Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Sejarah Pemikiran Kebangsaan Jakob Oetama Pada Surat Kabar Kompas 1970-2001 Annida Allim Nusaibah; Abrar Abrar; Sri Martini
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v5i1.3597

Abstract

Nationality is needed by every Indonesian as one of the efforts to continue maintaining the unity and integrity of the nation. One of the national press figures who seriously think about the issue of nationality is Jakob Oetama. One of the ways Jakob Oetama channeled national ideology was through the press media named the Kompas. The purpose of this study was to find out how Jakob Oetama ideology about nationality in Kompas newspaper. The period is from 1970 to 2001. The research method uses historical research methods consisting of four stages; heuristics, verification, interpretation and historiography. The results showed that Jakob Oetama's national ideology in the first Kompas daily newspaper was Bhinneka Tunggal Ika and national ideology, national integration and disintegration, religious issues, knowing the homeland, and the principle of transcendental humanism.Pemahaman kebangsaan sangat diperlukan oleh setiap rakyat Indonesia sebagai salah satu upaya untuk terus mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu tokoh pers nasional yang serius memikirkan persoalan tentang kebangsaan adalah Jakob Oetama. Cara Jakob Oetama menyalurkan pemikiran kebangsaan salah satunya yaitu lewat media pers yang diberi nama surat kabar Kompas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemikiran Jakob Oetama tentang kebangsaan pada surat kabar Kompas periode tahun 1970 sampai dengan tahun 2001. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemikiran kebangsaan Jakob Oetama pada surat kabar harian Kompas adalah Bhinneka Tunggal Ika dan ideologi kebangsaan, integrasi dan disintegrasi nasional, persoalan agama, mengenal tanah air, dan prinsip humanisme transendental.
Tubagus Muslihat: Kiprah Pejuang Kemerdekaan di Bogor 1942-1945 Anggas Iga Saputra; Kurniawati Kurniawati; Sri Martini
CHRONOLOGIA Vol 3 No 1 (2021): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.099 KB) | DOI: 10.22236/jhe.v3i1.6626

Abstract

Kiprah Tubagus Muslihat dalam ranah merebut maupun mempertahankan kemerdekaan begitu besar, namun peran tersebut lebih banyak dikenal dalam kancah lokal sedangkan untuk tarah nasional begitu minim. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi Bogor pada zaman Jepang dan pada masa Revolusi Kemerdekaan, serta kiprah Tubagus Muslihat sebagai pejuang kemerdekaan di Bogor pada tahun 1942-1945. Metode dalam penelitian ini yaitu metode historis. Hasil dari penelitian ini berupa peran Tubagus Muslihat dalam perebutan gedung Bogor Shucokan, perannya dalam pertempuran di Lewiliang Bogor, dan saat pertempuran di stasiun Bogor.
Organisasi Cacat Pejuang Kemerdekaan Indonesia: Dari Ikatan Invaliden Indonesia Hingga Korps Cacad Veteran (1946-1983) Rinie Cahaya Hati; Nur’aeni Marta; Sri Martini
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v10i2.13535

Abstract

Abstrak: Perang Kemerdekaan Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu 1946-1949 menyebabkan banyaknya korban perang yang menjadi cacat. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana perjuangan selanjutnya para prajurit yang menjadi cacat akibat perang Kemerdekaan Indonesia (1946-1983). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode historis yang terdiri dari heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pembentukan dan perkembangan organisasi cacat pejuang kemerdekaan Indonesia dalam usahanya untuk terus berguna bagi negara serta menyejahterakan kehidupan para anggotanya dalam kurun waktu 1946- 1983. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahapan penelitian heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan berdirinya organisasi cacat pejuang kemerdekaan pada 1946 di Malang dengan nama Ikatan Invaliden Indonesia dilatarbelakangi oleh adanya upaya untuk memberdayakan dan menyejahterakan korban cacat perang kemerdekaan dan dalam perkembangannya hingga 1983 menunjukkan bahwa organisasi ini memberikan sumbangsih bagi anggotanya yaitu mendapatkan kesejahteraan serta memberikan kesempatan untuk terus berguna bagi negara.Kata Kunci: Invaliden, Korps Cacat Veteran Republik Indonesia, Cacat Veteran.Abstrak: The Indonesian War of Independence that occurred in the period 1946-1949 caused many war victims to become disabled. This research will discusses how the next struggle of the soldiers who became disabled as a result of the war of Indonesian Independence (1946-1983). This study aims to describe the formation and development of disabled organizations for Indonesian independence fighters in their efforts to continue to be useful to the country and to improve the lives of their members in the period 1946-1983. This study uses historical research methods with the stages of heuristic research, criticism, interpretation and historiography. The results of this study indicate that the establishment of a disabled organization for freedom fighters in 1946 in Malang under the name of the Indonesian Invaliden Association was motivated by efforts to empower and prosper the disabled victims of the war of independence and in its development until 1983 showed that this organization contributed to its members, namely getting welfare and providing opportunities for continue to be useful to the country.Keywords: Invalid, Indonesian Republic Veteran Disability Corps, Veteran Disability.
Sejarah Jalur Kereta Api Batavia – Bandung Via Karawang Tahun 1884-1942 Annisya Putri Utami; Abrar Abrar; Sri Martini
PATTINGALLOANG Vol. 9, No 2, Agustus 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v9i2.35954

