Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MENELUSURI TRADISI ONGGOSO SUKU TOLAKI YANG TEREPRESENTASI DALAM MITOS OHEO Heksa Biopsi Puji Hastuti
Aksara Vol 31, No 2 (2019): AKSARA, EDISI Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.579 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i2.433.223-238

Abstract

Abstrak Mitos Oheo adalah mitos yang hidup dalam masyarakat Tolaki, Sulawesi Tenggara. Mitos ini diyakini memuat peristiwa peminangan yang pertama kali dilakukan dalam peradaban suku Tolaki. Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran representasi tradisi onggoso, sebuah tradisi membayar sejumlah uang belanja sebagai syarat pernikahan, dalam mitos Oheo. Permasalahan penelitian adalah bagaimana tradisi onggoso yang dikenal oleh Suku Tolaki terepresentasi dalam mitos Oheo. Penelitian ini bertujuan untuk menarik relasi antara kode- kode yang terdapat di dalam mitos Oheo dengan tradisi onggoso yang dikenal dalam adat perkawinan Suku Tolaki. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi onggoso mengambil contoh dari pengajuan syarat dari Anawaingguluri kepada Oheo untuk menerima pinangan Oheo. Dalam mitos Oheo, tradisi onggoso terepresentasi dalam dua fokus, yaitu penentuan kesepakatan dan teknis pembayaran. Segmen awal mitos Oheo berelasi dengan penentuan kesepakan mengenai jenis dan jumlah onggoso yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Syarat yang diajukan oleh Anawaingguluri harus disetujui oleh Oheo agar pernikahan di antara keduanya dapat dilaksanakan. Segmen tengah dan akhir yang memuat upaya Oheo berkumpul kembali dengan Anawaingguluri berelasi dengan mo mbolika odandi atau memperbaharui janji. Melalui mo mbolika odandi inilah terlihat upaya pihak laki-laki dalam menepati janjinya sebagai sebuah tanggung jawab. Kata kunci: tradisi onggoso, suku Tolaki, mitos Oheo Abstract The Oheo myth is a myth that lives in the Tolaki society, Southeast Sulawesi. This myth is believed to contain the rst marriage proposal carried out in Tolakinese civilization. This study traced the representation of onggoso tradition, a tradition of paying an amount of spending money as a condition for marriage, in the Oheo Myth. The issue of research is how is the traditional tradition known by the Tolaki tribe represented in the Myth of Oheo? This study aims to attract relations between the myth of Oheo and the tradition of onggoso known in the marriage customs of the Tolaki tribe. The study was conducted with a qualitative descriptive method with a semiotic approach. Based on the results of the analysis it can be concluded that the Onggoso tradition took the example of submitting conditions from Anawaingguluri to Oheo to accept Oheo’s proposal. In the Oheo myth, the onggoso  tradition is represented in two focuses, namely the determination of agreement and technical payment. The initial segment of the Oheo myth relates to the determination of agreement on the type and number of onggosos the male side must pay to the woman. The terms proposed by Anawaingguluri must be approved by Oheo so that the marriage between the two can be carried out. While the middle and nal segments that contain Oheo’s efforts are reunited with Anawaingguluri in connection with the music magazine or renewing an appointment. It is through this mo mbolika odandi that the efforts of the men in keeping their promises are seen as a responsibility.Keywords: onggoso tradition, Tolakinese tribe, Oheo myth 
MEMAHAMI PEREMPUAN MORONENE MELALUI TOKOH TINA ORIMA PADA KISAH “TINA ORIMA” Heksa Biopsi Puji Hastuti
tuahtalino Vol 15, No 2 (2021): TUAH TALINO
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/tt.v15i2.3545

