nugraha Aini; Erna Sulistyowati
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.884 KB)

Abstract

Pendahuluan : Konsumsi natrium dan lemak merupakan faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan meningkatnya volume cairan ekstraseluler sehingga menimbulkan hipertensi. Konsumsi makanan yang tinggi lemak akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah sehingga menimbulkan ateroskleorsis dan menyebabkan hipertensi. Di Kabupaten Malang hipertensi menempati posisi kedua sebagai penyakit dengan jumlah kasus terbanyak. Diperlukan penelitian untuk melihat pengaruh konsumsi tinggi natrium dan tinggi lemak terhadap kejadian hipertensi khususnya di Kabupaten Malang untuk pengendalian tekanan darah bagi masyarakat di Kabupaten Malang.Metode : Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Responden merupakan masyarakat Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Quetionare (FFQ) untuk menilai frekuensi konsumsi diet tinggi natrium dan lemak. Data tekanan darah didapatkan dari data sekunder. Analisis data bivariat dilakukan dengan Chi-quare test. Analisa data kuantitatif menggunakan Spearmann Rho dan Mann Whitney U Test dengan tingkat signifikansi p<0,05.Hasil : Didapatkan jumlah responden sebanyak 126 responden yang dibagi menjadi kelompok normotensi sebanyak 54 responden dan kelompok hipertensi sebanyak 72 respoden. Responden berasal dari Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Wonosari. Terdapat hubungan signifikan konsumsi diet tinggi natrium dan lemak terhadap kejadian hipertensi p<0,05.Kesimpulan : Tingkat konsumsi diet tinggi natrium dan lemak mempengaruhi prevalensi hipertensi masyarakat di Kabupaten Malang.Kata Kunci : diet tinggi natrium dan lemak, hipertensi, Kabupaten Malang
KAJIAN PUSTAKA ALANG-ALANG SEBAGAI OBAT HIPERTENSI Zahna Regitasari; Fitria Nugraha Aini; Erna Sulistyowati
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.696 KB)

Abstract

ABSTRAKAlang-alang (Imperata cylindrica) memiliki kandungan senyawa golongan flavonoid, triterpenoid, dan lignan yang berkhasiat untuk diabetes, penyakit infeksi dan hipertensi. Tingginya kandungan senyawa aktif dalam I. cylindrica berpotensi menurunkan tekanan darah. Review artikel ini bertujuan untuk menjelaskan potensi I. cylindrica sebagai antihipertensi. Dengan menggunakan database elektronik Pubmed dan Google Scholar dengan kata kunci “Imperata cylindrica and hypertension”, ”Effect of Imperata cylindrica for hypertension”, didapatkan 857 artikel dan 1.010 artikel. Setelah melakukan penapisan pada artikel jurnal tahun 2010-2020, terdapat 6 (enam) artikel full text yang kami bahas pada review ini. Melalui penelitian in vivo hewan coba dan subyek manusia menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif I. cylindrica memiliki potensi sebagai antihipertensi. Melalui studi in vivo dan ex vivo, ekstrak methanol daun I. cylindrica dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme vasodilatasi pembuluh darah dan menurunkan kontraksi otot polos. Selain itu I. cylindrica berperan menurunkan tekanan darah melalui efek diuretik melalui studi in vivo. Kandungan flavonoid (quercetine, kaempferol dan astragalin), triterpenoid (asiaticoside), dan lignan (graminone B) memiliki efek menurunkan stres oksidatif sehingga menghambat vasokonstriksi pembuluh darah. Review ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif I. cylindrica dapat menurunkan tekanan darah.kata kunci: Imperata cylindrica, flavonoids, antihypertension
Pengaruh Tingkat Aktifitas Fisik Dengan Prevalensi Hipertensi Pada Masyarakat di Kabupaten Malang Dian Ilmaniar Istiqamah; Fitria Nugraha Aini; Erna Sulistyowati
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.62 KB)

