ABSTRACTProses pemilihan Umum Legislatif 2014 adalah perayaan demokrasi yang bukan sekedar memilih Anggota DPR tetapi juga pemilihan Presiden. Penelitian ini menjawab apa yang dibicarakan para netizens mengenai kandidat presiden melalui Twitter. Identitas kandidat direpresentasikan secara social bersaing dan berkompetisi berdasarkan pendapat netizenmencari figure ideal kandidat presiden. Studi ini mengunakan metode analisis isi yang menganalisis lebih dari 2,3 juta percakapan danmenganalisis 1,4 juta percakapan di twitter selama 2 bulan mengenai kandidat mengenai semua hal yang berkaitan dengan kandidat presiden. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandidat dengan latar belakang public figure memiliki kelebihan dalam peliputan media. Situasi yang sama juga pada kandidat yang ikut dalam konvensi Partai Demokrat. Metode konvensi ini mendorong para kandidat untuk berbicara mengenai isu-isu kesejahteraan, kesehatan, kemiskinan dan be erapa isu umum lainnya. Percakapan mengenai pemilihan presiden Indonesia hanya memunculkan isu kekuasaan, partai politik dan mekanisme partai. Isu subtansi yang seharusnya diperhatikan mengenai kesejahteraan, kemiskinan, kebebasan dan keadilan kurang dimunculkan. Kesimpulan: dalam wacana pemilu 2014, ada beberapa kesenjangan antara perspektif masyarakat melalui gambaran evaluasi institusi Negara dan isu yang didiskusikan sepanjang proses pemilihan secara politis. Beberapa situasi juga dipengaruhi oleh peranan buzzer yang secara siginifikan mendorong dan mengelola kemunculan isu-isu di dunia maya. Pada akhirnya dapat dikatakan Proses Peilu ini hanyalah sekedar Karnaval Demokrasi.Kata kunci : Presiden, Pilpres 2014, Twitter