Abstract

Penelitian mengangkat permasalahan bagaimanakah gambaran perempuan Moronene Ketika dihadapkan pada perjodohan, yang terepresentasi melalui tokoh Tina dalam kisah Tina Orima dan bertujuan mendeskripsikan gambaran perempuan Moronene dalam cerita rakyat “Tina Orima”. Data diperoleh dari hasil inventarisasi sastra Moronene. Analisis data dilakukan dengan menerapkan teknik triangulasi. Teori  struktural, teori semiotika, dan teori hermeneutika dijadikan landasan dalam menganalisis data. Model analisis struktural Levi-Strauss menjadi acuan analisis data cerita “Tina Orima” melalui empat tahap analisis, yaitu tahap pembacaan awal, perelasian untuk mendapatkan pemahaman sebagai dasar interpretasi, dan tahap penafsiran. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa Tina Orima merepresentasikan watak perempuan yang mengutamakan pengorbanan demi menghindari konflik dengan adat istiadat dan orang-orang di sekitarnya.
NILAI KESANTUNAN DALAM MANTRA MEOLI Heksa Biopsi Puji Hastuti
SUAR BETANG Vol 12, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v12i2.27

Abstract

Meoli spell present as one performance package within custom ritual called meoli ritual. Meoli ritual is a politeness expression of the perpetrators in expressing the purpose of request permission or apology to the sangia as the ruler of nature when opening the land to grow crops. This study examines the value of politeness in the meoli spell with the ethnopoetic approach. The issues raised are how has the politeness value existed in the meoli spell. By applying qualitative research method, data collection is done by observation, interview, and literature study. From the analysis, it is known that the value of politeness in the meoli mantra embodies the priority scale in which the preferred is the custom observer, followed by an apology by mentioning the whole of the target, newly expressed by the expression of intent and hope as the core message of the meoli spell. The beautiful way of disclosure also supports the value of politeness in the meoli spell
MENGUNGKAP DERITA TENAGA KERJA WANITA INDONESIA DI LUAR NEGERI DALAM NOVEL GELISAH CAMAR TERBANG KARYA GOL A GONG (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) NFN Rahmawati; Heksa Biopsi Puji Hastuti
Multilingual Vol 17, No 2 (2018): Mulitilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.424 KB) | DOI: 10.26499/multilingual.v17i2.99

Abstract

The observation and appreciation of Gol A Gong on the social realities related to Manpower Workers was included in a novel entitled Gelisah Camar Terbang. The novel published by Gramedia Pustaka Utama (2016) is the object of study in this paper. A number of problems and the suffering of female workers abroad that have often become news in various media become an interesting part of the story to be listened to and think about a solution. This study aims to (1) describe the form of suffering experienced by overseas female workers in the novel Gelisah Camar Terbang, (2) describe the causes of problems affecting female workers, and (3) describe what efforts should be made to overcome them. Qualitative descriptive method is a method used in research. The results of the study showed that Indonesian women workers abroad experienced a lot of suffering including being victims of sexual abuse, unpaid salaries, and experiencing physical violence. These problems arise due to various things including the presence of irresponsible agents and distributors of labor and bad attitudes shown by the migrant workers themselves such as free association and luxury living.Hasil pengamatan dan penghayatan Gol A Gong terhadap realitas sosial yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Wanita tertuang  dalam sebuah novel berjudul Gelisah Camar Terbang.  Novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2016) ini menjadi objek kajian dalam tulisan ini. Sejumlah masalah dan penderitaan tenaga kerja wanita di luar negeri yang selama ini sering menjadi pemberitaan di berbagai media menjadi bagian cerita yang menarik untuk disimak dan memikirkan solusinya. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bentuk penderitaan  yang dialami tenaga kerja wanita di luar negeri dalam novel Gelisah Camar Terbang dan mendeskripsikan penyebab terjadinya masalah yang menimpa tenaga kerja wanita. Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri mengalami banyak penderitaan di antaranya menjadi korban pelecehan seksual, gaji yang tidak dibayar, dan mengalami kekerasan fisik. Permasalahan tersebut timbul disebabkan oleh berbagai hal di antaranya adanya agen atau penyalur tenaga  kerja yang tidak bertanggung jawab dan sikap buruk yang ditunjukkan oleh pekerja migran itu sendiri seperti pergaulan bebas dan hidup bermewah-mewah. 
REPRESENTASI KULTURAL LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KISAH “PUTRI LUNGO” Heksa Biopsi Puji Hastuti
TELAGA BAHASA Vol 4, No 2 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.2 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i2.142