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pembangunan jalur kereta api di jalur Batavia – Bandung lintas Karawang, Purwakarta, dan Padalarang dari awal dioperasikan pada tahun 1884 sampai zaman awal kedatangan Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Metode yang digunakan adalah metode sejarah atau historis yang disajikan dalam bentuk deskriptif naratif. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini didapat dari arsip, buku, jurnal, dan skripsi yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil dari penelitian skripsi ini yaitu bahwa pembangunan jalur kereta api Batavia – Bandung dibangun oleh perusahaan kereta api milik negara Staatsspoorwegen (SS) yang diresmikan pada tahun 1884. Pembangunan jalur kereta api Batavia – Bandung ini dilatarbelakangi dengan dua alasan kepentingan utama yaitu ekonomi dan pertahanan. Awal pembangunan jalur kereta api ini dilakukan secara bertahap mulai dari pengambilan alih jalur Batavia–Karawang oleh Staatsspoorwegen dari sebuah perusahaan swasta Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS), kemudian dilanjutkan dengan tahap pembangunan jalur kereta api dari Karawang hingga ke Padalarang. Dengan dioperasikannya jalur Batavia – Bandung lintas Karawang – Padalarang membuat waktu tempuh pun menjadi lebih singkat dan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat di sekitar jalur tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan kereta api oleh perusahaan negara Staatsspoorwegen yaitu untuk mensejahterakan penduduk. Namun kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 membuat banyak hal-hal dibidang perkeretaapian diubah. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.  The History of the Batavia – Bandung Railway Via Karawang in 1884-1942                                            AbstractThis research aims to determine the construction progress of the railway line on the Batavia – Bandung route across Karawang, Purwakarta, and Padalarang from its initial operation in 1906 until the arrival of Japan in Indonesia in 1942. The study method used by the author in this study is a historical which is presented in a descriptive-narrative form. The data collection in this research was obtained from archives, books, journals, and theses related to the research topic. The result of this research is the construction of the Batavia - Bandung railway line which was built by the state-owned railway company Staatsspoorwegen (SS) and was inaugurated in 1906. The construction of the Batavia - Bandung railway line was motivated by two main reasons, namely economic and defense. The initial construction of this railway line was carried out in stages starting from the taking over of the Batavia - Karawang line by Staatsspoorwegen from a private company Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS), then continued with the construction of the railway line from Karawang to Padalarang. The operation of the Batavia - Bandung route across Karawang - Padalarang, was an effort to shorten the travel time and increases the economic growth of the people around the route. This is in line with the goal of railway construction by the state company Staatsspoorwegen, which is to improve the welfare of the population. However, the arrival of Japan in Indonesia in 1942 made many things in the railway sector change. Thus, the Dutch colonial rule in Indonesia came to an end.Keywords : Railway; Batavia, Bandung, Staatsspoorwegen
PERAN MOHAMMAD TOHA PADA PERISTIWA BANDOENG LAOETAN API TAHUN 1945-1946 Mohammad Luthfi Herlambang; Kurniawati Kurniawati; Sri Martini
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.811 KB) | DOI: 10.17977/um081v1i22021p156-170