Abstract

Pendahuluan: Aktifitas fisik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang dapat dikendalikan. Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan aktivasi sistem saraf simpatis yang kemudian menyebabkan aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) dan meningkatkan sekresi renin yang mengakibatkan peningkatan angiotensin II dan aldosteron sehingga terjadi vasokontriksi dan peningkatan volume intravaskuler yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Kabupaten Malang menduduki peringkat kedua tertinggi dengan kejadian hipertensi dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktifitas fisik dengan prevalensi hipertensi pada masyarakat Kabupaten Malang serta untuk mengetahui perbedaan tingkat aktifitas fisik pada kelompok normotensi dan hipertensi.Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah masyarakat di Kabupaten Malang. Responden dibagi menjadi dua kelompok, kelompok normotensi dan hipertensi. Pengambilan data menggunakan instrumen kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk menilai perilaku aktifitas fisik dengan hipertensi. Analisa korelasi menggunakan spearmann rho dan uji komparasi menggunakan uji mann whitney u test. Hubungan signifikan bila p<0,05 dan terdapat perbedaan bila p<0,05.Hasil: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat aktifitas fisik dengan hipertensi (p 0,000) dengan korelasi yang sangat kuat (0,764) dan terdapat perbedaan tingkat aktifitas fisik kelompok normotensi dengan kelompok hipertensi (p 0,000).Kesimpulan: Aktifitas fisik yang rendah dapat meningkatkan prevalensi hipertensi dan kelompok normotensi memiliki aktifitas fisik yang berbeda dengan kelompok hipertensi.Kata kunci: Aktifitas fisik, hipertensi, masyarakat Kabupaten Malang.
DIABETES MELITUS TIPE 2 MENYEBABKAN PERUBAHAN HASIL SHORT PHYSICAL PERFORMANCE BATTERY (SPPB) TEST DI MALANG RAYA Qurrotu Ainayya; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.522 KB)

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah penyakit yang ditandai adanya kondisi hiperglikemia dan mampu mengakibatkan terjadinya sarkopenia dan frailty syndrome (sindroma kelemahan). Sarkopenia dan frailty syndrome ditandai adanya penurunan performa fisik yang dapat diukur dengan SPPB test. Efek DMT2 pada skor SPPB test individu di Malang Raya belum pernah dilakukan sehingga pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan.Metode: Penelitian dilakukan secara descriptive-analitic menggunakan pendekatan cross-sectional dengan teknik non-probability sampling tipe purposive sampling pada 60 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok sehat (n=28) dan DMT2 (n=32). SPPB test diukur dengan tes keseimbangan, 4-m walking   test, dan chair stand test. Analisis data menggunakan uji komparasi, dilanjutkan uji korelasi dengan signifikansi p<0.05.Hasil dan Pembahasan: Tidak terdapat perbedaan signifikan pada skor tes keseimbangan (p=0.203). Nilai 4-m walking test kelompok sehat 5,425 ± 1,107 dan DMT2 6,738 ± 1,862 (p=0.005). Nilai chair stand test kelompok sehat 14,769 ± 3,18 dan DMT2 12,958 ± 4,87 (p=0.140). Terdapat perbedaan signifikan pada skor total SPPB test (p=0.027). Hasil uji korelasi HbA1c dengan tes keseimbangan adalah r=-0.158 (p=0.227), dengan 4-m walking   test adalah r=0.451 (p=0.000), dengan chair stand test adalah r=-0.044 (p=0.736), dan dengan skor total SPPB test adalah r=-0.353 (p=0.006). Hal ini menunjukkan pada DMT2 terjadi penurunan performa fisik melalui SPPB test.Kesimpulan: DMT2 menurunkan 4-m walking test dan skor total SPPB test, tetapi tidak mengubah hasil tes keseimbangan dan chair stand test pada individu lansia di Malang Raya.Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2; Sarkopenia; Frailty Syndrome; SPPB test 
LAJU FILTRASI GLOMERULUS MENURUN PADA WANITA LANSIA SEHAT DI KOTA MALANG TANPA PERUBAHAN KADAR KREATININ URIN Riki Nur Taufiq; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.084 KB)

