Rajab Ritonga
Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424 – Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penguatan Nilai Nilai Pancasila sebagai Fondasi Etika Berkomunikasi pada Pembelajaran Online Ririt Yuniar; Muhamad I.C Bintang; Diah Fitria Ningrum; Rajab Ritonga
Jurnal Pewarta Indonesia Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Pewarta Indonesia
Publisher : Persatuan Wartawan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jpi.v4i1.103

Abstract

Implementasi nilai-nilai Pancasila yang tampak mulai luntur dalam etika berkomunikasi dan dinamikanya pada proses pembelajaran online maupun bermedia sosial diseluruh wilayah Indonesia perlu menjadi kewaspadaan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila dalam etika berkomunikasi, sebagai fondasi pendidikan cerdas berkarakter dengan sosialisasi nilai-nilai Pancasila untuk diterapkan dalam proses pembelajaran online agar capaian pembelajaran dapat optimal dan tepat sasaran. Mixedmethod digunakan dalam kajian ini selain analisis kualitatif dan perlu kuesioner yang dipakai untuk mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin dialami oleh responden dalam memahami atau menafsirkan pertanyaan, dengan analisis deskriptif kualitatif. Data primer studi dokumentasi literatur penelitian terdahulu dan kuesioner sosialisasi berupa penyuluhan yang dilakukan untuk upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman melunturnya nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran daring perlu diangkat agar membawa dampak positif dalam proses edukasi. Teori Komunikasi dengan model komunikasi transaksional untuk mengupas pentingnya hubungan antara komunikator dengan komunikan saling bertanggung jawab atas efek dan efektivitas komunikasi yang berlangsung. Hasil dari penelitian ini adalah penguatan nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sebagai sebuah upaya kewaspadaan melalui sosialisasi yang secara masif harus terus dilaksanakan secara menyeluruh dan menjadi gerakan nasional.
Freedom of the Press Regulations in Indonesia and Sweden: Limited but Free Haresti Asysy Amrihani; Rajab Ritonga
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 6, No 2 (2021): December 2021 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jkiski.v6i2.609

Abstract

Freedom of the press regulations are adhered to by various countries, including Indonesia and Sweden. Every nation wants their country to be free, and uphold freedom of expression and human rights. Sweden is the first country to regulate freedom of expression by enacting Freedom of the Press Act in 1766, while Indonesia has so far implemented Law No. 40 of 1999 on the Press. This article highlights how freedom of the press is implemented in Indonesia so that its index of democracy and freedom of the press is equal to that of Sweden.  This research applies a literature study method and uses secondary data from various books, journals and legislations. The researcher concludes that some groups encourage the revision of Law No. 40 of 1999 with certain conditions, while others are opposed to it. The other groups stated that the law is lex specialis derogate legi geneari and is used in case of press dispute so that journalists can no longer be imprisoned due to their profession.
Pengaruh Brand Reputation dan Brand Experience terhadap Trust in a Brand serta Pengaruhnya pada Loyalitas Pelanggan Alyedia Mei; Nindita Kartika Rahayu; Rajab Ritonga
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v4i1.81

Abstract

iPhone merupakan salah satu produk yang dikeluarkan Apple yang menjadi salah satu merek handphone yang digemari oleh masyarakat sehingga masyarakat rela membeli produk ini walau dengan harga yang cukup tinggi. Fitur-fitur canggih yang selalu di upgrade, kecepatan koneksi pada iPhone membuat masyarakat menunggu dan membeli seri terbaru dari iPhone. Di samping itu, penggunaan iPhone tidak hanya untuk alat komunikasi semata, iPhone juga merupakan bagian dari lifestyle masyarakat saat ini. Konsumen akan membeli produk yang memberikan pengalaman menarik bagi mereka, sehingga hal itu akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian ulang terhadap  produk tersebut. iPhone sangat diminati penggunanya, hal ini membuat reputasi merek iPhone sangat baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh brand reputation dan brand experience terhadap trust in a brand serta pengaruhnya pada loyalitas pelanggan iPhone X. Jenis penelitian ini kuantitatif, data diperoleh dengan penyebaran angket kepada 50 orang dengan jenjang pendidikan SMA hingga S2 yang menggunakan iPhone X.
Nikmat Kopi dan Budaya Konsumerisme dalam Status Sosial Masyarakat Kota Haresti Asysy Amrihani; Rajab Ritonga
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v4i2.133