Abstract

In the early days of independence, most cities in Indonesia still did not fully experience independence due to the colonialist's desire to regain control of their power in Indonesia. After the proclamation of independence was read out, the colonialists still wanted to control the remaining territories of their colonies. In various confIicts, one of them is in the city of Bandung, nameIy Bandung Iautan Api. This was initiated when the allied troops arrived in the city of Bandung to form a defense base in the city of Bandung. In this study, the figure to be discussed is Mohammad Toha, he joined the BBRI (Barisan Banteng RepubIik Indonesia) in 1945 by following several battle missions in the city of Bandung from 1945 to 1946. In his resistance, Toha succeeded in completing his mission of detonating a Dutch gunpowder warehouse. in DayeuhkoIot in 1946 which led to the end of the Bandung Lautan Api incident.Pada masa awaI kemerdekaan, sebagian besar kota-kota di Indonesia masih beIum sepenuhnya merasakan kemerdekaan dikarenakan keinginan penjajah untuk kembaIi merebut kekuasaannya di Indonesia. SeteIah dibacakannya prokIamasi kemerdekaan justru membuat para penjajah tetap menginginkan menguasai wiIayah sisa jajahannya. Diberbagai konfIik yang terjadi saIah satunya di kota Bandung yaitu Bandung Iautan Api. HaI ini diawaIi ketika kedatangan tentara sekutu ke kota Bandung untuk membentuk basis pertahanan di kota Bandung. DaIam peneIitian ini tokoh yang akan dibahas yaitu Mohammad Toha, dia bergabung dengan BBRI (Barisan Banteng RepubIik Indonesia) tahun 1945 dengan mengikuti sejumIah misi pertempurannya di kota Bandung dengan kurun waktu 1945 hingga 1946. DaIam perIawanannya Toha berhasiI menyeIesaikan misinya daIam peIedakan gudang mesiu miIik BeIanda di DayeuhkoIot tahun 1946 yang menyebabkan berakhirnya peristiwa Bandung Lautan Api.
Kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Bogor pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 Nadine Rifa Riady; Nurzengky Ibrahim; Sri Martini
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.273 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i42022p487-502

Abstract

Social and economic aspects became two inseparable aspects during the Japanese occupation of Indonesia. Various economic policies implemented to meet the needs of the Asia Pacific war have an impact on people's social life. Likewise, in Bogor Shū, which is one of the residencies in Indonesia. This study aims to determine the life of the people in Bogor during the Japanese occupation which was studied with socio-economic aspects. This study used historical research methods with several stages of research, namely topic selection, heuristics or source collection, source criticism, interpretation, and historiography or historical writing. Various economic policies implemented by the Japanese occupation government in the fields of agriculture and plantations, trade, and cooperatives have influenced the social life of the people in Bogor. In order to realized its mission and objectives, the occupying government used all means, either through propaganda, education, the role of community leaders, and mobilizing manpower. The policies implemented by the Japanese occupation government had a very pronounced impact on the people in Bogor. Aspek sosial dan ekonomi menjadi dua aspek yang tidak terpisahkan selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan untuk memenuhi kebutuhan perang Asia Pasifik memberikan pengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat. Begitupun halnya di Bogor Shū yang menjadi salah satu karesidenan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan masyarakat di Bogor pada masa pendudukan Jepang yang dikaji dengan aspek sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis dengan beberapa tahapan penelitian, yaitu pemilihan topik, heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi atau penulisan sejarah. Berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah pendudukan Jepang dalam bidang pertanian dan perkebunan, perdagangan, dan koperasi telah mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di Bogor. Guna mewujudkan misi dan tujuannya, pemerintah pendudukan menggunakan segala cara, baik melalui propaganda, pendidikan, peranan tokoh masyarakat, dan mengerahkan tenaga kerja. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah pendudukan Jepang memberikan dampak yang sangat terasa bagi masyarakat di Bogor.
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA ADOBE FLASH CS6 PAUD KAMBOJA BERSERI HALIM JAKARTA TIMUR Djunaidi Djunaidi; Ratu Husmiati; Sri Martini; Atikah Afrizal; Widya Putri
BUGUH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 2 No. 4 (2022)
Publisher : Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/buguh.v2n4.1226