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia cukup tinggi. Salah satu perubahan pada proses menua adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan laju filtrasi glomerulus (LFG), kreatinin urin dan kreatinin serum pada lansia dan dewasa muda sebagai deteksi dini penyakit pada ginjal yang belum dilakukan sehingga peneliti perlu melakukan penelitian.Metode: Studi Cross Sectional dengan sampel wanita usia dewasa muda dan lansia. Pengambilan sampel darah tepi dan urin digunakan sebagai bahan untuk mengukur kadar kreatinin urin dan kreatinin serum yang diukur dengan metode Jaffe reaction, pemeriksaan LFG dikalkulasi dengan rumus Cockroft and Gault.Hasil dan Pembahasan: Rata – rata LFG dewasa muda dan lansia adalah 108.93±19.94 vs 68±17 (p=0,000). Rata – rata kreatinin urin dewasa muda dan lansia adalah 142,29±91,37 vs 101,61±68,83 (p=0,181). Rata – rata kreatinin serum dewasa muda dan lansia adalah 0,73±0,11 vs 0,80±0,12 (p=0,017).  Hubungan tidak searah kuat didapatkan pada usia dan LFG r=-0,686 (p=0,000), lemah pada usia dan kreatinin urin r=-0,153 (P=0,181). Hubungan searah kreatinin serum dan usia dengan kekuatan lemah r=0,205 (p=0,017). Hal ini menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal yang terjadi akibat perubahan pada nefron seiring dengan bertambahnya usia.Kesimpulan: Penuaan berpengaruh pada nilai laju filtrasi glomerulus namun tidak berpengaruh pada kreatinin urin wanita sehat di kota Malang. Kata Kunci: Usia, Penuaan, Laju Filtrasi Glomerulus, Kreatinin Urin, Kreatinin Serum
DIABETES MELITUS TIPE 2 MENYEBABKAN PERUBAHAN HASIL SHORT PHYSICAL PERFORMANCE BATTERY (SPPB) TEST DI MALANG RAYA Qurrotu Ainayya; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah penyakit yang ditandai adanya kondisi hiperglikemia dan mampu mengakibatkan terjadinya sarkopenia dan frailty syndrome (sindroma kelemahan). Sarkopenia dan frailty syndrome ditandai adanya penurunan performa fisik yang dapat diukur dengan SPPB test. Efek DMT2 pada skor SPPB test individu di Malang Raya belum pernah dilakukan sehingga pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan.Metode: Penelitian dilakukan secara descriptive-analitic menggunakan pendekatan cross-sectional dengan teknik non-probability sampling tipe purposive sampling pada 60 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok sehat (n=28) dan DMT2 (n=32). SPPB test diukur dengan tes keseimbangan, 4-m walking   test, dan chair stand test. Analisis data menggunakan uji komparasi, dilanjutkan uji korelasi dengan signifikansi p<0.05.Hasil dan Pembahasan: Tidak terdapat perbedaan signifikan pada skor tes keseimbangan (p=0.203). Nilai 4-m walking test kelompok sehat 5,425 ± 1,107 dan DMT2 6,738 ± 1,862 (p=0.005). Nilai chair stand test kelompok sehat 14,769 ± 3,18 dan DMT2 12,958 ± 4,87 (p=0.140). Terdapat perbedaan signifikan pada skor total SPPB test (p=0.027). Hasil uji korelasi HbA1c dengan tes keseimbangan adalah r=-0.158 (p=0.227), dengan 4-m walking   test adalah r=0.451 (p=0.000), dengan chair stand test adalah r=-0.044 (p=0.736), dan dengan skor total SPPB test adalah r=-0.353 (p=0.006). Hal ini menunjukkan pada DMT2 terjadi penurunan performa fisik melalui SPPB test.Kesimpulan: DMT2 menurunkan 4-m walking test dan skor total SPPB test, tetapi tidak mengubah hasil tes keseimbangan dan chair stand test pada individu lansia di Malang Raya.Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2; Sarkopenia; Frailty Syndrome; SPPB test 