Abstract

The issue raised in this paper is how the cultural representation of men and women in "Putri Lungo" folktale? Data in the form of prose, "Putri Lungo" folktale, narrated orally. The analysis was conducted with qualitative methods using an anthropological approach. The results of analysis show that the representation of men in the story "Princess Lungo" inherent in Lampae figures. One man above all is to have the ability to decide something. A man had to prepare his best before accepting responsibility. When it assumed responsibility as the head of the family, a man should be able to meet its obligations to earn a living in order to meet the needs of the family. Meanwhile, women in "Putri Lungo" folktale is represented by two characters, the mother and Princess Lungo. It is read that women have right to make a request as a condition of receipt of the marriage proposal. In addition, women are culturally carrying out the functions of educators in the household. When living together in the bond of household, strategic decisions are in the hands of the husband as head of the family and the wife is obliged to support the decision. 
“NABALANO NEMANDEMO”: POTRET ANAK MUNA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati; Zakiyah Mustafa Husba
TELAGA BAHASA Vol 8, No 2 (2020): TELAGA BAHASA VOL.8 NO.2 TAHUN 2020
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v8i2.238

Abstract

Nyanyian rakyat sebagai produk budaya menjadi refleksi akan gambaran sosial budaya masyarakat pemliknya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana potret anak Muna yang terefleksi dari nyanyian “Nabalano Nemandemo”? Tujuan mendeskripsikan pemosisian anak Muna dalam perspektif budayanya melalui pemaknaan nyanyian ini. Data berupa nyanyian rakyat Muna berjudul “Nabalano Nemandemo”. Analisis data dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengelompokan larik-larik data nyanyian berdasarkan relasi maknanya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam perspektif budaya Muna yang terefleksi dari nyanyian “Nabalano Nemandemo”, seorang anak dipandang berada pada posisi yang istimewa dan harus senantiasa dijaga dengan segenap kemampuan. Anak adalah aset bagi masa tua ayah dan ibunya karena menjadi tumpuan harapan di masa tua.
Analisis Hubungan Penguasaan Kosakata dan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Siswa SMP di Kota Kendari Firman A.D.; Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Sukmawati; NFN Rahmawati
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 1 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.438 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v8i1.636

Abstract

This research problem is how is the relation between vocabulary mastery and short story intrinsical components comprehension ability of VIII grade students in Kendari City. The research is aimed to describe how vocabulary mastery and comprehending short story intrinsical components ability and how the relationship between both of them by the students. This research used statistic method. Data was analyzed descriptive-quantitatively and parametric-quantitatively by using Product Moment Correlation and Linear Regression. After doing descriptive-quantitative analysis, in order to understand the relationship intervariabel, then was conducted correlation test. Result of this research shows that vocabulary mastery have average values 8,84 (48%) which included in medium category. Vocabulary mastery indicator which have most prominent contribution is words comprehending that has pejorative-amelirative meaning, extension-constriction meaning by average value 2,75 (32,7%). Meanwhile, comprehending short story intrinsical components ability has average value 10,42 (45,25), which included generally in medium category. Indicator of comprehending short story intrinsical components ability which have most prominent contribution is figure and characterization by average value 3,23 (44,25%). Vocabulary mastery has positive and significant correlation with comprehending short story intrinsical components ability of SMP students at value rxy= 0,359 >rtable = 0,250 and value of Sig (ρ)<a = 0,05, and txy = 14,246 >ttable = 1,645 dan value of Sig (ρ)<a = 0,05. Contribution value vocabulary mastery (X) toward comprehending short story intrinsical components ability (Y) is 12,9%, and the rest, is influenced by other factors that are not related with this research. ABSTRAKPermasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan penguasaan kosakata dengan kemampuan memahami unsur intrinsik  VIII SM di Kota Kendari. Dengan demikian, tujuannya adalah mendeskripsikan penguasaan kosakata dan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen dan memperlihatkan ada atau tidak adanya hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen siswa. Penelitian menggunakan metode statistik. Data dianalisis secara kuantitatif deskriptif dan kuantitatif parametris dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment dan Regresi Linear. Setelah analisis deskriptif kuantitatif, dilakukan tahap uji korelasi untuk mengetahui hubungan antarvariabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan kosakata siswa SMP memiliki nilai rata-rata 8,84 (48%) yang masuk dalam kategori sedang. Indikator penguasaan kosakata yang paling menonjol memberikan kontribusi ialah memahami kata yang mengalami ameliorasi-peyorasi, perluasan-penyempitan dengan nilai rata-rata 2,75 (32,7%). Sementara, kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen siswa SMP memiliki nilai rata-rata 10,42 (45,25), pada umumnya termasuk kategori sedang. Indikator kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen yang paling menonjol memberikan kontribusi ialah indikator memahami tokoh dan penokohan dalam cerpen dengan nilai rata-rata 3,23 (44,25%). Penguasaan kosakata memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa SMP kelas VIII di Kota Kendari, dengan nilai rhitung = 0,359 >rtabel = 0,250 dan nilai Sig (ρ)<a = 0,05, dan thitung = 14,246 >ttabel = 1,645 dan nilai Sig (ρ)<a = 0,05. Besarnya kontribusi penguasaan kosakata (X) terhadap kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen (Y) siswa SMP adalah 12,9%, dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terkait dengan penelitian ini.
KALIMAT PENOBATAN RAJA: Membaca Logika Semiotik Orang Moronene di Pulau Kabaena Heksa Biopsi Puji Hastuti
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 3 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.061 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i3.37