Abstract

Beralihnya platform pembelajaran ke ranah digital (PJJ daring) akibat pandemic Covid-19 menjadi permasalahan sekaligus tantangan tersendiri bagi guru-guru PAUD Kambojan Berseri, Halim, Jakarta Timur, terutama dalam memilih, merancang, dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi (IT), serta meningkatkan kembali kmotivasi dan keceriaan belajar siswa. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberi wawasan dan keterampilan mengembangkan media pembelajaran Adobe Flash CS6. Harapannya dapat menjadi alternatif solusi awal terhadap permasalahan yang dihadapi. Kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari Kamis dan Jum’at tanggal 9 dan 10 Juni 2022 telah berhasil membekali guru-guru PAUD Kamboja Berseri Halim Jakarta Timur, terutama dalam: (1) memahami konsep baru tentang perkembangan teknologi pendidikan dan karakteristik siswa milenial, serta (2) keterampilan awal mengembangkan media pembelajaran digital berbasis Adobe Flash CS6.
Hubungan dan pemikiran para perwira Batak pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945-1959 Rafida Dwikaneta; Humaidi Humaidi; Sri Martini
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i12023p29-43

Abstract

This research uses historical method with descriptive-narrative approach and aim to describe the history of the relationship between Batak officers in the Indonesian military during the Revolution to the Liberals in 1945—1959. The results showed that Batak officers were involved in many conflicts, especially in the 1950s, which Ulf Sundhaussen called the Trial and Trial Era. The conflict between the Batak officers involved various events, including the ReRa Hatta incident, the 17 October 1952 incident, Nasution became the Army Chief of Staff for the second time, the Lubis incident, and finally the PRRI rebellion. Differences in educational and religious backgrounds did not really matter to the Batak officers at that time. That means, the Batak officers at that time showed that they prioritized their idealism over their fellow tribesmen. In fact, Batak customs are closely related to the family contained. However, many Batak officers who became leaders in the Army showed that they had a work ethic and morals, in accordance with traditions.Penelitian ini menggunakan metode historis dengan pendekatan deskriptif-naratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah hubungan dan pemikiran para perwira Batak dalam militer Indonesia pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945—1959. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perwira Batak banyak terlibat konflik, terutama pada tahun 1950-an, yang disebut Ulf Sundhaussen sebagai Era Coba-Coba. Konflik para perwira Batak ini meliputi berbagai peristiwa, antara lain ReRa Hatta, Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution menjadi KSAD kedua kalinya, Peristiwa Lubis, hingga puncaknya pada pemberontakan PRRI. Perbedaan latar belakang pendidikan maupun agama tidak terlalu menjadi masalah bagi para perwira Batak masa itu. Itu artinya, perwira Batak masa itu menunjukkan mengutamakan idealismenya dibandingkan kekerabatan sesama sukunya. Padahal, adat Batak terkenal dengan kekeluargaan yang erat. Bagaimanapun, perwira Batak banyak yang menjadi pemimpin dalam Angkatan Darat menunjukkan bahwa mereka memiliki etos kerja dan moral, sesuai dengan ajaran adatnya.
Kota Bekasi: Suatu Analisis Pertumbuhan Ekonomi (2002-2012) Abrar Abrar; Sri Martini; M. Hasmi Yanuardi
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 12 No 1 (2023): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 12 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JPS.121.03

