Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Konstruksi Baru & Pengembangan Wisata Religi di DKI Jakarta Sari Narulita; Arip Suprasetio; Humaidi Humaidi
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 3 No 2 (2019): Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Laboratorium Prodi Pendidikan Agama Islam UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1031.942 KB) | DOI: 10.21009/hayula.003.2.03

Abstract

Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kontruksi baru akan konsep wisata religi melalui masjid dengan sejarah Islam yang melatarbelakanginya. Selain makam, masjid menjadi satu destinasi lokasi wisata religi, yakni wisata keagamaan yang bermotif spiritual, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengunjungi Masjid mampu menjadi sarana untuk meningkatkan sisi spiritualitas individu, melalui aspek ibadah yang bisa dilakukan di dalamnya; Juga mampu meningkatkan pemahaman keagamaan melalui beragam kajian keagamaan yang rutin dilaksanakan. Namun ternyata, beberapa masjid memiliki kisah sejarah perkembangan Islam di dalamnya. Melalui kisah inilah, para peziarah mampu memahami peran masjid dalam merekatkan persatuan masyarakat sekitarnya dalam melawan penjajah; masjid menjadi pusat peradaban. Melalui konstruksi baru dan pengembangan wisata religi, masjid menegaskan dirinya bukan hanya tempat ibadah; namun juga sebagai pusat peradaban; tempat pemersatu masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka terkait dengan masjid-masjid di wilayah DKI Jakarta. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan akan destinasi masjid-masjid di wilayah DKI Jakarta, yang mampu menunjukkan identitas dirinya sebagai pusat peradaban; sebagai pemersatu masyarakat dalam melawan penjajah di masa lalu.
Mahbub Djunaidi, Seniman Politik Nahdlatul Ulama (1960-1987) Farhan Nugraha; Muhammad Fakhruddin; Humaidi Humaidi
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v10i2.13609

Abstract

Abstrak: Nahdlatul Ulama merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini lahir tentu dari para tokoh-tokoh besar yang menggawanginya, salah satunya Mahbud Djunaidi. Kemampuan politiknya diperoleh dari berbagai pengalaman organisasi dan kemampuan dalam kepenulisan. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana riwayat politik Mahbub Djunaidi sebagai aktivis politik Nahdlatul Ulama pada tahun 1960-1987. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perjalanan politik Mahbub Djunaidi (1960-1987). Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut, maka metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Mahbub Djunaidi memiliki konsep khittah plus. Demokrasi politik ala Mahbub Djunaidi adalah cita-cita demokrasi yang diperjuangkan melalui garis politik.Kata Kunci: Mahbub Djunaidi, Demokrasi Politik, Nahdlatul Ulama.Abstract: Nahdlatul Ulama is one of the largest Islamic organizations in Indonesia. This organization was born of course from the big figures who oversee it, one of them Mahbud Djunaidi. His political abilities are obtained from various organizational experiences and abilities in writing. The problem raised in this research is how the political history of Mahbub Djunaidi as a political activist of Nahdlatul Ulama in 1960-1987. Based on these problems, this study aims to describe the political journey of Mahbub Djunaidi (1960-1987). Based on the problems and objectives of the research, the method used is the historical method which consists of heuristics, source criticism, interpretation and historiography stages. The results of the study show that Mahbub Djunaidi has the concept of khittah plus. Political democracy in the style of Mahbub Djunaidi is the ideal of democracy which is fought for through political lines. Keywords: Mahbub Djunaidi, Political Democracy, Nahdlatul Ulama.
Deliar Noer: Sebuah Biografi Politik, 1951-1999 Abu Maskur; Humaidi Humaidi; Nurzengky Ibrahim
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 6, No 1 (2022): Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v6i1.4655