Abstract

 Kalimat penobatan raja Moronene di Kabaena cikal bakalnya adalah pesan perpisahan Tebota Tulanggadi kepada putranya  yang terdapat dalam legenda “Donsiolangi dan Wa Lu Ea”. Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang bagaimana pandangan filosofis orang Moronene di Kabaena terhadap posisi raja sebagai pemimpin tertinggi negeri, yang tercermin dari kalimat penobatan raja yang ada dalam legenda ini. Data berupa lima kalimat perpisahan raja dan anaknya diambil dari kisah legenda “Donsiolangi dan Wa Lu Ea”. Data dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan semiotika. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pandangan filosofis orang Moronene di Kabaena terhadap seorang raja adalah bahwa raja harus amanah dan mutlak berlaku adil pada rakyatnya; Raja harus berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil putusan. Tanggung jawab sebagai raja dapat membalikkan kejadian; Kebijakan raja sangat berdampak bagi negerinya, baik dampak positif maupun negatif; dan Raja harus selalu siap menjawab pertanyaan dan mencari solusi bagi segala permasalahan rakyatnya. 
NILAI LOKALITAS ORANG BAJO DALAM CERPEN “LANDO” (Locality Value of Bajonese in “Lando” Short Story) Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kandai Vol 8, No 1 (2012): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v8i1.5189

Abstract

Short story entitled “Lando” written by Ucu Agustin tells the story about two kids  who  live  far  away  from  their  ancestor‟s hometown.  The  author  raisedlocality of Bajonese as the color of her short story. This paper discusses  localityvalue of Bajonese conteined therein. The approach used in the discussion is structuralism with reference to Francois-Robert Zacot‟s ethnographic research result at the phase of understanding locality value in the story. From the discussion it is known that the author explores the nuances of bajo by using dictions from Bajo language. The value of Bajonese locality is represented with the inclusion of Bajo culture either in the form of myths and beliefs and way of Bajo people life that cannot be separated from sea. Even readers who have not learned at all about bajo can acquire imagery of Bajonese by reading “Lando” short story. Cerpen “Lando” karya Ucu Agustin berkisah tentang dua anak Bajo yang hidup jauh dari kampung halaman leluhur mereka. Pengarang mengangkat nuansa lokal orang Bajo sebagai warna untuk cerpennya. Tulisan ini membahas tentang nilai lokalitas orang Bajo yang termuat di dalamnya. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan struktural dengan mengacu pada hasil penelitian etnografi Francois-Robert Zacot pada tahap pemahaman nilai lokalitas orang Bajo   dalam   cerpen   ini.   Dari   pembahasan   diketahui   bahwa   pengarang mengeksplorasi  nuansa  Bajo  dengan  penggunaan  beberapa  kosa  kata  daribahasa    Bajo.    Nilai    lokalitas    orang    Bajo    direpresentasikan    dengandimasukkannya budaya Bajo baik berupa mitos dan kepercayaan maupun cara hidup mereka yang tidak lepas dari laut. Pembaca yang belum mengetahui samasekali  tentang  orang  Bajo,  bisa  memperoleh  gambaran  yang  cukup  denganmembaca cerpen “Lando”.