Abstract

This research seeks to investigate Bekasi City's economic development from 2002 and 2012. The approach employed in this research is a descriptive analysis with an economic viewpoint. The main and secondary sources used were acquired, among other places, from the Bekasi City Government, the Bekasi City Statistics Center, the regional library in Bekasi City, and the national library. The heuristic and critical stages were utilized to gather the data needed for this investigation. The facts are then interpreted so that historical works can be presented. The results of the research show that Bekasi City's economy has evolved. Sectors like trade, industry, and agriculture all saw these changes. Because there is less and less land available for production, the development of the agricultural sector is showing signs of deterioration. 23,622 tons of paddy were produced in 2005. It decreased to 13862 tons in 2008. It decreased once again to 10,461 tons in 2012. The commercial sector is improving. Trade exports were worth $152513254 in 2005, while imports were worth $31698837. When compared to import value, which was $52493273, it then grew to $167814950 in 2008. It amounted to $983515065 in 2012, and the value of trade imports is $122847383. The City of Bekasi currently has a surplus because of the changes in the market. The largest surplus, $860,667,682, was recorded in 2012. Although the industry sector experienced a period of very constant growth from 2002 to 2010, with only an average of over two hundred industries, mostly in 2011–2012 did it frequently drop under two hundred industries. A surplus of value in trade is made possible by efficient transportation and population increase, especially in terms of labor Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2002-2012. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi yang dituangkan dalam bentuk deskriptif analisis. Sumber yang digunakan berupa sumber primer dan sekunder yang didapatkan antara lain dari perpustakaan daerah Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Pemda Kota Bekasi, dan perpustakaan nasional. Fakta-fakta yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh melalui tahapan heuristik dan kritik. Kemudian fakta itu diinterpretasi agar dapat disajikan menjadi tulisan sejarah. Temuan penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan ekonomi di Kota Bekasi. Perubahan tersebut terjadi pada sektor seperti pertanian, perdagangan dan industri. Sektor pertanian perkembangannya memperlihatkan kemunduran karena makin sedikitnya lahan produksi. Produksi padi pada tahun 2005 sebanyak 23622 ton. Pada tahun 2008 turun menjadi 13862 ton. Sampai tahun 2012 turun lagi menjadi 10461 ton. Sektor perdagangan yang memperlihatkan kemajuan. Pada tahun 2005 nilai ekspor perdagangan $152513254, sedangkan nilai impor perdagangan $31698837. Kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi $167814950, sementara nilai impor $52493273. Pada tahun 2012 telah mencapai $983515065 dan nilai impor perdagangan $122847383. Perkembangan yang terjadi dalam perdagangan itu memberikan hasil surplus untuk Kota Bekasi. Surplus terbesar tercapai pada tahun 2012 yang mencapai $860.667.682. Sementara sektor industri relatif stabil dari tahun 2002-2010 dimana jumlah industri rata-rata di atas 200 industri. Hanya tahun 2011-2012 yang cenderung turun menjadi dibawah 200 industri. Tercapainya nilai surplus dalam perdagangan itu didukung oleh transportasi yang memadai dan pertumbuhan penduduk terutama angkatan kerja.
Toeti Heraty: penyair feminis Indonesia (1967-2000) Safika Salsabila Dwiningtyas; Nur'aeni Marta; Sri Martini
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i32023p302-312

Abstract

This study aims to explain Toeti Heraty's biography as a feminist poet and also to describe her works with the theme of feminism both in the form of poetry and lyrical prose in the period 1967-2000. The method used is the historical method which consists of 5 steps namely identify the topic, heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results of the study state that Toeti's initial contribution to the world of literature began when his poetry was published by Horison Magazine in 1967. In 1974 Toeti published a book of his poems entitled Sajak-Sajak 33. In 1982, Toeti published his second poetry anthology entitled Mimpi dan Pretensi. Toeti published his third anthology of poetry in 1995 entitled Nostalgi=Transendensi. Some of Toeti's poems carry the theme of feminism and the image of women in society. This theme is the hallmark of Toeti's poems.  The figure of speech that Toeti uses in her poetry is dominated by the irony of life.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan biografi Toeti Heraty sebagai seorang penyair feminis dan juga mendeskripsikan karya-karyanya yang bertemakan feminisme baik dalam bentuk sajak ataupun prosa lirik dalam rentang tahun 1967-2000. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menyatakan bahwa kiprah awal Toeti dalam dunia sastra dimulai ketika sajaknya diterbitkan oleh Majalah Horison pada tahun 1967. Pada tahun 1974 Toeti membukukan sajak-sajak yang diciptakannya dan diberi judul Sajak-Sajak 33. Tahun 1982, Toeti menerbitkan antologi puisi keduanya yang diberi judul Mimpi dan Pretensi. Toeti menerbitkan antologi puisinya yang ketiga pada tahun 1995 berjudul Nostalgi=Transendensi. Beberapa sajak yang Toeti buat mengusung tema feminisme dan citra perempuan dalam masyarakat. Tema tersebut menjadi ciri khas dari sajak-sajak ciptaan Toeti. Gaya bahasa yang Toeti gunakan dalam puisinya didominasi oleh ironi kehidupan.