Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan)

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WARGA PEDULI AIDS (WPA) DALAM PROGRAM STOP (SULUH, TEMUKAN, OBATI, PERTAHANKAN) sri winarni; Wiwin Martiningsih
Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan) Vol 3 No 2 (2019): Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan)
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/j.idaman.v(3)i(2)y(2019).page:120-128

Abstract

Di lingkungan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebenarnya masih ada warga yang peduli dengan AIDS, memiliki simpati dan memberikan perhatian khusus kepada ODHA, namun rasa takut akan penularan atau tidak mengerti cara berinteraksi menjadi penghalang untuk mereka, oleh karena itu penekanan tentang pengetahuan berkaitan dengan rasa takut yang berlebihan perlu diinformasikan melalui penyuluhan yang intensif dengan memberdayakan masyarakat yang perduli terhadap program HIV AIDS, pemberdayaan secara maksimal terhadap masyarakat agar mengerti dan memahami segala sesuatu tentang HIV/AIDS, karena masyarakat akan mampu menjangkau orang-orang yang ada dilingkungannya. Tidak sedikit masyarakat yang ingin terlibat dalam program penaggulangan HIV/AIDS, motivasi mereka ini menjadikan salah satu kunci sukses penanganan HIV/AIDS pada program Suluh, Tes/Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP). Tujuan kusus kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberdayakan masyarakat melalui pembentukan WPA untuk mendukung program STOP yang salah satu tujuannya adalah menurunkan stigma dan diskriminasi. Kegiatan pemberdayaan kelompok WPA dilakukan melalui 8 tahap yaitu: 1) Koordinasi dengan Dinas kesehatan Kota Blitar, 2) Koordinasi dengan UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo, 3) Koordinasi dengan KPA Kota Blitar, 4) Koordinasi dan sosialisasi di radio Mahardika, 5) Koordinasi dengan UPTD Kecamatan Sukorejo, 6) Koordinasi dengan calon pengurus WPA, 7) Pengukuhan Pengurus WPA dan 8) Pelatihan dan praktik lapangan bagi WPA melalui pendampingan dalam program suluh. Hasil evaluasi pada akhir pelatihan terhadap 7 materi pelatihan rata-rata adalah cukup baik, sedangkan evaluasi terhadap implementasi saat penyuluhan di masyarakat adalah baik, karena metode yang digunakan sangat bervariasi mulai ceramah, role play, bermain, bernyanyi, membacakan tembang mocopat tentang HIV/AIDS, pemasangan banner tentang HIV yang mengarah pada support atau dukungan tidak menampilkan gambar-gambar yang menimbulkan rasa takut. Diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat ini akan terus berlanjut untuk 2 kecamatan lainnya, dan dilakukan evaluasi sebagai bentuk kontrol kegiatan untuk menjamin keberlanjutan program
IMPLEMENTASI PENGGUNAAN SKEMA JARING LABA-LABA DALAM FAMILY TASK PLAN MENGHADAPI BENCANA GUNUNG BERAPI DI DUSUN PACUH NGLEGOK sri winarni; Agus Khoirul Anam
Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan) Vol 4 No 1 (2020): Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan)
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan utnuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapan dan ketrampilan masyarakat, khususnya keluarga adalah kunci utama keselamatan dalam menghadapi kedaruratan bencana. Skema Jaring Laba-Laba akan membantu keluarga dalam memahami bagaimana kesiapsiagaan menghadapi bencana sehingga masing-masing anggota keluarga akan paham akan tugasnya. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi penggunaan Skema Jaring Laba-Laba dalam Family Task Plan dalam menghadapi bencana gunung berapi di Dusun Pacuh. Metode yang digunakan adalah pendidikan langsung penggunaan media Jaring Laba-laba . Pengabdian masyarakat melibatkan 10 keluarga di Dusun Pacuh yang masuk dalam kawasan rawan bencana Gunung Kelud Kabupaten Blitar . Dalam evaluasi menunjukkan penggunaan Skema Jaring Laba-Laba memberikan keefektifan yaitu tujuan mudah dipahami, tugas anggota keluarga yang dibagi dalam Skema Jaring Laba-Laba mudah dipahami, penempatan media sudah di tempat yang tepat, dan simulasi tugas yang dilakukan mudah untuk dimengerti dan diingat. Diharapkan Skema Jaring Laba-Laba dapat dijadikan keluarga sebagai suatu media yang selalu mengingatkan keluarga untuk selalu siap siaga dengan cara selalu membaca dan memahami tugas masing-masing anggota keluarga.
PEMBENTUKAN POSYANDU MILENIAL DENGAN SISTEM HYBRID: LURING DARING (PRO DARA 119) Tri Anjaswarni; Sri Winarni; Edy Suyanto
Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan) Vol 7 No 1 (2023): Jurnal IDAMAN (Induk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan)
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/j.idaman.v(7)i(1)y(2023).page:53 - 66

Abstract

Millennial Posyandu with Hybrid system, is a necessity and a challenge in today's technological era. The technology and youth are two sides that cannot be separated. Teenagers need technology and technology that facilitates their developmental needs. In the development of the health sector, the role of adolescents is central because they are figures who will continue to lead the nation. Youth as health cadres and the formation of Millennial Posyandu are important as a form of their participation in health development. The purpose was to develop youth health cadres and Millennial Posyandu which is carried out in a hybrid system through Pro Dara 119. A method was carried out in 5 stages 1) Selection of prospective youth health cadres; 2) Formation of cadres; 3) Assistance program; 4) Training and 5) Implementation of a hybrid millennial Posyandu. Results: Adolescent health cadres were formed in the Bareng and Tanjungrejo sub-districts with 12 cadres each graduating by the lurah, and youth assistants who provided assistance from the beginning of cadre formation to implementation of Posyandu activities. After training in posyandu with 5 table system, the ability of youth health cadres increased. Posyandu were held 2 times in September and October 2021, although the number of in person visits is still very low and Pro dara 119 is not yet effective. Suggestion: Need continuous motivation and support from community leaders and ongoing assistance so that a routine and sustainable millennial Posyandu is implemented. Adolescents self confidence also needs to be continuously improved so that they can provide optimal services.