Abstract

Keberadaan kedai kopi (coffe shop) di Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 3000 outlet pada 2019. Perubahan perilaku seseorang dalam mengonsumsi kopi terjadi tidak terlepas dari pengaruh iklan di media massa. Hal ini membuat perilaku seseorang menjadi konsumtif, terutama di kota-kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsi gaya hidup dan budaya masyarakat di Jakarta dalam mengkonsumsi kopi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Peneliti mengeksplorasi hal-hal yang berkaitan dengan pola konsumsi konsumen pengunjung kedai kopi di Jakarta melalui suatu studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan, perilaku konsumsi masyarakat peminum kopi di Jakarta bukan sekedar menikmati seduhan kopi, tetapi juga memamerkan eksistensi diri pada dimensi gengsi sosial, status sosial, eksklusifitas yang dibalut dalam gaya hidup metropolitan modern.
The Analysis of Urban Adolescents’ Reception of Pornography on Social Media Nur Kholisoh; Rajab Ritonga; Melly Ridaryanthi
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 7, No 2 (2022): December 2022 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jkiski.v7i2.773

Abstract

There are many pornographic sites on social media nowadays. In 2018, The Indonesian Child Protection Commission found that 91.58% of 6,000 adolescents had been exposed to pornography. Adolescents are those   in the age group that is very vulnerable to the effects of pornography. This study aims to identify and examine urban adolescents’ reception of pornography on social media. The selection of urban adolescents as research objects was because they have easier access to social media than other age groups. The sample of this research was taken from adolescents in DKI Jakarta and Surabaya considering that these two cities are among the six cities with the highest number of adolescents in Indonesia. This study uses the reception theory presented by Stuart Hall who suggests that audiences can play an active role in decoding messages. In addition, this study employs a constructivist paradigm with a qualitative approach. The method used was the reception analysis which focuses on production, text, and audience in a framework that can be utilized to analyze the relationship of each element. The informants in this study were adolescents in DKI Jakarta and Surabaya who were aged between 15 and 19 years. Informants' preference was conducted purposively by considering variations based on social and cultural context backgrounds. The results showed that all the informants had watched pornography on social media, either intentionally or not. In addition, four out of ten informants are in an Oppositional Position for rejecting messages conveyed in pornographic broadcasts on social media. Meanwhile, six other adolescents are in a Negotiated Position, where they disagree with pornography on social media but can accept the meaning of pornography because it satisfies their curiosity.
Rontoknya independensi pers cetak dan online di Kota Medan Rajab Ritonga
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 9, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.647 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v9i1.32634

Abstract

Studi ini menjelaskan rontoknya independensi pers cetak dan online di Medan, Sumatera Utara karena disrupsi digital dan pandemi COVID-19. Demi melanjutkan operasional, perusahaan pers di sana mengikat kerjasama dengan pemerintah daerah untuk menyiarkan berita-berita advertorial tanpa pembeda dengan berita nonadvertorial. Mereka menyiarkan berita berbayar berdasarkan kepentingan pemberi kontrak, sehingga pers tidak lagi independen dalam menjalankan fungsi jurnalisme. Praktik-praktik pemberitaan seperti itu dinilai sebagai bentuk intervensi terhadap ruang redaksi dan tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah gambaran atas dugaan runtuhnya independesi pers cetak dan portal berita di Medan melalui adopsi kebijakan kontrak berita dari berita berbayar. Penelitian ini bertujuan menghasilkan sebuah gambaran atas runtuhnya independensi pers cetak dan portal berita di Medan melalui adopsi kebijakan kontrak berita berbayar. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif data primer diperoleh melalui focus grup discussion bersama redaktur pers cetak dan portal berita di Medan, disertai wawancara mendalam dengan pemimpin organisasi wartawan untuk mendapatkan pandangan pro-kontra berita berbayar sebagai bentuk intervensi pihak ketiga terhadap pemberitaan. Temuan penelitian ini adalah berita berbayar tidak bertentangan dengan etika jurnalistik sepanjang dimaknai sebagai iklan dalam bentuk berita advertorial, sedangkan menerima bayaran dalam bentuk kontrak untuk menyiarkan berita tertentu nonadvertorial dianggap melanggar kode etik jurnalistik. Namun, mereka tetap menyiarkan berita berbayar nonadvertorial agar tetap bisa hidup meski tahu itu membatasi independensi ruang redaksi.