Abstract

In contemporary Indonesian politics in Islamic thought history, Deliar Noer cannot be passed over. He is a figure in Muslim Student Association (HMI), Masyumi, Academician, and a political figure who is a substantial thinker as well, proved by his academic works. As a political figure, his intellectuality is not only seen in his writings. Nevertheless, he attempted to make it through an established political party named Partai Ummat Islam. This study aims to examine the political role of Deliar Noer in political dynamics in Indonesia from 1951 to 1999. This study implied four stages of historical research methods. Those methods are heuristic, verification, interpretation, and historiography. The results of this study convey that Deliar Noer began his political experience when he took charge as the chief of the Muslim Student Association (HMI). Furthermore, he became a political observer, defended democracy, and established a political party.Dalam perpolitikan Indonesia kontemporer dalam sejarah pemikiran Islam, Deliar Noer tidak bisa dilewatkan begitu saja. Ia adalah tokoh Himpunan Mahasiswa Muslim (HMI), Masyumi, Akademisi, dan tokoh politik yang juga pemikir yang substansial, dibuktikan dengan karya-karya akademisnya. Sebagai seorang tokoh politik, intelektualitasnya tidak hanya terlihat pada tulisan-tulisannya. Meski demikian, ia berusaha melalui partai politik mapan bernama Partai Ummat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran politik Deliar Noer dalam dinamika politik di Indonesia dari tahun 1951-1999. Penelitian ini mengimplikasikan empat tahapan metode penelitian sejarah. Metode-metode tersebut adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menyampaikan bahwa Deliar Noer memulai pengalaman politiknya saat menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selanjutnya, ia menjadi pengamat politik, membela demokrasi, dan mendirikan partai politik.
Pembelajaran jarak jauh pada mata pelajaran Sejarah di SMA Islam Terpadu Pesantren Nururrahman Kota Depok Sausan Huwaida; Muhammad Fakhruddin; Humaidi Humaidi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.641 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i32022p409-420

Abstract

This research aims to describe the planning, implementation, and supporting and inhibiting factors in distance learning in history subjects at the Integrated Islamic Senior High School Nururrahman Islamic Boarding School Depok City. The research method used in this research is a qualitative method with a case study approach. Data collection techniques used in this study consisted of observation, interviews, and documentation. The results of the study concluded that distance learning planning, especially in history subjects, was good, in terms of the objectives to fulfill children's educational rights, support for personnel from the school and from outside the school, and the existence of a curriculum, division of tasks for teachers and other staff employees, as well as the availability of facilities. and adequate infrastructure. Furthermore, in the implementation of learning, the history teacher conveys material using the lecture and discussion method, inserts videos, and provides infographics at the end of the lesson so that students who are left behind in the zoom class can receive and understand the material as a whole at the meeting that day. Submission of material by history teachers to students has been carried out optimally, interactively, and teachers are able to explore and utilize digital-based learning media. The supporting and inhibiting factors in distance learning in history subjects are divided into 2, namely internal and external factors.  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan faktor pendukung serta penghambat dalam pembelajaran jarak jauh pada mata pelajaran sejarah di SMA Islam Terpadu Pesantren Nururrahman Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran jarak jauh terutama pada mata pelajaran sejarah sudah baik, dari segi tujuan untuk pemenuhan hak pendidikan anak, dukungan personel dari pihak sekolah maupun dari luar sekolah, dan adanya kebijakan kurikulum, pembagian tugas guru dan staf karyawan lainnya, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang sudah memadai. Selanjutnya, dalam pelaksanaan pembelajarannya, guru sejarah menyampaikan materi menggunakan metode ceramah dan diskusi sudah baik, menyelipkan video, serta memberikan infografis diakhir pembelajaran sehingga peserta didik yang tertinggal materi di kelas zoom dapat menerima dan memahami inti materi secara keseluruhan pada pertemuan pada hari tersebut. Penyampaian materi oleh guru sejarah kepada peserta didik telah dilakukan secara optimal, interaktif, dan guru mampu mengeksplorasi serta memanfaatkan media pembelajaran berbasis digital. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran jarak jauh pada mata pelajaran sejarah terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal.
Perkembangan kuliner Tionghoa di Batavia 1915-1942 Widya Putri; Djuanaidi Djuanaidi; Humaidi Humaidi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.682 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p181-192

