Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pengukuran Kecerahan Langit Arah Zenit di Medan dan Serdang Bedagai Menggunakan Sky Quality Meter Abu Yazid Raisal; Hariyadi Putraga; Muhammad Hidayat; Arwin Juli Rakhmadi
JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah) Vol 5 No 1 (2021): May Edition
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Nurul Huda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30599/jipfri.v5i1.835

Abstract

Light pollution is a worldwide problem that affects fewer stars that can be seen at night. This study aims to measure the brightness of the sky in the zenith direction to minimize the effect of light pollution in observing celestial bodies. The research used the observation method of sky brightness level with SQM. Measurement of sky brightness was carried out in two places, namely in Medan and Serdang Bedagai. The SQM is mounted in a zenith direction and set to retrieve data every two seconds. Observations were made on November 10-13, 2018, during the new moon phase. The average value of sky brightness obtained in Medan is 18.05 mpsas and the NELM value is 4.00. Based on the Bortle scale, Medan is included in the ninth class area, namely the inner-city sky. Meanwhile, the average value of sky brightness obtained in Serdang Bedagai is 19.69 mpsas and the NELM value is 5.26. Based on the Bortle scale, Serdang Bedagai belongs to the sixth class area, namely bright suburban sky.
Posisi matahari pada saat ekuinoks, summer solstice, dan winter solstice di observatorium ilmu falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Abu Yazid Raisal; Hariyadi Putraga; Muhammad Hidayat; Rizkiyan Hadi
Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika Vol 7, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.255 KB) | DOI: 10.12928/jrkpf.v7i1.15772

Abstract

Abstrak. Selama satu tahun, Matahari tidak selalu berada di daerah khatulistiwa, namun terkadang berada di daerah utara khatulistiwa serta daerah selatan khatulistiwa. Kedudukan Matahari di khatulistiwa disebut ekuinoks, kedudukan Matahari saat berada di titik terjauh di utara dari khatulistiwa disebut solstis musim panas (summer solstice), kedudukan Matahari saat berada di titik terjauh di selatan dari khatulistiwa disebut solstis musim dingin (winter solstice). Matahari di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara menunjukkan posisi yang berbeda saat ekuinoks, summer soltice, dan winter solstice. Matahari terbit di arah timur dan terbenam di arah barat hanya terjadi pada saat ekuinoks. Meskipun saat ekuinoks, namun Matahari tidak dapat menunjukk arah timur dan barat sepanjang hari. Hal ini disebabkan pergerakan Matahari tidak tegak lurus terhadap horizon melainkan miring sesuai dengan lintang tempat.Kata kunci: summer sosltice, winter sosltice, ekuinoksAbstract. During one year, the Sun is not always in the equator, but sometimes it is in the north of the equator and the south of the equator. The position of the Sun at the equator is called the equinox, the position of the Sun when it is at its farthest point north of the equator is called the summer solstice, the position of the Sun when it is at the farthest point south of the equator is called the winter solstice. The Sun at Obervatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara shows a different position during the equinox, summer solstice, and winter solstice. The sun rises in the east and sets in the west only at the equinox. Even at the equinox, the Sun can't show east and west all day. This is due to the movement of the Sun not perpendicular to the horizon but tilted in accordance with the latitude of the place.Keywords: summer sosltice, winter sosltice, equinox
PENGAMATAN HILAL SIANG MENGGUNAKAN METODE OLAHAN FILTER WARNA PADA SOFTWARE IRIS Hariyadi Putraga; Abu Yazid Raisal; Muhammad Hidayat; Arwin Juli Rakhmadi
JURNAL SPEKTRA Vol 7, No 1 (2021): SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika, FITK, UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/spektra.v7i1.187

Abstract

Keberadaan perangkat lunak yang dapat melakukan pengolahan citra hasil pengamatan menjadi salah satu instrumen yang dapat membantu pengamat untuk melakukan pencarian keberadaan hilal siang hari di dalam citra gambar yang diambil oleh alat penangkap citra atau kamera. Salah satu instrument perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pengolahan citra benda langit adalah software IRIS Astronomy yang berasal dari Astrosurf. Keberadaan perangkat lunak ini membantu pengamat dalam mengolah, mendapatkan citra gambar dan memperjelas dari keadaan benda langit yang terdapat pada citra yang didapat dan diolah tersebut. Dengan keberadaan fitur – fitur yang dapat digunakan untuk mengganti tampilan gambar ke dalam tampilan temperature, ultraviolet dan inverted color, maka dapat mempermudah pengamat dalam menentukan kemungkinan keberadaan hilal pada gambar yang diolah. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pengamatan hilal atau bulan sabit pada siang hari (matahari masih diatas ufuk) menggunakan teleskop dengan bantuan software pengolah citra. Kegiatan ini dilakukan dengan mengambil gambar dengan kamera. Kemudian. dilanjutkan dengan mengolah gambar menggunakan IRIS. Hal ini dilakukan untuk melihat kemungkinan keberadaan dan keterlihatan hilal di siang hari tersebut. 
Pengukuran Diameter dan Kedalaman Kawah Bulan Muhammad Hidayat; Leo Hermawan; Riskiyan Hadi; Hariyadi Putraga; Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol 6, No 1 (2021): JULY
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/must.v6i1.7547