PENINGKATAN KADAR SERUM GLUTAMIC OXALOACETIC TRANSAMINASE (SGOT) TANPA PERUBAHAN MASSA OTOT DENGAN PENGUKURAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) PADA LANSIA SEHAT DI KOTA MALANG Faqihatul Azizah Devitasanti; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Penuaan merupakan proses alami individu yang ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, salah satunya massa otot. Untuk mengetahui adanya penurunan massa otot menggunakan metode Bioelectrical Impedence Analysis (BIA) dan kadar SGOT. Penelitian dilakukan karena sebelumnya belum ada penelitian yang menggunakan kedua metode secara bersamaan dengan membandingkan usia antara dewasa muda dan lansia.Metode: Penelitian ini menggunakan metode Descriptive Analityc Cross Sectional dengan sampel wanita dewasa muda 19-23 tahun (n=40) dan lansia 59-66tahun (n=40). Penilaian massa otot menggunakan Bioelectrical Impadance Analysis (BIA) dan kadar SGOT diukur dengan metode kinetik enzimatik. Data dianalisa dengan uji Mann-Whitney dan dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman dengan p<0.05 dianggap signifikan.Hasil dan Pembahasan: Nilai rata-rata massa otot wanita dewasa muda 34.302±3.6776 dan lansia 35.862±3.6741 (p=0.088). Nilai rata-rata kadar SGOT wanita dewasa muda adalah 18.78±8.113 dan lansia 20.65±4.583 (p=0.004). Hasil korelasi usia dengan massa otot tidak memiliki korelasi (r=-0.143, p=0204), sedangkan usia dengan SGOT memiliki korelasi lemah (r=0.260, p=0.020). Hal ini diduga terjadi karena pengaruh dari aktifitas fisik yang cukup baik sehingga massa otot tetap terjaga, akan tetapi adanya kemungkinan kerusakan sel pada organ lain yang mengalami penuaan dapat terdeteksi dengan adanya peningkatan kadar SGOT.Kesimpulan: Penuaan meningkatkan kadar SGOT namun tidak mempengaruhi massa otot wanita sehat di Kota MalangKata Kunci : Usia, penuaan, SGOT, massa otot, BIA
LAJU FILTRASI GLOMERULUS MENURUN PADA WANITA LANSIA SEHAT DI KOTA MALANG TANPA PERUBAHAN KADAR KREATININ URIN Riki Nur Taufiq; Fitria Nugraha Aini; Rahma Triliana
Jurnal Kedokteran Komunitas Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia cukup tinggi. Salah satu perubahan pada proses menua adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan laju filtrasi glomerulus (LFG), kreatinin urin dan kreatinin serum pada lansia dan dewasa muda sebagai deteksi dini penyakit pada ginjal yang belum dilakukan sehingga peneliti perlu melakukan penelitian.Metode: Studi Cross Sectional dengan sampel wanita usia dewasa muda dan lansia. Pengambilan sampel darah tepi dan urin digunakan sebagai bahan untuk mengukur kadar kreatinin urin dan kreatinin serum yang diukur dengan metode Jaffe reaction, pemeriksaan LFG dikalkulasi dengan rumus Cockroft and Gault.Hasil dan Pembahasan: Rata – rata LFG dewasa muda dan lansia adalah 108.93±19.94 vs 68±17 (p=0,000). Rata – rata kreatinin urin dewasa muda dan lansia adalah 142,29±91,37 vs 101,61±68,83 (p=0,181). Rata – rata kreatinin serum dewasa muda dan lansia adalah 0,73±0,11 vs 0,80±0,12 (p=0,017).  Hubungan tidak searah kuat didapatkan pada usia dan LFG r=-0,686 (p=0,000), lemah pada usia dan kreatinin urin r=-0,153 (P=0,181). Hubungan searah kreatinin serum dan usia dengan kekuatan lemah r=0,205 (p=0,017). Hal ini menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal yang terjadi akibat perubahan pada nefron seiring dengan bertambahnya usia.Kesimpulan: Penuaan berpengaruh pada nilai laju filtrasi glomerulus namun tidak berpengaruh pada kreatinin urin wanita sehat di kota Malang. Kata Kunci: Usia, Penuaan, Laju Filtrasi Glomerulus, Kreatinin Urin, Kreatinin Serum