Abstract

This article aims to examine the development of Chinese culinary in Batavia in the period 1915-1942. The research method uses historical research methods with five stages consisting of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. The sources used in this study used primary and secondary sources from interview data. The evolution of Chinese culinary in Batavia could not be separated from the migration of Chinese people to Batavia which is mostly carried out by men because of the absence of Chinese women, these men married local women. As a result of this intercultural marriage, it causes assimilation and acculturation in the culinary field. Chinese people get local influence in the culinary field, and otherwise. Especially, since the massive Dutch colonialism, the Chinese in overseas did not only accept local elements but also Dutch influence. Likewise, the Dutch accepted the Chinese influence in their eating culture. One form of Chinese culinary influence that is quite inherent in Batavia occurs in the Betawi ethnicity. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan kuliner Tionghoa di Batavia pada kurun waktu 1915-1942. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan lima tahapan terdiri dari pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sumber primer maupun sekunder juga dibantu dengan data wawancara. Perkembangan kuliner Tionghoa di Batavia tidak lepas dari migrasi orang Tionghoa ke Batavia yang kebanyakan dilakukan oleh para lelaki Tionghoa karena tidak adanya perempuan Tionghoa para lelaki ini menikah dengan wanita setempat. Akibat adanya pernikahan beda budaya ini menyebabkan asimilasi maupun akulturasi dalam bidang kuliner. Orang Tionghoa mendapat pengaruh lokal dalam bidang kuliner, begitu pula sebaliknya. Apalagi sejak masifnya kolonialisme Belanda, orang Tionghoa di tanah rantau tidak hanya menerima unsur lokal namun juga pengaruh Belanda. Begitu pula orang Belanda menerima pengaruh Tionghoa dalam budaya kulinernya. Salah satu bentuk pengaruh kuliner Tionghoa yang cukup melekat di Batavia terjadi pada etnis Betawi.
Hubungan dan pemikiran para perwira Batak pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945-1959 Rafida Dwikaneta; Humaidi Humaidi; Sri Martini
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i12023p29-43

Abstract

This research uses historical method with descriptive-narrative approach and aim to describe the history of the relationship between Batak officers in the Indonesian military during the Revolution to the Liberals in 1945—1959. The results showed that Batak officers were involved in many conflicts, especially in the 1950s, which Ulf Sundhaussen called the Trial and Trial Era. The conflict between the Batak officers involved various events, including the ReRa Hatta incident, the 17 October 1952 incident, Nasution became the Army Chief of Staff for the second time, the Lubis incident, and finally the PRRI rebellion. Differences in educational and religious backgrounds did not really matter to the Batak officers at that time. That means, the Batak officers at that time showed that they prioritized their idealism over their fellow tribesmen. In fact, Batak customs are closely related to the family contained. However, many Batak officers who became leaders in the Army showed that they had a work ethic and morals, in accordance with traditions.Penelitian ini menggunakan metode historis dengan pendekatan deskriptif-naratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah hubungan dan pemikiran para perwira Batak dalam militer Indonesia pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945—1959. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perwira Batak banyak terlibat konflik, terutama pada tahun 1950-an, yang disebut Ulf Sundhaussen sebagai Era Coba-Coba. Konflik para perwira Batak ini meliputi berbagai peristiwa, antara lain ReRa Hatta, Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution menjadi KSAD kedua kalinya, Peristiwa Lubis, hingga puncaknya pada pemberontakan PRRI. Perbedaan latar belakang pendidikan maupun agama tidak terlalu menjadi masalah bagi para perwira Batak masa itu. Itu artinya, perwira Batak masa itu menunjukkan mengutamakan idealismenya dibandingkan kekerabatan sesama sukunya. Padahal, adat Batak terkenal dengan kekeluargaan yang erat. Bagaimanapun, perwira Batak banyak yang menjadi pemimpin dalam Angkatan Darat menunjukkan bahwa mereka memiliki etos kerja dan moral, sesuai dengan ajaran adatnya.