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur secara tidak langsung diameter dan kedalaman kawah bulan yang diperoleh saat pengamatan Bulan. Penelitian ini dilakukan di Observatorium Ilmu falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara  dengan menggunakan teleskop William Optics Gt 102, Mounting iEQ45 Pro Kamera CCD QHY 5-II dan Canoon 600D. Penelitian ini fokus pada pengamatan kawah di Bulan, menentukan ukuran diameter dan kedalamannya pada basis foto dan perhitungan sederhana dengan beberapa penyederhanaan matematis. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, didapat nilai untuk diameter (d) dan kedalaman (h) untuk kawah bernama Tycho yaitu  d=102,95; h=6,6. Copernicus d=110,14; h=5,4. Schiller d=28,98; h=8,6. Kepler d=178,82; h=3,8 dengan tingkat kesalahan pengukuran 2%.
Pemanfaatan Astrolabe dalam Perhitungan Waktu Shalat di SMA Sains & Tahfidz Al-Ammar Tanjung Morawa Muhammad Hidayat; Hasrian Rudi Setiawan; Arwin Juli Rakhmadi; Hariyadi Putraga
Jurnal SOLMA Vol. 10 No. 3 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v10i3.7339

Abstract

Jadwal shalat disusun berdasarkan data matahari, baik pada saat yang bersangkutan (jam, hari bulan dan tahun) maupun data rata-rata. Ketepatan penentuan waktu shalat, disamping tergantung pada sistem/ rumus-rumus yang dipergunakan juga tergantung kepada ketepatan pengambilan data seperti data Matahari maupun data lain yang dibutuhkan dalam perhitungan. Ada beberapa instrumen astronomi yang dapat digunakan dalam pengambilan data Matahari maupun penentuan waktu shalat salah satunya yaitu instrumena astronomi yang bernama Astrolabe. Astrolabe merupakan alat yang jarang diketahui dan memilki banyak fungsi dalam kehidupan maupun ibadah umat Islam, sehingga pembelajaran terkait instrumen astronomi khususnya Astrolabe harus terus dikembangkan. Ada tiga tahap metode pelaksanaan yang telah dirancang dalam pengabdian kali ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi program. Berdasarkan hasil pengabdian di SMA Sains & Tahfidz Al-Ammar maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik memahami akan pentingnya instrumen Astrolabe dan dapat menggunakan alat Astrolabe khususnya dalam perhitungan waktu shalat, selain itu para peserta didik juga terdorong untuk meningkatkan pemahaman maupun penggunaan Astrolabe pada materi-materi yang lain sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan, agama, bangsa dan negara.
Perbandingan Perhitungan Waktu Shalat Menggunakan Astrolabe RHI dan Accurate Times Hasrian Rudi Setiawan; Arwin Juli Rakhmadi; Muhammad Hidayat; Abu Yazid Raisal; Hariyadi Putraga
Al-Ahkam Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 6 No. 2 (2021): Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum
Publisher : IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/alahkam.v6i2.3416

Abstract

This study aims to determine the comparison of the calculation of prayer times using the RHI Astrolabe and Accurate Times Software. In addition, this study also describes in detail the steps in determining prayer times using the RHI Astrolabe and Accurate Times Software. The research method used in this study is experimental. The results of this study indicate that there is a difference in the calculation of prayer times on December 20 between the RHI Astrolabe and Accurate Times Software. The difference between Asr is 8 minutes, Isha 6 minutes and Fajr 1 minute. Meanwhile, during Zuhr, Maghrib and Shuruq there is no difference in the calculation of the RHI Astrolabe with the Accurate Times Software.   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perhitungan waktu shalat menggunakan Astrolabe RHI dan Software Accurate Times. Tujuan penelitian lainnya adalah untuk menjelaskan secara rinci langkah-langkah dalam menentukan waktu shalat menggunakan Astrolabe RHI dan Software Accurate Times. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat selisih perbedaan perhitungan waktu shalat pada tanggal 20 Desember antara Astrolabe RHI dengan Software Accurate Times. Adapun selisih pada waktu Ashar 8 menit, Isya 6 menit dan Subuh 1 menit. Sedangkan waktu Zuhur, Maghrib dan Syuruq tidak ada perbedaan pada perhitungan menggunakan Astrolabe RHI dan Software Accurate Times.
DESIGN OF REMOTING TELESCOPE IN OBSERVATORIUM ILMU FALAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA Ajraini Nazli; Hariyadi Putraga; Muhammad Hidayat; Arwin Juli Rakhmadi
Proceeding International Seminar of Islamic Studies INSIS 3 (February 2022)
Publisher : Proceeding International Seminar of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Disruption of technology is able to provide wider access in astronomy field. One of them through access the observation by using various remoting intruments. The easier way to use instrument particularly telescopes will facilitate data collection for both amateur and professional astronomers. In addition, the open access can increase public interest toward astronomy. Therefore, Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) designs and develops remote telescope service based on the internet network. The system controls telescope via computer. The system consists the Astronomical Imaging System (AIS) and Human-machine Interface (HMI). The telescope designed with remote system is the Bresser Messier AR-152L (Diameter 152 mm dan focal ratio f/7,9) and Losmandy G11 Gemini mount. The system uses two computers. First computer is connected to the telescope devices and the second is used for remote control. The remoting telescope requires a stellarium, sharpcap, and teamviewer, as well as WiFi connection. The research is expected to help and give solution for researchers restricted by access and distance to observe celestial object using remoting telescope.Keywords: Telescope, Remote, OIF UMSU
THE FALAK SCIENCE OBSERVATORY OF UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH NORTH SUMATRA (OIF UMSU) AND THE CONTRIBUTION IN FAJR TIME RESEARCH Arwin Juli Rakhmadi; Abu Yazid Raisal; Muhammad Hidayat; Hariyadi Putraga; Isra Hayati
Proceeding International Seminar of Islamic Studies INSIS 2 (January 2021)
Publisher : Proceeding International Seminar of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.997 KB)

