Tri Bigrit Cleveresty
Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin FKIP Untan, Pontianak

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SOSIALISASI NASKAH STORY-TELLING TRADISIONAL DARI TINGKOK DAN JEPANG KEPADA DIABILITAS Ginanjar, Pika Yestia; Afrina, Uray; Cleveresty, Tri Bigrit; Maarif, Samsul
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2023): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v6i2.43301

Abstract

Sosialisasi yang kami lakukan bertujuan untuk menambah referensi dan menambah bacaan dalam bentuk audiobook kepada penyandang disabilitas yang dinaungi oleh Cahaya Inklusi Indonesia (CAI). Naskah yang kami gunakan adalah empat cerita tradisional dari Tiongkok dan dari Jepang. Naskah kami sediakan dalam bahasa asli Tiongkok dan Jepang, serta dalam bahasa Indonesia sebagai terjemahannya. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara daring, diawali dengan pemaparan cara pengejaan bahasa Tiongkok, serta materi tentang naskah bahasa Jepang. Naskah Tiongkok diambil dari tiga judul cerita Hong Lou Meng, Shi Er Shengxiao (12 shio), dan Nian (monster Nian). Sedangkan naskah rakugo bahasa Jepang diambil dari cerita Jugenmu, Tengu Sabaki, Hatsutenjin, dan Manjuu Kowai. Selain itu kami sediakan juga daftar kosakata dalam bahasa Jepang dan kosakata bahasa Tiongkok sehingga memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri. Sosialisasi diterima dengan sangat antusias oleh CAI, sehingga rekaman acara maupun file audiobook naskah keseluruhan pun kami sediakan supaya dapat diakses kembali oleh penyandang disabilitas.
PENGUATAN INTERAKSI BUDAYA SUNDA DAN TIONGHOA MELALUI FESTIVAL BULAN DI KOTA BANDUNG Krisnawati, Ekaning; Afrina, Uray; Cleveresty, Tri Bigrit; Citraresmana, Elvi
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 1 (2024): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v7i1.52717

Abstract

Di samping etnis Sunda yang merupakan etnis terbesar yang berada di kota Bandung, terdapat pula etnis Tionghoa. Untuk memperkuat toleransi serta meningkatkan sikap saling memahami dan menghargai antara kedua etnis ini dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) dalam bentuk Festival Bulan dengan tema “Sinar Bulan yang Terang Membawa Kebahagiaan”. Kegiatan ini dipilih karena baik dalam budaya Sunda dan Tionghoa terdapat kemiripan pandangan tentang bulan. Kemiripan pandangan inilah yang mendasari kegiatan PPM melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas Sunda dan Tionghoa. Festival Bulan dilaksanakan dengan menggandeng Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Bandung yang telah memiliki aset yang diperlukan untuk terlaksananya kegiatan ini. PPM dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu tahap discover, design, define, dan reflect. Inti dari kegiatan PPM adalah Festival Bulan yang terdiri atas serangkaian acara yang dilaksanakan pada 29 September 2023 di Aula YDSP. Dalam Festival Bulan ini terdapat pemaparan materi tentang makna bulan dari sudut pandang etnis Sunda dan etnis Tionghoa, penampilan seni berupa nyanyian, tarian, musikalisasi puisi dan drama yang semuanya bertemakan bulan. Pada kegiatan ini baik masyarakat etnis Sunda dan etnis Tionghoa saling mengenal dan belajar tentang bulan dari budaya yang berbeda sehingga tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk memperkuat interaksi antara budaya Sunda dan Tionghoa tercapai. Besides the Sundanese ethnic group as the largest ethnic group in the city of Bandung, there is also the Chinese ethnic group. To strengthen tolerance and enhance mutual understanding and appreciation between these two ethnic groups, a Community Service Activity (PPM) was conducted in the form of a Moon Festival with the theme "Bright Moonlight Brings Happiness". This activity was chosen because both Sundanese and Chinese cultures have similarities in their views of the moon. It is this similar perspective that underpins the PPM activity through collaboration with various Sundanese and Chinese communities. The Moon Festival was carried out in collaboration with Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Bandung, which already has the necessary assets for the implementation of this activity. PPM was carried out through four stages: discover, design, define, and reflect. The core of the PPM activity is the Moon Festival, consisting of a series of events held on September 29, 2023, in YDSP Hall. During this Moon Festival, there were presentations on the meaning of the moon from the perspectives of the Sundanese and Chinese ethnic groups, artistic performances including singing, dancing, musical poetry, and drama, all themed around the moon. In this activity, both the Sundanese and Chinese communities get to know each other and learn about the moon from different cultural perspectives, thus achieving the goal of strengthening interaction between Sundanese and Chinese cultures.
Teknologi Smartphone, Artificial Intelligence, Dan Kebijaksanaan Etika Dalam Pendidikan Bahasa Mandarin Adhimas, Yogi Bagus; Afrina, Uray; Cleveresty, Tri Bigrit
CHANGLUN: Chinese Language, Literature, Culture and Linguistic Vol 3 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Program Studi D3 Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.changlun.2024.3.1.11977

Abstract

Teknologi dari masa ke masa semakin canggih dan memberikan kemudahan pada setiap kegiatan. Rasa mudah tersebut perlu diimbangi dengan landasan etika penggunaannya. Pada beberapa fase seperti pekerja bisa jadi teknologi memang sangat diperlukan untuk efisiensi dan tujuan positif lainnya. Berbeda dengan pembelajar, kemudahan mengakses materi memang selalu membuat nyaman, tapi keahlian diri agaknya hanya bisa diraih dengan berlatih secara kerja keras. Penelitian ini menganalisis pentingnya landasan etika menghadapi tawaran kemudahan teknologi yang akan dipaparkan dengan cara interpretasi yang mendalam dan disempurnakan oleh studi kapustakaan. Hasil dari struktur berfikir tersebut adalah bahwa teknologi ada untuk membantu dan bukan menjadi sesuatu yang wajib hadir. Kemampuan-kemampuan setiap individu pembelajar bahasa mandarin harus melalui tahapan belajar menulis dengan tangan sendiri, membaca kamus buku dan cara belajar konvensional lainnya, sebelum akhirnya menjadi individu yang mahir berbahasa Mandarin.