Abstract

The Falak Science Observatory of the University of Muhammadiyah North Sumatra (abbreviated OIF UMSU) is an observatory that is engaged in the study and research of Islamic Astronomy. Structurally, this institution is under the auspices of the University of Muhammadiyah North Sumatra (UMSU). One focus of The Falak Science Observatory of the University of Muhammadiyah North Sumatra is the fajr time (true dawn) research by using Sky Quality Meter (SQM) instruments. OIF UMSU's Fajr time research data has compiled up to hundred data (days), collected from 2017 to 2020. Besides, some of OIF UMSUs data also been utilized by various parties in the research and development of the dawn study and Falak science in general. This article will present at a glance about OIF UMSU and the contribution to Fajr Time research using Sky Quality Meter.
PENENTUAN WAKTU MALAM MENGGUNAKAN SKY QUALITY METER DENGAN PENDEKATAN MOVING AVERAGE Hariyadi Putraga; Arwin Juli Rakhmadi; Muhammad Hidayat; Muhammad Dimas Firdaus
ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2022): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.714 KB) | DOI: 10.31764/orbita.v8i2.11363

Abstract

ABSTRAKDalam penelitian ini akan diukur tingkat kecerahan langit untuk mengetahui waktu menghilangnya cahaya merah syafaq yang ada di langit setelah matahari terbenam pada malam hari. Awal waktu malam atau waktu isya diisyaratkan oleh beberapa ulama dengan menghilangnya mega merah atau saat langit benar-benar gelap. Dalam pengukuran tingkat kecerahan langit menggunakan alat Sky Quality Meter (SQM) yang merupakan salah satu teknologi sensor cahaya non image dengan  pendekatan pengolahan menggunakan metode Moving Average. Data diperoleh dari SQM yang diambil selama 12 hari berturut-turut pada bulan Maret saat Matahari berada di dekat Ekuator. Hasil penelitian dalam data yang telah diolah dan diproses menunjukkan bahwa awal waktu langit mulai gelap paling awal pada pukul 19:39:19 WIB pada dip matahari 16° 22’ 17” dan paling akhir pada pukul 19:46:12 WIB pada dip 17° 28’ 47”. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini cahaya syafaq menghilang berdasarkan pengamatan dan pengolahan menggunakan metode Moving Average menunjukkan pada range 16° 22’ 17” sampai 17° 28’ 47”. Kata kunci: awal malam; isya; SQM; moving average. ABSTRACTIn this study, the night sky brightness was measured to determine the disappearance time of the reddish light of syafaq in the sky after sunset. The beginning of the night or Isya is hinted at by some scholars with the disappearance of the red sky or when the sky is completely dark. The measurement of the sky brightness using the Sky Quality Meter (SQM) instrument which is one of the non-image light sensor technologies with the Moving Average approach method. The data were obtained from 12 consecutive days in March when the Sun was near the Equator. The results of this study show that at the beginning of the time the sky begins to darken earliest at 19:39:19 WIB on the solar dip at 16° 22' 17" and the latest at 19:46:12 WIB at dip 17° 28' 47". It can be concluded in this study that the light disappear based on observation and processing using the Moving Average method shows in the range of 16° 22' 17" to 17° 28' 47". Keywords: night; isya; sqm; moving average.
ANALISIS DAMPAK POLUSI CAHAYA LAMPU ARTIFISIAL TERHADAP KECERLANGAN LANGIT MALAM MENGGUNAKAN SKY QUALITY METER (Studi Kasus Barus-Sumatera Utara) Muhammad Dimas Firdaus; Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar; Hariyadi Putraga; Muhammad Hidayat
ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/ifk.v6i2.33787

Abstract

The brightness of the night sky is a necessity in astronomical observations. Sky with minimal light pollution can be optimized for observation and research. Light pollution is an obstacle in astronomical observations, one of the light pollution that affects the night sky a lot is artificial lights that are not properly conditioned. In this study, it is explained how the impact of artificial lights on good sky brightness using the Sky Quality Meter (SQM). By observing several nights, it was found that locations with a lot of light exposure can make the sky brighter ~3.3 times compared to locations with minimal light.